Kampung adalah satuan terkecil di sebuah wilayah yang berbasis budaya. Sering kali memang satuan terkecil secara administratif adalah Rukun Tetangga (RT). Karena lebih berbasis budaya, tentu sebuah kampung memiliki ciri khas tersendiri, baik itu dalam tradisi maupun produksi, hasil kerajinan atau produk dari ide kreatif secara turun temurun dari penduduk kampung sebelumnya.

Namun terkadang meski sebuah kampung telah memiliki ide kreatif, jarang yang bisa maju pada tahap lebih lanjut, yakni pemasaran dan pengelolaan. Memang ada yang berhasil dan menjadi terkenal, bahkan warganya pun turut menjadi bagian penting dalam peran pengelolaan, seperti Kampung Tridi dan Kampung Warna di Malang, yang sudah sangat terkelola dengan baik mulai dari pintu masuk hingga berbagai atraksi ketika kita di dalam wilayah dan juga saat keluar. 

Sayangnya masih banyak kampung lagi yang belum memiliki akses dan kemampuan yang sama, padahal produk maupun hal yang ditawarkan adalah sesuatu yang baru dan unik. Oleh karena itu, banyak pemerintah daerah yang merancang sebuah program untuk mendorong pertumbuhan ini, seperti yang dilakukan oleh Bupati Berau, H. Muharram. Beliau memiliki visi untuk membuat suatu tempat sebagai pengembangan produk dari sebuah kampung. Program ini beliau namakan Rumah Kreatif.

Secara teknis, Rumah Kreatif akan memberikan pelatihan dan pendampingan wirausaha di kampung-kampung di Berau untuk mengolah potensi dan sumber daya, termasuk bagaimana memasarkan produk yang dimiliki. Sementara ini, di Berau ada satu kampung yang sudah memiliki produk tersendiri dan siap untuk dipasarkan, yakni kerajinan batik dari Kampung Wisata Gang Amal. Diharapkan selanjutnya akan muncul Gang Amal-Gang Amal lainnya, supaya kreativitas kampung di Berau semakin semarak.

Ikuti tulisan menarik Mentari Pagi lainnya di sini.