Jaga Aliran Mata Air Agar Air Mata tak Mengalir

Rabu, 17 Maret 2021 19:33 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
CURUG JENGGALA
Iklan

Pagi yang berkabut. Warga berjalan menyusuri pipa besar di Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah. Pipa besar sepanjang 778 meter dan diameter 1,4 meter yang dilewati itu usianya sudah lebih dari 80 tahun. Berdasarkan situs indonesiapower.co.id, pipa tersebut mengalirkan air dari hulu Sungai Banjaran menuju PLTA Ketenger. PLTA yang dibangun mulai tahun 1935-1939 itu bisa bertahan sampai sekarang. Kuncinya, tidak lain adalah suplai air yang berkelanjutan.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak hanya PLTA Ketenger yang memanfaatkan aliran air dari sumber-sumber mata air yang mengalir ke Sungai Banjaran. Aliran air di lereng selatan gunung tertinggi di Jateng itu juga menjadi berkah bagi Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Gempita Ketenger. Lembaga tersebut mengelola wisata air terjun bernama Curug Jenggala. Curug Jenggala menjadi salah satu destinasi wisata favorit yang mendatangkan pendapatan bagi desa.

 

Mata air itulah yang menghidupi warga di sekitar lereng Gunung Slamet. Tak perlu mereka membeli air bersih, cukup mengalirkan dari sumber-sumber mata air yang masih melimpah, bahkan musim kemarau sekalipun. Bagi mereka, air harus terus “dibuang” untuk mengairi wilayah yang ada di bawahnya. “Kami tidak boleh menampung air. Air harus terus dialirkan agar masuk ke sungai-sungai dan aliran irigasi. Dari situlah, nantinya akan dimanfaatkan oleh petani dan pembudidaya ikan di wilayah-wilayah bagian bawah,”kata Kartim, 52, warga Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden.

 

Data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banyumas menyebutkan bahwa dari 32 ribu hektare (ha) sawah, ada sekitar 3 ribu ha yang berada di sabuk Gunung Slamet tidak pernah kekeringan. Pasalnya, air mengalir sepanjang tahun dari sumber-sumber mata air yang masuk ke aliran irigasi dan sungai sehingga mampu mengairi sawah.

 

Ketua LMDH Gempita Purnomo mengatakan bahwa sebagai pengelola Curug Jenggala, hal yang paling dijaga adalah memastikan air terus mengalir. Sebab, kalau tidak ada aliran air di Curuh Jenggala, maka destinasi wisata itu tak ada lagi. “Bagi warga di sini, air yang terus mengalir menjadi hal yang sangat vital. Tanpa air, maka Curug Jenggala tidak ada. Kalau air terjun itu tidak ada, maka destinasi wisata bakal hilang.”

 

Oleh karena itu, upaya yang dilakukan adalah mempertahankan air agar terus mengalir. Caranya dengan mempertahankan lingkungan agar tetap dapat lestari. Sebab, air erat kaitannya dengan kelestarian lingkungan terutama keberadaan hutan. “Inilah mengapa, kami bekerja sama dengan berbagai pihak yang memanfaatkan air secara bersama-sama. Misalnya dengan pengelola PLTA Ketenger yang sangat berkepentingan terhadap suplai air. Juga dengan masyarakat Ketenger, mereka membutuhkan air untuk sumber air bersih dan areal persawahan,”ujarnya.

 

Menjaga bersama-sama lingkungan menjadi kunci bagi seluruh elemen baik masyarakat, lembaga atau perusahaan yang memiliki kepentingan bersama. Sebab, lingkungan yang terjaga dengan baik akan menjadi modal bagi kelestarian lingkungan. Seluruh elemen di Desa Ketenger telah membuktikan bahwa menjaga lingkungan khususnya hutan menjadikan air tetap mengalir secara berkelanjutan. Mereka dapat berbagai air, untuk suplai air bersih, destinasi wisata, persawahan hingga energi. Bayangkan kalau kemudian tidak ada upaya bersama menjaga lingkungan, bisa-bisa hanya derai air mata yang mengalir, bukan mata air.

 

#HariAirDuniaXXIX2021

#MengelolaAirUntukNegeri

#SigapMembangunNegeri

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
liliek darmawan

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler