x

Iklan

Elnado Legowo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 16 April 2021 08:45 WIB

Cerita Bersambung | Isabel - Part 1

Anton adalah seorang karyawan di sebuah kantor yang terletak di daerah Jakarta Selatan. Kehidupannya tidak ada yang spesial dan terbilang umum selayaknya seorang karyawan kantor. Hingga pada satu hari, kantornya kedatangan seorang karyawati baru yang bernama Isabel. Seorang wanita misterius yang akan mengubah kehidupan di kantornya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Spesies betina lebih mematikan daripada jantan." - Rudyard Kipling, The Female of the Species.

Anton adalah seorang karyawan di sebuah kantor yang terletak di daerah Jakarta Selatan. Kehidupannya tidak ada yang spesial dan terbilang umum selayaknya karyawan kantor. Anton sendiri dikenal sebagai sosok yang humble dan mudah bergaul, tapi dia juga memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan sekitar.

Selain itu, Anton juga mempunyai seorang tunangan yang bernama Kaila. Kaila adalah salah satu teman perempuan Anton sewaktu masih duduk di bangku kuliah. Dia adalah perempuan tomboy yang memiliki rambut sebahu yang bergelombang. Meskipun Kaila seorang gadis tomboy, tapi Anton melihatnya sebagai gadis yang manis dan hasan. Alhasil dia adalah satu-satunya gadis yang berhasil memenangkan hati Anton.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

****

Suatu hari, di kantor Anton kedatangan seorang karyawati baru yang bernama Isabel. Dia memiliki paras wajah yang cantik, berambut panjang, memiliki warna kulit sawo matang, dan memiliki postur tubuh yang indah bagaikan pragawati. Walhasil penampilannya berhasil menghipnotis semua karyawan pria, sehingga sejak kedatangannya telah mengubah kehidupan di kantor.

Para karyawan pria yang dulunya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, sekarang mereka menjadi sibuk mendatangi tempat Isabel bekerja; hanya untuk sekedar bertanya-tanya maupun menggombal. Walakin Isabel hanya merespon mereka dengan dingin, selayaknya tuan putri yang jual mahal.

Anton yang melihat fenomena tersebut, merasa sangat janggal. Dia merasa bahwa Isabel ini seakan memiliki sebuah kekuatan aneh yang mampu menghipnotis dan mengendalikan semua pria yang berada di sekitarnya, terutama yang berinteraksi dengannya. Akan tetapi, karisma Isabel tampaknya hanya manjur pada pria, tidak dengan perempuan. Hal itu dikarenakan para karyawati di ruangan tersebut tetap beraktivitas normal, bahkan ada yang merasa risih dengan perubahan sikap - para karyawan pria - yang drastis.

Sewaktu Anton menatap Isabel, seketika dia merasakan sebuah hawa yang tidak enak di matanya. Lantas Anton menjadi bergidik ngeri. Rasa pusing mulai menguasai kepalanya. Seolah-olah dari bawah alam sadarnya sedang memperingati dirinya akan bahaya dari wanita itu.

“Eh Anton! Ngeliatin Isabel aja lu!”

Tiba-tiba rekan kerja Anton - yang bernama Mamat - langsung menepuk pundaknya dari belakang sehingga mengembalikan kesadaran Anton.

“Jangan liatin doang, samperin langsung tuh si Isabel!” ujar Mamat sambil melirik Isabel.

“Nggak lah! Kan gua sudah punya tunangan!”

Kemudian Anton kembali menatap Isabel. Secara tidak sengaja, tatapan Anton bertemu dengan tatapan Isabel. Terlihat sebuah tatapan mata yang tajam dan indah, selayak seorang putri yang tak ternilai kecantikannya. Walakin terdapat segudang misteri yang tersembunyi dibalik matanya yang indah tersebut.

Seketika rasa gemang mulai kembali menguasi Anton. Lantas, Anton langsung membuang pandangannya ke arah layar komputer kerjanya yang berisi penuh dengan file kantor. Tidak jauh dari letak komputer kerjanya, terdapat sebuah foto Kaila yang terpajang rapi di atas meja kerja Anton, terbingkai manis dengan desain minimalis dari kayu putih. Alhasil, foto Kaila telah membuat Anton berhasil keluar dari rasa gemangnya.

****

Ketika jam makan siang telah tiba, para karyawan pria mulai sibuk berebutan dan menghujani Isabel dengan ajakan makan siang bersama. Bahkan tidak banyak mereka yang mulai merayu dan memohon kepada Isabel untuk menerima ajakannya. Seakan-akan Isabel itu seperti apiun yang membuat orang menjadi kecanduan. Fenomena yang janggal tersebut, membuat Isabel menjadi buah bibir dari para karyawati - di ruang kerja itu - yang dengki akan kecantikan dan kepopulerannya.

"Terima kasih, kalian semua sangat baik!” ujar Isabel dengan manis, sehingga membuat seluruh karyawan menjadi semakin terjerumus untuk memperebutkannya.

Kalakian, Isabel beranjak dari bangku kerjanya dan berjalan menuju meja kerja Anton.

“Hai! Namaku Isabel, boleh aku tahu namamu?” tanya Isabel.

“Namaku Anton.”

“Kamu masih sibuk?"

Anton yang terkejut hanya terdiam seribu bahasa, sembari menatap Isabel dengan gugup.

"Mau tidak makan bersamaku?” ajak Isabel.

Sontak seluruh karyawan pria yang berada di ruangan tersebut menjadi terkejut, tak terkecuali Mamat. Alhasil mereka mulai menatapi Anton dengan tatapan durjana yang penuh dengan rasa iri dan kebencian.

“Maaf, saya tidak bisa. Saya ada janji sama orang lain.” tolak Anton dengan halus.

“Orang lain? Siapa dia?”

Seketika rasa gemang kembali menguasai diri Anton. Dia merasa resah akan keberadaan Isabel, seakan pikiran di bawah alam sadarnya kembali memperingatkan untuk segera menjauhi wanita itu.

Kemudian Isabel menoleh ke arah foto Kaila yang terpajang di meja kerja Anton. Sebelum Isabel kembali melontarkan pertanyaan, Anton lantas membaringkan foto Kaila dan pamit kepada Isabel. Kemudian Anton pergi meninggalkan Isabel - yang masih berdiri di samping meja kerjanya - bersama para karyawan pria yang berdiri di sekelilingnya. Mereka semua menatap kepergian Anton dengan tajam dan mengisyaratkan sebuah kutukan yang tak terucap.

****

Tidak jauh dari kantor Anton berada, terdapat sebuah rumah berdesain era tahun 70 atau 80an, serta memiliki halaman yang cukup luas. Rumah itu adalah rumah Kaila. Setiap jam makan siang, Anton selalu datang ke rumahnya untuk makan siang, sekaligus beranjangsana.

Sejak lulus kuliah, Kaila memutuskan untuk bekerja sebagai freelancer pendesain poster secara online. Karena pekerjaannya sebagai pendesain online lepas, sehingga Kaila tidak perlu pergi keluar rumah. Alhasil dia dapat bekerja sembari mengurusi ibunya yang sedang sakit keras dan hanya bisa terbaring lemas di atas kasur. Sedangkan ayah Kaila telah meninggal saat dia masih SMA. Maka itu, kondisi Kaila telah membentuk tekad pada diri Anton - selayaknya seorang suami - untuk membantu Kaila dan ibunya.

Setibanya Anton di depan rumah Kaila, dia langsung mengetuk pintu pagar. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu, Kaila datang keluar dari rumahnya, seakan dia sudah menanti kedatangan Anton.

“Anton! Kok kamu telat sih!” ujarnya dengan ceria dan sedikit manja, sambil membukakan pintu pagarnya.

“Iya, tadi ada banyak kerjaan di kantor.”

“Masa?”

Kaila lantas mengantarkan Anton masuk ke dalam rumah dan mempertemukannya dengan sang ibu yang sedang terbaring lemas di atas kasur. Lantas Anton mengucapkan salam dan bersilaturahmi kepadanya.

“Anton… gimana kabarmu?” tanya ibu Kaila dengan nada yang lemas.

“Baik bu. Ibu sendiri bagaimana?”

“Baik juga." ujar ibu Kaila dengan lemas. "Oiya, Kaila tolong siapkan makanan untuk Anton.”

Kaila lantas mengiyakan dan bergegas pergi ke dapur yang terletak di belakang rumah.

Lalu ibu Kaila mengulurkan tangannya dan meraih tangan Anton. Arkian dia menariknya seakan ingin membisikkan sesuatu.

“Anton… umurku mungkin sudah tidak lama lagi. Tolong jaga dan rawat Kaila!" ujarnya dengan lemas.

Mendengar itu, seketika hati Anton mulai terguncang hebat.

“Ah bu! Jangan ngomong begitu! Aku akan kumpulkan uang dan membawa ibu ke pengobatan yang lebih baik!”

“Tidak usah nak. Tabung uangmu buat nikah nanti.”

“Tapi saya tetap berjanji akan merawat ibu sampai sembuh!”

Seketika Kaila datang ke kamar ibu dan memberitahu bahwa makanannya telah siap, sehingga menghentikan percakapan mereka berdua.

****

Setelah beberapa waktu telah berlalu, Anton keluar dari rumah Kaila untuk kembali ke kantornya. Ketika baru beberapa langkah dari pagar rumah Kaila, seketika Anton merasa bergidik; seakan ada sesuatu yang jahat sedang mengintainya. Kalakian terdengar suara perempuan yang menyapanya dengan nada yang ketus.

“Jadi ini 'orang lain' yang kamu maksud ya?"

Sontak Anton menoleh ke arah datangnya suara tersebut. Lantas betapa terkejut dirinya, saat mendapati Isabel yang sedang berdiri di persimpangan jalan, tidak jauh dari lokasi Anton berada. Dia menatap Anton dengan tatapan yang tajam dan dingin.

“Isabel? Sedang apa kamu disini?”

Isabel tidak menjawab pertanyaan Anton. Lalu dia berjalan mendekati Anton dan langsung merangkul lengan kirinya dengan mesrah, selayaknya orang yang sedang mabuk cinta.

“Apa-apaan kamu?!” ujar Anton sembari berusaha melepas rangkulan Isabel.

“Kenapa? Kamu tidak suka denganku? Atau kamu takut membuat cewek kamu cemburu?” ujarnya dengan menggoda namun berbisa.

“Iya!”

Isabel hanya membalas dengan senyuman kecil, seakan menyiratkan sesuatu yang durjana. Melihat senyuman itu membuat Anton semakin gamang. Walakin Anton tidak berhasil melepas rangkulan tangan Isabel, sehingga - dengan terpaksa - dia harus kembali ke kantor bersama Isabel yang masih merangkul lengan kirinya, sembari melemparkan senyuman manis yang penuh dengan misteri.

****

Setibanya di kantor, semua orang mulai memperhatikan Anton - yang masih dirangkul oleh Isabel - dengan tatapan penuh rasa dengki yang mengutuk. Semua orang - hanya pria - yang menatapi Anton, tanpa memandang jabatan; baik itu seorang karyawan biasa, satpam, office boy, tamu/pengunjung, hingga supervisor. Sedangkan yang perempuan, mereka terlihat risih dengan kehadiran Isabel yang membuat semua pria menjadi terobsesi dengannya.

Tidak jarang para pekerja perempuan memandangi Isabel dengan sinis, sembari berbisik ke rekan sesama perempuannya, seakan sedang menggosipi Isabel. Walhasil, suasana tersebut membuat Anton merasa sangat tidak nyaman. Akan tetapi, Isabel malah terlihat santai selayaknya sedang tidak terjadi apa-apa.

Ketika mereka sudah memasuki ruang kerjanya, Isabel segera melepas rangkulannya.

"Terima kasih ya, untuk hari ini." ujar Isabel sambil tersenyum, lalu berjalan kembali ke meja kerjanya.

Anton hanya melihatnya dengan tatapan janggal dan kelesah. Lantas dia kembali ke meja kerjanya. Namun, betapa terkejutnya dia sewaktu mendapati bahwa meja kerjanya telah berantakan dan dipenuhi oleh aksi vandalisme. Bahkan di atas mejanya juga dipenuhi oleh coretan dengan kalimat;

“Mampus lu!”

“Pergi ke neraka!”

“Dasar tamak!”

“Kembalikan cewek gua!”

Semua kertas file kantornya telah dibuat berantakan kemana-mana dan dirobek-robek. Selain itu, komputer kerjanya juga telah dirusak hingga layarnya retak. Bahkan yang lebih membuat hati Anton geram adalah saat dia mendapati foto Kaila yang telah dibanting - hingga memecahkan kaca bingkai - dan kertas fotonya telah dirobek-robek.

Lantas Anton tidak dapat menahan amarahnya dan langsung berteriak sekeras-kerasnya. Sedangkan Isabel - yang sedang duduk di meja kerjanya - hanya menatap Anton sembari tersenyum dingin, selayaknya sedang menyaksikan sebuah pertunjukan seru.

“Perbuatan siapa ini?!”

Tiba-tiba seluruh karyawan pria - di ruangan tersebut - langsung maju kehadapan Anton dengan tatapan yang lesu tapi sangat tajam. Mereka semua lebih mirip seperti mayat hidup. Pakaian mereka juga terlihat lebih kusut daripada sebelumnya.

Kemudian salah satu dari mereka maju kehadapan Anton, sembari mengeluarkan sebuah pisau kater dari saku celananya dan mengarahkannya ke wajah Anton sambil berkata;

“Gua! Mau berurusan dengan gua?”

Melihat mata pisau kater ada di depan mata Anton telah mengubah amarahnya menjadi gamang. Dia merasa sedang berhadapan dengan seorang psikopat, daripada rekan kerjanya yang selama ini telah dia kenal.

Seketika guyuran air teh panas - dari salah satu karyawan pria yang mengerumuninya - mendarat di wajah Anton. Lantas Anton menjerit kesakitan akibat air panas yang membakar wajahnya. Walakin jeritan Anton hanya disambut oleh tawa yang mengejek dari para karyawan pria. Arkian mereka mulai memukul dan menendang tubuh Anton secara membabi buta.

Sedangkan para karyawati - yang melihat kejadian tersebut - hanya terdiam seribu bahasa. Terlihat gestur ingin menolong, tapi tertahan karena menyaksikan gelagat para karyawan pria yang janggal dan mengerikan tersebut. Walhasil mereka hanya terpaku di tempatnya berdara, seakan rasa takut telah mengubahnya menjadi sebuah patung.

Tidak lama kemudian, beberapa orang satpam dan si Bos - atasannya Anton - datang ke ruang kerja. Mereka memerintah para karyawan pria untuk segera membubarkan diri. Kalakian si Bos langsung membawa Anton keruangannya. Anton - yang masih kesakitan - hanya mengikuti perintah si Bos, meskipun dalam hati kecilnya merasa ada sesuatu hal yang buruk akan menimpanya kembali.

****

Beberapa jam telah berlalu, Anton pergi menuju rumah Kaila dengan pakaian yang kusut, seperti perasaannya sekarang. Dia baru saja diskors selama sebulan dengan alasan yang subjektif dan absurd.

Saat itu juga Anton langsung dipulangkan oleh si Bos, dengan alasan untuk menjaga keamanan ruang kerja. Belum sempat Anton melayangkan protes, para satpam langsung datang dan menarik Anton dengan kasar - selayaknya menarik anjing liar yang hina - keluar dari ruangan si Bos. Para satpam itu tidak hanya menyeret Anton sampai keluar dari ruang kerja si Bos, tapi juga takat melemparnya keluar dari gedung kantor.

Akan tetapi, diwaktu yang bersamaan si Bos juga mempekerjakan Isabel sebagai sekretarisnya. Alhasil - secara otomatis - tempat kerja Isabel ikut berpindah ke ruang kerja si Bos. Hal itu telah disadari oleh Anton, sewaktu dia sedang diseret keluar dari ruang kerjanya. Pandangannya berhasil menangkap si Bos yang memanggil Isabel untuk masuk ke ruangannya, dengan tatapan kegirangan yang hina tapi berusaha ditutupi oleh topeng kewibawaan seorang pemimpin perusahaan.

Walhasil peristiwa itu tidak hanya membuat Anton merasa malu, tapi juga perasaan sano, sedih, hingga menciptakan rasa gelisah di batinnya. Anton berjalan menuju rumah Kaila dengan perasaan yang kelesah dan berharap Kaila dapat memberinya semangat dan harapan.

****

Ketika matahari sudah terbenam dan para karyawan-karyawati mulai pergi meninggalkan gedung, sehingga menyisakan Isabel dan si Bos sendirian di ruang kerjanya. Isabel terlihat sedang sibuk berdandan, sedangkan si Bos hanya melihatnya dengan tatapan obsesif.

“Aduuhhh mbak Isabel makin cantik saja!” ujar si Bos dengan nada genit.

Isabel hanya membalas dengan senyuman. Arkian si Bos berdiri dan mendekati Isabel yang masih sibuk berdandan. Kemudian si Bos langsung mengulurkan tangan dan meraba pundaknya.

“Tubuhmu sangat lembut, bagaikan kapas.”

Isabel hanya menatap dingin ke arah si Bos dan langsung menyudahi beradunnya.

“Saya permisi dulu.” ujarnya ketus.

Arkian Isabel langsung berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.

“Kamu mau kemana?” ujar si Bos sambil merangkam lengan kanan Isabel.

“Mau ketemu Anton.”

“Aaarrgghh dia lagi! Sudahlah dia sedang menikmati hari liburnya! Sama saya aja! Saya bisa nemenin kamu kapan saja!”

“Maaf, tapi saya buru-buru!” ujar Isabel dengan tenang sembari melemparkan tatapan yang dingin menusuk.

“TUNGGU!” ujar si Bos sembari menarik Isabel menjauh dari pintu keluar ruangan.

Kalakian si Bos langsung mendorong dan menyudutkan tubuh Isabel ke tembok. Tanpa menunggu aba-aba, si Bos langsung menciumi Isabel bagaikan serigala yang kelaparan. Isabel hanya menatap dingin dan tenang ke arah si Bos. Dia tidak melawan dan tidak menjerit, melainkan menyeringai mengutuk. Arkian, lampu di ruangan itu padam dan seketika terdengar suara jeritan yang melengking dan menyayat.

****

Ikuti tulisan menarik Elnado Legowo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler