x

cover buku Melebur Kasih Menggizikan Masyarakat

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 12 Mei 2020 19:25 WIB

Kisah Hidup Soekirman Sang Ahli Gizi

Perjalanan hidup, karier dan spiritualitas Soekirman sang ahli gizi Indonesia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Melebur Kasih, Menggizikan Masyarakat

Penulis: Rudi Pekerti

Tahun Terbit: 2006

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Helen Keller Internasional                                                                   

Tebal: xvii + 112

ISBN:

Dokter Soekirman adalah salah satu tokoh Ilmu Gizi Indonesia. Soekirman lahir di Bojonegoro pada tanggal 2 Agustus 1936. Anak pensiunan polisi ini menyelesaikan SD di sekolah darurat ketika kedaulatan Republik Indonesia sudah diakui oleh Belanda pada tahun 1949. Soekirman kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Surabaya. Saat SMA ia mengenal kekristenan melalui Young Men Christians Association (YMCA) karena ia ikut kegiatan bulutangkis kelompok ini. Soekirman tertarik dengan cara hidup teman-teman remajanya yang memeluk Agama Kristen dan kemudian mantab memilih Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Teman SMP dan SMA Wapres Try Sutrisno ini dibabtis di Gereja Kristen Jawa Jalan Diponegoro Jakarta.

Setamat SMA Soekirman melanjutkan pendidikan ke Akademi Gizi di Bogor. Setamat dari pendidikan sebagai ahli gizi, ia mendapat penempatan tugas pertama di Tanah Aceh. Awalnya ia ragu karena ia adalah seorang pemuda Kristen. Tetapi ternyata penugasan di Aceh adalah awal dari kecermelangan karirnya di bidang gizi. Perannya sebagai ahli gizi diterima dengan baik oleh para pejabat di Aceh. Soekirman bahkan mendapat tugas memberi penyuluhan gizi kepada masyarakat Aceh melalui RRI. Selain sebagai awal karir, Aceh juga memberi pelajaran tentang Pancasila yang sesungguhnya kepadanya. Ternyata seorang Kristen diterima dengan baik dan bahkan bisa merayakan Natal di Provinsi yang mayositas penduduknya beragama Islam tersebut.

Selepas dari Aceh, pemuda yang suka menari ini melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Ia berhasil lulus sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat pada tahun 1969. Nasip baik terus menaungi suami Sri Wahjoe. Kekasihnya ini dinikahinya saat ia cuti dari pekerjaan di Aceh. Soekirman mendapat kesempatan belajar Columbia University di bidang public health nutrition selama 6 bulan. Kemampuan berbahasa Inggris didapatnya dari kelompok belajar bahasa Inggris saat ia masih SMA.

Keterlibatannya dalam penelitian program gizi yang didanai oleh USAID membawanya kepada gelar Master dari Cornell University.

Sebagai seorang yang sangat paham dengan persoalan gizi masyarakat, maka Soekirman diminta untuk membantu BAPPENAS. Kariernya di Bappenas diawali sebagai staf perencanaan biasa tanpa eselon sampai menjadi Deputi Kepala Bappenas di bidang sosial budaya (1988-1993) dan Deputi Kepala Bappenas bidang pengembangan SDM (1993-1996). Soekirman berhasil membawa siu gizi dalam rancangan pembangunan nasional. Berbagai program gizi muncul dalam rencana pembangunan sejak tahun 1970 sampai tahun 1990.

Selain berkarir di Bappenas, Soekirman juga sangat aktif di Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI).

Selepas dari Bappenas, Soekirman mengabdi di Institute Pertanian Bogor. Sebelumnya ia sempat menjadi senior research fellow di Bank Dunia di Washington selama 6 bulan. Waktu yang singkat di Washington ini dipakainya untuk memperbaharui pengetahuannya tentang gizi masyarakat. Soekirman menjabat sebagai Guru Besar Penuh di Departemen Gizi Masyarakat di IPB. Selain membagi ilmunya di IPB, Soekirman juga berbagi ilmu gizi di Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta.

Kehidupan Soekirman tidak hanya diwarnai oleh ilmu gizi. Soekirman juga sangat bertumbuh dalam iman Kristen. Di masa tuanya Soekirman menjadi Ketua Lembaga Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta.

Pernikahannya yang tidak membuahkan anak tidak membuat kehidupan rumah tangganya goncang. Kasih diantara Soekirman dan Sri Wahjoe tetap mesra. Mereka berkesempatan untuk mendidik anak-anak angkatnya sehingga berhasil dalam kehidupannya.

Para sejawatnya, seperti Prof. Dr. dr. Razak Thaha, M.Sc., Prof. Dr. Muhilal dan dr. Endang L. Achadi, MPH, D.PH menjuluki Soekirman sebagai orang yang tepat di Bappenas. Sebab Soekirman mampu membawa permasalahan gizi bangsa menjadi perhatian oleh negara. Pengakuan akan peran Soekirman dalam pengembangan gizi masyarakat tidak hanya diakui oleh sejawatnya dari dalam negeri, tetapi juga rekan kerjanya dari manca negara. Prof. Dr. M. C. Latham dari Cornell University dan Prof. Dr. Robert Tilden dari Michigan University mengakui Soekirman sebagai orang gigih dalam mengembangkan ilmu gizi dan program-program penanganan masalah gizi masyarakat.

Soekirman adalah contoh sukses orang beriman. Kepasrahannya kepada Allahnya membawa ketekunan dan tanggungjawab dalam pekerjaannya. Dan Allah membuatnya berhasil.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler