x

Supartono JW

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 8 Juni 2020 06:00 WIB

Bersih-Bersih ala PSSI Demi Visi-Misi dan Tujuan Meraih Prestasi

Setalah Sekjen Ratu Tisha mundur dari jabatannya, kini delapan karyawan kesekejnan pun di PHK. Inilah bersih-bersih ala PSSI demi hilangkan resistensi demi meraih prestasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Diberhentikannya delapan karyawan yang berada di bawah Kesekjenan PSSI, menjadi berita hangat di media massa Indonesia sejak Sabtu, (6/6/2020). Bahkan ada media yang memberi judul pertanyaan, PSSI Mau Apa?

Beberapa media pun mengungkap, bahwa pada Jumat (5/6/2020) malam WIB, delapan karyawan yang berada di bawah Kesekjenan PSSI, tiba-tiba mendapat email pukul 23.00 WIB yang berisi pemutusan hubungan kerja (PHK). Di antaranya, Ronny Suhartil (Direktur Kompetisi), Nugroho Setiawan (Kepala Departemen Infrastruktur, Keamanan, dan Keselamatan), dan Gatot Widakdo (Kepala Hubungan Media dan Digital).

Lalu, Efraim Ferdinand (Kepala Departemen Perwasitan), Tito Nugraha (Kepala Konten Digital), Donny Fachroci (Kepala Departemen Timnas), Rais (Kepala Bidang Event dan Hospitality), dan Jaka (staf Departemen Keuangan). Apa yang menjadi perkara, sehingga depalan karyawan tersebut di PHK? Jawaban yang banyak di ulas di media  adalah karena alasan efisiensi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Resistensi yang klasik, bongkar

Persoalan PSSI, terutama menyoal personal yang duduk dalam wadah organisasi ini, sepanjang PSSI diberdiri, memang memiliki sejarah klasik, yaitu persoalan resistensi. Resistensi dalam sebuah organisasi PSSI, selama ini sangat nampak dalam kepengurusan yang bersikap untuk berperilaku bertahan, berusaha melawan, menentang atau upaya oposisi, sebab, berlindung dan terlindungi “dewa” bernama Statuta.

Akibatnya, meski sudah berusia 90 tahun, organisasi PSSI tetap nir prestasi. Hebatnya lagi, para pengurus yang selalu berlindung dan mengagungkan Statuta PSSI yang mereka rancang dan selalu di amandemen oleh dan untuk “mereka” sendiri, tanpa mau peduli bahwa PSSI membawa amanah kepentingan publik sepak bola nasional, dan membawa nama baik bangsa dan negara.

Selama ini, di tangan para pengurus yang dipilih oleh voter yang juga hasil dari sebuah “settingan” permafiaan karena dengan kekuatan abadi bernama statuta, yang dipikir oleh “mereka” adalah kepentingan “mereka” dan PSSI benar-benar kendaraan milik mereka saja. Itulah sebabnya, siapa pun pengurus baru yang coba masuk dalam gerbang organisasi PSSI, selalu “mental” digusur oleh para mafia yang terus berlindung di balik statuta.

Siapa pun pengurus PSSI yang baru, lalu akan coba-coba menyingkirkan kelompok gerbong “mafia” ini, meski untuk kepentingan nama baik dan prestasi bangsa dan negara, serta publik sepak bola nasional, pasti akan dikepung oleh “mereka”, lalu juga akan sangat mudah disingkirkan baik secara taktik, intrik, dan politik, pun melalui jalur “kudeta”, karena pedoman “mereka” adalah “dewa statuta”.

Kini, di tangan Ketua Umum PSSI yang baru, saya melihat, amanah publik sepak bola nasional untuk menjadikan organisasi kepada marwah yang benar, sedang diusung. Sang Ketua kini sangat nampak, sedang berupaya menjalankan tuntutan rakyat Indonesia agar PSSI bangun dari tidur dan segera dapat meraih prestasi, terlebih akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun depan.

Karenanya, personal-personal di dalam kepengurusan PSSI, yang menjadi tanggungjawab Ketua, terlihat masih sangat resisten terhadap langkah PSSI menuju prestasi, maka coba “dibersihkan”.

Upaya bersih-bersih Ketua Umum PSSI, sudah diawali dengan mundurnya Ratu Tisha Destria dari kursi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI. Demi mengokohkan langkah menuju prestasi yang sesuai visi-misi dan tujuan yang benar, Mochamad Iriawan pun, mengangkat dua jenderal untuk mengisi pos staf khusus jabatan baru di PSSI, yaitu Mayjen TNI (Purn.) Leonardus JP Siegers dan Mayjen TNI (Purn.) Andogo Wiradi.

Terbaru, berdasarkan informasi yang saya dapatkan, delapan karyawan yang di PHK, selain memang karena demi efisiensi, alasan mengapa mereka di PHK, terutama karena Iriawan membutuhkan karyawan yang sejalan, se-visi-misi dan tujuan, bukan karyawan yang resisten. Seberapa pun profesional dan pengalaman dari delapan karyawan ini, bila tak masuk dalam gerbong visi-misi dan tujuan yang sejalan, tentu akan menyulitkan niat PSSI memberikan garansi prestasi bagi bangsa dan negara serta publik sepak bola nasional.

Karenanya, mumpung masih ada waktu, demi mencapai prestasi dan persiapan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021, maka PSSI harus diisi oleh karyawan yang benar-benar profesional dengan pondasi se-visi-misi dan tujuan, tidak ada hubungan dengan para mafia dan para pengurus PSSI yang masih berbalut “gerbong lama”, bongkar!

Efisiensi dan Rezza Lubis

Terkait efisiensi, saya juga mendapatkan informasi akurat dari “dalam” bahwa kini PSSI sedang mendalami beberapa kandidat untuk mengisi kursi lowong yang ditinggalkan delapan karyawan tersebut.

Perlu publik sepak bola nasional ketahui, bahwa sejak Ratu Tisha mengundurkan diri, PSSI juga sudah langsung memproses kandidat calon Sekjen baru. Meski sudah mengerucut empat nama, namun karena prosesnya terus diganggu oleh pengurus yang dipilih oleh voter, (bukan karyawan) yang terus resisten, maka PSSI kini coba mengendurkan progres, karena sementara posisi Sekjen sudah diisi oleh Plt. Yunus Nusi.

PSSI pun kini juga sangat berkonsentrasi dalam masalah kompetisi Liga 1 dan Liga 2, serta sedang mencoba memberikan waktu kepada PT LIB memprogres kandidat pengurus yang baru.

Terkait kursi kosong delapan karyawan, kini nama yang sudah disebut PSSI salah satunya adalah Rezza Lubis, yang digadang-gadang dapat duduk sekaligus mengampu tiga jabatan, yaitu bidang kompetisi, media, dan product content. Sebelumnya, Reza sudah masuk dalam kandidat Deputi baru PSSI dan pengurus baru di PT LIB.

Menurut saya, memang PSSI wajib bergegas menentukan orang-orang baru yang benar-benar mumpuni, kapabel, profesional, dan terutama sejalan dalam visi-misi dan tujuan demi PSSI berprestasi, sambil terus bongkar-bongkar siapa saja yang tetap resisten terhadapa kenyamananan dan keamanan organisasi PSSI dari niat buruk para mafia yang masih tetap ada, karena terus berlindung di balik statuta.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

6 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB