Belum ada sinar di ujung terowongan # Meski vaksin sudah mulai disuntikkan # Wabah gelombang ketiga dimulai # Padahal gelombang kedua belum berakhir
Tak ada pelukan saat bersua # Cipika-cipiki bahkan dilarang # Jabatan tangan dihindari # Gantinya berjabatan siku # Atau berjabatan kepalan tinju
Kehangatan antar keluarga membeku # Jumlah tamu rumah tangga dibatasi # Arisan emak-emak tak semeriah dulu # Keakraban kakek kepada cucunya # Dibatasi dinding virtual bernama jarak sosial
Para murid lanjut belajar online # Kejenuhan akan menghantui # Murid, guru, walimurid, pekerja sekolah # Tak ada canda tawa yang riang # Semua membeku di depan layar
Warung dan resto melipat kursinya # Pesan-antar bisa, tapi membosankan # Kongkow di cafe jadi barang langka # Setiap orang mencurigai yang lain
Durasi waktu berinteraksi via Sosmed # Akan terus meningkat dan bertambah # Berbincang via zoom, nonton Netflix # Sambil mencoba bermain game baru # Dan sesekali mengintip bacaan serius
Lockdown memang menawarkan # ruang-waktu khalwat perenungan # Mungkin juga mengasah kreativitas # Tapi kontempleasi terpaksa itu mandul # Semua karya besar yang pernah dibuat # bukan mengacu pada khayalan an-sikh.
Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 06 Januari 2021/ 22 Jumadil-ula 1442H
Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.