Statistisi Ahli Pertama - BPS Kabupaten Sumba Barat Daya

Jagung di NTT Perlu Menjadi Perhatihan Bersama

2 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Jagung
Iklan

Berdasarkan data BPS 2024, Produktivitas jagung di NTT paling rendah di Indonesia

***

Selama ini, Indonesia menempatkan beras sebagai ukuran keberhasilan pertanian dan simbol ketahanan pangan nasional. Hal ini tidak luput dikarenakan sosial budaya di Indonesia yang menjadikan beras sebagai makanan pokok yang berbanding terbalik dengan jagung yang memiliki pola komsumsi sebagai makan tambahan dan pakan ternak.  Namun, Bagi masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT), jagung bukan sekedar tanaman tambahan ataupun pakan ternak melainkan sumber kehidupan baik menjadi makanan pokok dan sumber penghasilan. Sehingga, Jika kita tidak mengabaikan hal ini, maka kita bisa melewatkan kesempatan swasembada pangan dari komoditas jagung ini. 

NTT merupakan wilayah kepulauan dan cenderung memiliki iklim, curah hujan, dan karakter tanah kering yang kurang cocok untuk pengembangan sawah.  Salah satu faktor penyebabnya adalah letak NTT yang berada di dekat Benua Australia sehingga menerima dampak paling awal dari angin muson timur yang membawa udara kering sehingga berdampak pada kondisi iklim di NTT. 

Karena hal ini masyarakat mengambil alternatif lain dengan memanfaatkan komoditas seperti jagung dalam usaha pertaniannya. Hasil Sensus Pertanian 2023 mendukung hal tersebut, Dimana ST2023 mencatatkan jumlah usaha pertanian perorangan (UTP)  yang menaman jagung lokal sebanyak 340,27 ribu unit usaha paling banyak di antara komoditas tanaman pangan lain seperti ubi kayu sebesar 207,62 unit dan padi sawah sebesar 162,34 unit. Hal ni dapat menjadi bukti bahwa jagung berpotensi dalam stuktur agraris masyarakat di NTT. 

Dalam 5 Tahun terakhir data BPS, produksi jagung di NTT mengalami fluktuasi.  Pada tahun 2022, produksi tercatat sebesar 255.453 ton. Angka ini meningkat pada 2021 menjadi 285.345 ton, dan kembali meningkat pada tahun 2022 hingga mencapai 293.719 ton, yang menjadi produksi paling tinggi selama 5 tahun terakhir. Namun hal ini tidak bertahan lama pada tahun 2023, terjadi penurunan cukup signifikan menjadi  261.855 ton, sebelum naik kembali di tahun 2024 dengan produksi 293.052 ton. Dilihat dari produktivitasnya, Jagung di NTT memiliki peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,13 persen dengan produktivitas tahun 2024 sebesar 26,93 Ku/Ha. 

Meskipun terdapat banyak UTP yang banyak mengusahkan jagung, NTT masih menghadapi banyak rintangan dan tantangan dalam mengoptimalkan potensi jagung. Berdasarkan data BPS, produktivitas jagung di NTT paling rendah di Indonesia, bahkan jauh dibawah produktivitas nasional (Indonesia) yakni sebesar 59,40 Ku/Ha. Rendahnya produktivitas ini disebabkan oleh berbagai fakor, mulai dari infrastruktur pertanian, akses air, penggunaan bibit, dan teknologi yang belum merata. Kondisi lahan di NTT masih mengandalkan hujan musiman, sehingga ketika curah hujan menurun atau hujan tidak turun petani cenderung menudah penanaman yang menyebabkan pada produksi jagung di NTT. Survei Ekonomi Pertanian 2024 (SEP 2024), masalah paling dominan yang dialami selain faktor alam adalah serangan hama dan penyakit tanaman, modal yang terbatas, akses terhadap bahan imput pertanian seperti pupuk, peptisida, dsb. 

Secara keseluruhan,  Jagung di NTT tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika potensi ini bisa terus dikembangan maka akan berdampak positif bagi berbagai pihak. Namun perlu diingat, Jagung di Nusa Tenggara Timur masih memiliki banyak rintangan dan tantangan dari berbagai aspek baik alam, sosial, ekonomi, dan dsb. Oleh karena itu, Jagung harus menjadi perhatihan kita bersama baik dari pemerintah pusat, daerah, lembaga, masayarakat, dan petani itu sendiri. Perhatian ini baik dalam pengambilan kebijakan (distribusi bantuan, subsidi, dbs), perbaikkan (infrastruktur), pengembangan diri (pengetahuan pertanian modern, efektif, dan efisien), dsb.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Jofri Ardo Tinganna Sembiring

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler