x

cucu

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 16 Februari 2020 21:40 WIB

Rencana Belum Matang, Regulasi U-23 dalam Kompetisi Liga 1 Sudah Dihapus

Biasakan membuat rencana dan program yang matang, sebelum menghapus program yang sudah ada, PSSI.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejak PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) selaku operator kompetisi Liga 1 memastikan regulasi pemain U-23 di Liga 1 2020 tidak berlaku lagi, hingga kini masih saja ada pro dan kontra. 

Pasalnya, ada klub Liga 1 yang sudah mengontrak pemain U-23 dalam skuatnya. Di samping itu, dalam TC timnas senior yang kini tengah berlangsung, pelatih Shin Tae-yong sekurangnya juga memanggil empat pemain U-19. 

Artinya, timnas juga tetap butuh darah segar amunisi pemain muda demi menopang pemain-pemain senior yang butuh keseimbangan tim. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terkait dengan adanya klub yang sudah terlanjur mengontrak pemain U-23 dalam skuatnya, memang jadi nampak jelas bagaimana persiapan dan sosialisasi PT LIB yang kurang matang. Seharusnya, bila ada wacana mau menghapus regulasi pemain U-23 dalam kompetisi Liga 1, tidak dilakukan dadakan. 

Sebab, semua klub juga menyiapkan tim untuk mengarungi Liga 1, tidak ada yang main-main. Ini kok menyangkut regulasi, PT LIB dan tentunya PSSI senangnya main-main, padahal menurut berbagai "pihak" sejak Liga 1 2017, ada regulasi yang mengharuskan setiap klub mendaftarkan paling sedikit tujuh pemain U-23 di skuat mereka, menjadikan angin segar bagi regenerasi timnas senior yang terus terpuruk. 

Sesuai regulasi tersebut,  di musim pertama, setiap tim bahkan diharuskan menurunkan tiga pemain U-23 paling tidak selama 45 menit. Sehingga pada akhirnya, melalui kompetisi Liga 1 tahun 2017, muncul nama-nama pemain muda U-23 dalam skuat Merah Putih. 

Beberapa kesimpulan, di antaranya regulasi pemain U-23 dalam kompetisi Liga 1 dapat dikatakan berhasil dengan indikator banyaknya wajah baru pemain muda di tim nasional Indonesia, khususnya untuk timnas SEA Games. 

Mereka yang langsung melejit saat itu di antaranya Osvaldo Haay (Persipura Jayapura), Kurniawan Kartika Ajie (Persiba Balikpapan), Marinus Mariyanto (Persipura Jayapura), dan Rezaldi Hehanusa (Persija Jakarta) adalah beberapa contoh wajah baru di tim nasional setelah mencuri perhatian tim pelatih tim nasional di Gojek-Traveloka Liga 1 2017. 

Sayang, pada musim 2018 dan 2019, aturan menurunkan tiga pemain U-23 selama 45 menit dihapus, meskipun setiap klub tetap diharuskan mendaftarkan tujuh pemain U-23 dalam skuat mereka ke PT LIB. Merujuk alasan PSSI, regulasi pemain U-23 di Liga 1 2020 akan ditiadakan dengan alasan aturan itu dulu dibuat karena tempat pemain U-23 tidak ada wadahnya. 

Kini, meskipun baru rencana akan memutar kompetisi Liga 1 U-23 dalam konteks  Elite Pro Academy (EPA), PSSI melalui PT LIB justru sudah memastikan menghapus regulasi tentang pemain U-23 dalam kompetisi Liga 1 2020. Kepastian penghapusan regulasi pemain U-23, sejatinya cukup beralasan bila ditinjau dari kepentingan PSSI, sebab seperti yang diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum PSSI yang juga rangkap jabatan sebagai Direktur PT LIB, Cucu Soemantri kepada awak media pada Rabu (5/2/2020) di Jakarta,  menyatakan bahwa pada kenyataannya jIka aturan itu kembali diterapkan, para pemain U-23 hanya menjadi pemanis di bangku cadangan. 

Oleh sebab itu, alangkah baiknya jika pemain-pemain muda tersebut berkompetisi di EPA Liga 1 U-23. Fakta bahwa banyak sekali pemain U-23 menjadi cadangan, maka memang perlu lahir EPA U-23. 

Namun, PSSI dan PT LIB juga wajib menyadari dan melihat situasi dan kondisi, bahwa program kompetisi EPA yang sudah ada dari U-16, U-18, dan U-20, cukup bagus dan memliki dampak signifikan demi melahirkan pemain nasional di jenjang kelompok umur. 

Hanya, PSSI dan PT LIB juga wajib memiliki regulasi yang benar menyoal kompetisi EPA ini, sebelum menggelar EPA U-23. Namanya kan elit, lalu pro, dan akademi. Jadi, seharusnya yang berkompetisi dalam EPA memang harus sesuai namanya EPA, tetapi faktanya di tanah air, baru ada beberapa klub Liga 1 yang memiliki akademi sepak bola berjenjang. 

Sementara klub-klub Liga 1 yang tidak memiliki akademi berjenjang, akhirnya dipaksakan hanya merekrut pemain "gratisan" tanpa harus klub membina, namun hanya tinggal menarik dari pembinaan sekolah sepak bola yang regulasinya juga merugikan pembinaan sepak bola akar rumput. 

Ayolah PSSI, buatlah program kompetisi EPA yang benar, yang matang, terkonsep, semua ada regulasi yang benar dan obyektif, bukan sekadar menguntungkan PSSI, PT LIB dan klub, tapi perhatikan juga para pembina sepak bola akar rumput. 

Jangan memaksakan diri, bila belum mampu dan jangan hanya gemar potong kompas di atas perjuangan pihak lain. 

Shin Tae-yong saja memanggil pemain U-19 untuk timnas senior, lho.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler