x

Iklan

Elnado Legowo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 2 Mei 2021 07:09 WIB

Isabel - Part 2 (Selesai)

Kehadiran Isabel telah mengubah kehidupan para karyawan pria di kantor Anton. Bahkan Anton sendiri sampai mendapat perlakuan buruk dari rekan-rekan kerjanya. Hingga akhirnya Anton mendapat skors, dengan alasan yang tidak jelas. Kemudian terjadilah peristiwa ganjil yang kembali menyerang Anton. Bagaimana dengan nasib Anton? Siapakah sosok sebenarnya Isabel yang mampu mengubah kehidupan para karyawan pria di kantor Anton?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Malam itu, Anton menceritakan segalanya kepada Kaila; dari peristiwa yang menimpanya, hingga sosok perempuan misterius yang bernama Isabel. Kaila hanya mendengarkannya dengan seksama. Walakin, terlintas raut wajah resah akan cerita Anton mengenai sosok Isabel tersebut. 

Anton yang menyadari ekspresi Kaila, langsung menggenggam tangannya dengan hangat.

“Baru kali ini aku merasa gasal.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Kenapa?”

"Setiap kali aku menatap mata Isabel, aku selalu bergidik. Seakan sedang melihat sesuatu yang sangat menakutkan dan mengancam."

Mendengar penjelasan itu, Kaila hanya menghela nafas, seolah dia sudah mulai memahami isi hati Anton. Kalakian dia menjelaskan bahwa Anton memiliki perasaan yang sangat sensitif. Alhasil Anton dapat merasakan sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh orang pada umumnya. Lalu Kaila juga menambahkan, bila Anton merasakan sesuatu yang janggal dan mengancam dari Isabel; maka itu adalah pertanda buruk. Bahkan Kaila juga menambahkan agar Anton lebih berhati-hati dengannya.

Mendengar jawaban itu, seketika Anton teringat kembali dengan kejanggalan di kantor. Dia juga teringat dengan perilaku para pekerja di kantornya yang berubah drastis. Pada awalnya, semua pekerja hanya menjalani kehidupan - selayaknya pekerja kantor - dengan normal. Kini mereka telah berubah menjadi obsesif - hingga menelantarkan pekerjaan mereka - kepada Isabel yang baru saja bekerja di kantor itu. Yang lebih janggalnya lagi, semua orang yang mengagumi Isabel hanyalah pria. Tidak ada satu-pun pekerja wanita yang menjadi obsesif terhadap Isabel. Seakan-akan Isabel telah menggunakan ilmu pekasih yang mandraguna.

Arkian, Kaila melihat sebuah jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam. Lantas Kaila mengajak Anton untuk makan malam di bersamanya. Anton yang masih murung itu, langsung menerima ajakan Kaila.

****

Selang beberapa waktu kemudian, Anton telah selesai makan malam bersama Kaila dan ibunya. Kalakian Anton kembali mengantarkan ibu Kaila ke kamar tidurnya. Sementara Kaila sedang sibuk membersihkan ruang makan. Setibanya di dalam kamar, ibu Kaila membuka pembicaraan;

“Nak, kamu sungguh anak yang baik. Sebelum kamu pergi, tolong ambilkan ibu sebuah kotak yang ada di dalam laci meja hias itu!” ujar ibu Kaila sembari menunjuk ke arah sebuah meja hias tua yang berada di ujung kanan depan - terletak di sudut ruangan - kasurnya dan dekat dengan jendela kamar.

Lantas Anton menuruti perintah ibu Kaila dan langsung membuka laci yang ada di meja hias tersebut, yang kebetulan hanya ada satu laci. Arkian, Anton mendapati sebuah kotak perhiasan kayu berwarna cokelat tua. Kemudian Anton langsung membawanya ke hadapan ibu Kaila - yang sedang duduk menunggu di tepi kasurnya - dan dibukalah kotak tersebut.

Di dalamnya terdapat sekali benda-benda antik yang - mungkin juga - keramat, seperti; sebuah liontin dengan tali warna hitam, sebuah keris kecil, tasbih yang berwarna hijau kristopas, kertas-kertas tua yang bertulis bahasa Jawa kuno, bola kristal berwarna biru langit, dan berbagai benda lainnya. Walhasil, Anton menjadi tertegun saat melihatnya.

Lantas ibu Kaila langsung menyanggul rambutnya dan mengambil sebuah keris kecil dari dalam kotak tersebut. Kemudian dia menusukkan ke dalam gumpalan rambutnya yang sudah berwarna putih itu. Walhasil penampilan ibu Kaila terlihat lebih rapi dan memancarkan aura kewibawaan yang terpendam, selayaknya seorang nyai.

Setelah dari itu, tangan ibu Kaila kembali masuk ke dalam peti itu dan mengambil sebuah liontin dengan batu berwarna hijau lumut gelap - berbentuk pendulum - yang memiliki banyak bercak merah darah. Apabila dilihat secara sekilas, batu tersebut sejenis batu akik Nagasui Klawing.

“Tolong pakailah liontin ini. Sebab ada kuasa jahat yang sedang mengincarmu. Mereka ingin mencelakakanmu!” ujar ibu Kaila dengan nada serius, sembari menyodorkan liontin tersebut.

"Maksud ibu apa?" tanya Anton dengan gugup.

Belum sempat Anton mendapat jawaban dari ibu Kaila, seketika terdengar suara pagar rumah yang diketuk dengan keras. Walhasil, suara itu mengejutkan semua orang yang ada di dalam rumah. Kaila langsung bergegas pergi memeriksa, sedangkan Anton hendak menyusulnya. Walakin, ibu Kaila menahan Anton dan berkata;

"Sebelum kamu pergi, tolong pakailah liontin ini!"

Mendengar itu, Anton langsung menuruti permintaan ibu Kaila dan mengalungkan liontin tersebut di lehernya. Arkian, Anton merasakan ada aura ketenangan yang mengalir dari liontin ke dalam dirinya, sehingga dia merasa nyaman dan tenang. Sedangkan ibu Kaila - yang menyaksikannya - hanya tersenyum riang.

Tiba-tiba, terdengar suara jerit histeris Kaila dari luar rumah. Lantas Anton menjadi panik dan bergegas keluar dari kamar ibu Kaila; menuju ke arah suara Kaila datang. Ketika Anton baru saja membuka pintu rumah, dia mendapati para karyawan pria - rekan kerja di kantornya - sedang mengerumuni halaman rumah Kaila.

Mereka menatap Anton dengan dingin dan kosong, selayaknya tatapan boneka porselen. Ekspresi mereka seperti mayat hidup. Seluruh kelopak mata mereka turun dan berwarna hitam, seperti orang yang tidak tidur berhari-hari. Tubuh mereka terlihat kurus - seperti orang yang sudah lama tidak makan - dan kulitnya berwarna pucat.

Selain itu, Anton juga mendapati Kaila yang sedang disekap dengan bengis oleh salah satu dari mereka yang berada di sisi kanan kerumunan. Melihat tunangannya diperlakukan demikian, lantas hati Anton menjadi geram. Namun nahas - sebelum Anton menggertak atau melakukan tindakan - salah seorang dari mereka langsung memukulnya dengan kayu, hingga Anton jatuh tersungkur. Sebelum dia hilang kesadarannya - dengan sisa tenaga dan kesadaran yang dia miliki - Anton berusaha melihat orang yang memukulnya dan betapa terkejutnya bahwa orang tersebut adalah Mamat, teman dekatnya di kantor.

****

Setelah pandangan Anton keluar dari kegelapan, dia mendapati dirinya sedang diikat di dalam aula kantor.  Sebuah ruangan besar - hingga dapat menampung 100 orang - yang terletak di lantai paling atas gedung kantor dan biasa dipakai untuk acara-acara resmi atau kebersamaan. Perasaan Anton semakin nanap saat mendapati Kaila bersama ibunya yang juga terikat di pinggir ruangan. Walakin, rasa nanap itu mulai berubah menjadi gamam, setelah mendengar suara tawa perempuan yang terdengar tidak jauh dari tempat Anton berada.

Lantas Anton menoleh ke asal suara tersebut. Kalakian dia mendapati Isabel yang sedang duduk di sebuah kursi kulit hitam mewah - milik si Bos - di atas muka panggung aula, sambil tersenyum dengan tatapan tajam. Ditambah dengan pakaiannya yang berbentuk jubah hitam - selayaknya penyihir di abad pertengahan - sehingga memancarkan aura durjana pada diri Isabel. Selain itu, dia juga dikerumuni oleh para karyawan pria - berjumlah 87 orang - dan mereka semua memperlakukan Isabel dengan istimewah, selaku budak yang mengabdi kepada sang ratu. 

Terdapat dua orang yang berdiri di sebelah Isabel - kanan dan kiri - sembari mengipasinya dengan kipas besar. Kemudian ada salah satu orang bersujud - di dekat kaki kursi, tempat Isabel duduk - dan menjadikan punggungnya sebagai bantal sandaran untuk kedua kaki Isabel. Sedangkan yang lainnya berdiri mengelilingi ruangan, sehingga membentuk singgasana.  

Kemudian Isabel berdiri dari kursi kulit itu; berjalan turun dari panggung dan mendekati Anton. Lalu dia mengulurkan kedua tangannya dan menaruh di atas pundak Anton, seperti berusaha memeluknya. Walhasil, pemandangan itu membuat iri semua karyawan pria yang ada di dalam ruangan itu. Namun Kaila dan ibunya hanya menatap Anton dengan penuh khawatir.

"Menjauh darinya, dasar wanita jalang!" teriak Kaila.

Lantas sebuah tamparan mendarat di wajah Kaila, dari salah satu karyawan pria yang berdiri di sebelahnya. Anton yang melihat Kaila diperlakukan demikian, langsung menggertak orang yang menampar tunangannya. Sedangkan Isabel hanya menyeringai saat melihat kejadian tersebut. Kalakian Isabel langsung mencengkram dagu Anton dan berkata;

“Katakan padaku bahwa kamu bersedia menjadi budakku!”

“Budak? Apa kau sudah gila?” balas Anton.

Sontak, jawaban Anton dibalas dengan sebuah pukulan - dari salah satu karyawan pria - yang mendarat di perut Anton. Walhasil Anton menjadi mual akan rasa sakit yang dideritanya.

"Hentikan! Dasar biadab kalian!" ujar Kaila dengan panik.

Isabel yang mendengar itu hanya menyeringai kejam, yang kemudian diikuti oleh tawa para karyawan pria. Tawa itu diakhiri dengan sebuah tamparan yang kembali mendarat di wajah Kaila. Sedangkan ibu Kaila hanya bisa menangis dan berusaha melindungi putrinya, dengan tubuh yang masih terikat dan sisa tenaga yang ada.

Lantas Isabel menatap ke beberapa karyawan pria yang berada di dekat Anton, seakan mengisyaratkan sesuatu. Kemudian mereka - yang dilihat Isabel - langsung menarik Anton secara kasar untuk mendekati Isabel dan menjambaknya; agar wajah Anton dapat melihat langsung wajah Isabel.

Ketika Anton melihat wajah Isabel, seketika dia menyaksikan sesuatu yang janggal. Dia mendapati kedua pupil mata Isabel sangat kecil daripada pupil mata manusia pada umumnya. Alhasil - secara sekilas - mata Isabel terlihat berwarna putih, dengan sebuah titik hitam kecil di tengahnya.

Sewaktu menatap mata Isabel yang ganjil itu, rasa pusing dan lemas mulai menguasai diri Anton. Dia tidak dapat mengendalikan dirinya secara normal, seakan lepas kendali.

“Sekarang katakan padaku, kalau kau bersedia menjadi budakku!” perintah Isabel.

“Tidak! Tidak… tid… ti…” ujar Anton yang berusaha melawan.

“Katakan! Kataakaan! KATAAKAAN!” perintah Isabel.

Kini Anton merasakan dirinya seperti terombang ambing di tengah laut. Dia tidak mampu mengontrol mulut dan lidahnya yang mulai - secara perlahan-lahan - mengikuti perintah Isabel. Sedangkan sisi Anton yang masih sadar, hanya bisa menatap wajah perempuan iblis itu yang mulai menyeringai penuh kebahagiaan yang terkutuk.

Tiba-tiba ada sebuah cahaya merah keluar dari liontin yang dipakai Anton. Lantas cahaya itu terpancar ke arah muka Isabel dan memperlihatkan wujud aslinya yang mengerikan.

Secara samar, wajah Isabel terlihat seperti seorang nenek dengan rambut putih yang panjang dan terurai berantakan. Kulitnya bersisik seperti binatang reptil. Matanya yang sebesar bola tenis dan berwarna putih perak, beserta pupil mata merah yang kecil. Giginya memiliki taring yang besar dan menjulur keluar seperti leyak.

Penglihatan itu telah mengembalikan kesadaran Anton dari kekosongannya. Walhasil, dia menjadi histeris dan meronta-ronta kesetanan.

“Siapa kamu? Setan! Iblis! Monster!”

Para karyawan pria yang mendengar itu langsung terkejut dan mulai menatap Anton dengan geram. Sedangkan Isabel hanya terdiam dan mengeluarkan ekspresi kekecewaan yang tak ternilai.

“Kurang Ajar!” ujar Isabel sambil menampar wajah Anton.

“Berani-beraninya dia menghinaku! Beri dia pelajaran!” perintah Isabel.

Lantas para karyawan pria itu mulai memukuli dan menendang Anton dengan bengis. Setelah mereka puas menganiaya Anton, Isabel memberi isyarat kepada mereka untuk mempersatukan Anton bersama Kaila dan ibunya yang berada di pinggir ruangan. Lantas mereka mengikuti perintah Isabel dengan taat; selaku robot daging yang menuruti perintah majikannya. Mereka benar-benar seperti budaknya Isabel. Kemudian, para Karyawan pria itu menyeret tubuh Anton - yang sudah tak berdaya - seperti menyeret sebuah karpet tebal; seakan sudah tidak ada rasa kemanusiaan di dalam diri mereka.

Ironisnya, salah satu dari mereka yang menyeret Anton adalah Mamat. Walakin, Mamat adalah satu-satunya budak Isabel yang masih memperlihatkan - sedikit - rasa empati terhadap diri Anton. Seakan dia masih memiliki sedikit kesadaran - sewaktu melakukan hal tersebut - yang terpancar dari balik matanya yang suram. Walhasil, Mamat hanya menyeret Anton dengan sangat rengsa, seperti orang yang tidak niat hati.

Setelah Anton dipersatukan bersama Kaila dan ibunya, dia langsung mendekati Kaila - dengan sisa tenaga yang ada - yang sedang menangis dan ibu Kaila yang berusaha untuk pagan. Lantas Anton meminta maaf kepada mereka berdua; kalau dia telah membuat mereka ikut terseret ke dalam tragedi ini. Kaila hanya tersenyum ke arah Anton dengan ekspresi kebahagiaan yang diselimuti ketakutan dan kepasrahan. Sedangkan ibu Kaila hanya menggelengkan kepala; seakan menjawab bahwa itu bukan sepenuhnya kesalahan Anton.

Selang beberapa waktu kemudian, Isabel meminta mereka - para karyawan pria - untuk berkumpul dan membuat sebuah lingkaran di tengah aula. Tidak jelas apa yang akan dilakukan atau direncanakannya; tapi mereka semua menuruti perintahnya dengan sangat taat, selaku budak yang lemah dan tak berdaya. Sedangkan mereka - Anton, Kaila, dan ibu Kaila - seakan dipaksa untuk menyaksikan sebuah pertunjukan dari Isabel.

Setelah para karyawan pria itu berkumpul hingga membuat lingkaran di tengah aula, Isabel berdiri di dalam lingkaran kosong tersebut dan membacakan sebuah mantra dengan bahasa yang sulit dimengerti. Kemudian para karyawan pria itu lantas bersujud, selayaknya sedang menghormati sesuatu yang mulia dan besar.

Anton, Kaila, dan ibunya menatap mereka dengan perasaan gemap. Bukan dari bahasa Isabel yang sulit dimengerti. Bukan juga dari tingkah laku ganjil dari para karyawan pria itu. Melainkan sebuah cahaya aneh yang seketika muncul di atas Isabel, tepat di tengah-tengah lingkaran yang dikelilingi oleh mereka. Cahaya itu berwarna campuran dari warna lavender, kuning emas, merah muda, violet, dan anggur merah.

Arkian, warna-warna tersebut mulai berbentuk seperti gumpalan asap padat dan besar. Kurang lebih sebesar enam kaki tujuh inci. Kemudian gumpalan itu mengeluarkan bentuk yang abstrak; terdapat banyak mata aneh - berwarna hijau chlorophyll - dan tentakel-tentakel - seperti cacing - yang menggeliat. Kalakian gumpalan asap ganjil itu mengeluarkan sebuah cahaya hijau laurel, melalui mata-mata tersebut.

Sewaktu Anton dan Kaila hendak menatap mata yang bersinar itu, seketika ibu Kaila langsung berbisik kepada mereka;

"Jangan lihat cahaya itu! Jangan dilihat!"

Mereka yang mendengar itu; langsung menuruti perintahnya dan memalingkan pandangan mereka ke arah kerumunan karyawan pria yang masih bersujud menyembah.

"Wahai budak-budakku! Lihatlah cahaya mata kehidupan itu! Lihatlah!" ujar Isabel dengan lantang.

Kemudian para karyawan pria itu mulai mendongakkan kepala mereka dan menatap ke arah mata yang memancarkan cahaya hijau laurel tersebut. Arkian, mereka mengeluarkan sebuah ekspresi kebahagian yang luar biasa. Lalu mereka mulai menari-nari kegirangan bersama. Hingga akhirnya, mereka mulai mengambil benda-benda yang ada di sekitar mereka dan menjadikannya sebagai alat untuk membunuh satu sama lain.

Perihal yang paling mengganggu adalah mereka melakukannya dengan penuh sukacita. Seakan mereka telah kehilangan kewarasan dan tidak dapat merasakan rasa sakit saat dilukai oleh sesamanya. Namun kegilaan belum sampai disitu saja. Seketika Isabel - yang berdiri di tengah-tengah kerumunan tersebut - menjadi terangsang. Lantas dia mulai menjilati dan meminum darah-darah yang bersibaran dari tubuh para karyawan pria dengan rakus.

Anton bersama Kaila dan ibunya - yang menyaksikan kejadian tersebut - hanya tertegun dengan ekspresi tidak percaya akan peristiwa yang mereka lihat. Seakan-akan pertunjukan berdarah tersebut telah membuat tubuh mereka menjadi lemas, akibat rasa takut yang menderanya.

“Anton!”

Tiba-tiba terdengar suara pria dari jarak yang tidak jauh dari lokasi mereka berada. Sontak Anton menoleh ke arah asal suara tersebut dan mendapati Mamat yang sedang berdiri sambil memegang sebuah pisau dapur.

“MAMAT! Apa yang akan kau lakukan dengan pisau itu?” ujar Anton dengan panik.

Mamat hanya meletakan jari telunjuknya ke bibir - mengisyaratkan untuk diam - dan berjalan mendekati mereka. Kemudian, Mamat langsung memotong semua tali yang mengikat mereka bertiga. Lantas mereka hanya memerhatikan Mamat dengan tatapan yang penuh kesangsian.

"Pergi!" ujar Mamat.

"Mamat? Kenapa?" tanya Anton yang masih syak.

Mamat tidak menjawab pertanyaan tersebut. Dia hanya menatap Anton dengan tatapan yang dingin dan suram. Walakin, dibalik tatapan yang dingin itu, masih terdapat kehangatan akan sebuah ikatan pertemanan yang kuat. Seakan Mamat belum berhasil terkendali sepenuhnya oleh kekuatan gaib Isabel. Tatapan Mamat tersebut membuat Anton merasa tersentuh.

Tiba-tiba, sebuah petir berwarna hijau menghantam tubuh Mamat, sehingga mengubahnya menjadi sebuah mayat yang hangus terbakar dan sulit dikenali. Anton langsung menjerit histeris, setelah menyaksikan kejadian itu.

"Tampaknya, ikatan persahabatan kalian telah merusak mantraku." ujar Isabel dengan nada sinis.

Isabel berdiri di tengah lautan mayat para karyawan pria - dengan tubuh bersimbah darah - sembari mengisap jemarinya yang masih berlumuran darah segar. Dia menatap Anton dengan ekspresi kegilaan yang sakit.

"Dasar iblis betina! BIADAB!" ujar Anton dengan penuh amarah.

"AWAASS!" jerit Kaila sembari melompat dan mendorong tubuh Anton hingga terjauh.

Di waktu yang bersamaan, sebuah petir - dari gumpalan asap ganjil itu - hendak menyambar tubuh Anton. Alhasil, mereka berdua berhasil selamat.  

“Jangan pikir kalian bisa pergi dari tempat ini dengan selamat!" ujar Isabel dengan murka.

Lantas Isabel mengeluarkan sebuah pisau keris dari balik jubah hitamnya. Kemudian Isabel mulai melangkah maju ke arah Anton dan Kaila berada. Ketika baru beberapa langkah Isabel lalui, seketika ibu Kaila langsung berdiri menghadangnya.

Anton dan Kaila - yang menyaksikan peristiwa itu - menjadi terkejut. Sebab ibu Kaila masih dalam kondisi sakit keras, sehingga membuatnya sangat sulit berdiri dan berjalan. Namun ajaibnya, dia mampu melakukannya. Meskipun cara berdirinya terlihat rengsa, tapi terpancar sebuah jiwa kesatria seorang ibu yang berusaha melindungi putri dan menantunya.

"Mau apa kau nenek tua? Apakah kau sudah bosan hidup?" tanya Isabel dengan angkuh.

"Jangan berani-beraninya kau menyentuh putri dan menantuku!" balas ibu Kaila.

Isabel hanya menjawabnya dengan tawa lepas yang mengejek.

"Kalau begitu! Aku akan menghabisimu dulu!"

Lantas Isabel langsung melompat ke arah ibu Kaila, sambil mengarahkan mata pisau keris ke arah perutnya. Sedangkan ibu Kaila terlihat sedang berkomat-kamit, selaku membaca doa.

Arkian, pisau keris itu berhasil tertancap di perut ibu Kaila, hingga mata pisau itu keluar dari punggungnya. Kaila langsung menjerit histeris dan hendak berlari ke arah ibunya untuk menyelamatkannya. Namun belum sempat tiga langkah dilalui oleh Kaila; terlihat tangan kiri ibu Kaila menggenggam kuat tangan kanan Isabel yang masih memegang pisau keris yang tertancap di perutnya. Lalu, tangan kanan ibu Kaila langsung melepas sebuah keris kecil yang menusuk rambutnya dan membiarkan rambut putihnya terurai ke bawah. Kemudian, ibu Kaila langsung menancapkan keris kecil itu ke dahi Isabel.

Kalakian Isabel langsung menjerit melengking dengan suara ganjil, yang lebih mirip dengan suara lolongan binatang buas yang menakutkan. Bahkan rupa Isabel mulai berubah menjadi wujud aslinya yang mengerikan. Namun ibu Kaila tidak gentar menghadapinya, dengan tangan kirinya yang masih mencengkram tangan kanan Isabel.

Kemudian ruang aula itu mulai berguncang; selayaknya terjadi sebuah gempa. Sosok gumpalan asap ganjil itu mulai berubah bentuk menjadi tidak keruan. Hingga akhirnya, gumpalan asap ganjil itu membentuk sebuah portal cahaya antar dimensi; sembari mengeluarkan sambaran petir yang menyerang sekelilingnya - kecuali Isabel dan ibu Kaila - dengan membabi buta. Alhasil, Anton langsung menarik Kaila untuk menjauh dari tempat ibunya berada. Sebab, sambaran petir yang membabi buta itu telah membuat mereka sulit untuk mendekati ibu Kaila.

Seketika Anton menyaksikan aksi eksentrik dari ibu Kaila - dalam keadaan sakit keras dan perut yang masih tertusuk - yang seakan mendapatkan kekuatan gaib, sehingga mampu mendorong tubuh Isabel - yang meronta-ronta seperti binatang buas - masuk ke dalam portal cahaya itu. Walhasil, fenomena ini telah membuktikan bahwa seorang perempuan bila melihat orang yang dicintai - terutama anaknya - dalam bahaya; maka mereka akan melindunginya dengan segenap hati dan jiwanya. Bahkan mereka tidak tanggung-tanggung untuk mengorbankan segala-galanya - termasuk nyawa - agar orang yang dicintainya tetap selamat.

"Pergi! Cepat Pergi dari sini! Biar aku yang menahan iblis ini!" ujar ibu Kaila.

Kaila tampak tidak ikhlas meninggalkan ibunya, tapi Anton - yang menyadari sebuah isyarat dari tatapan ibu Kaila - langsung membawa paksa Kaila keluar dari aula tersebut. Kalakian ibu Kalia melantunkan sebuah doa dengan lantang dalam bahasa Jawa. Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia akan berarti;

"Atas izin Allah yang maha kuasa, berilah aku kekuatan demi melindungi putri dan menantuku. Bantulah aku untuk mengusir iblis ini!"

Walhasil ibu Kaila berhasil mendorong masuk tubuh Isabel ke dalam portal cahaya itu. Lantas keadaan diakhiri dengan suara jerit melengking Isabel dan semburan cahaya yang menusuk dari dalam portal itu. Arkian, terjadi sebuah ledakan yang dasyat di ruangan tersebut, hingga menghancurkan langit-langit ruang aula dan meretakkan dinding-dindingnya.

Sedangkan Anton dan Kaila - yang berhasil keluar dari ruang aula itu - langsung berlari ke arah lift dan menekan tombol turun. Selang beberapa waktu kemudian, pintu lift terbuka dan terlihat jasad si Bos dalam posisi tergantung oleh tali lift di lorong bagian luar lift. Melihat itu mereka langsung menjerit histeris dan berlari menuju pintu darurat.

****

Ledakan yang terjadi di gedung kantor Anton, telah berhasil menarik perhatian para aparat keamanan, pemadam kebakaran, hingga para wartawan untuk berdatangan ke gedung tersebut. Bahkan para warga - yang tinggal di dekat gedung kantor itu - juga ikut berdatangan untuk menyaksikan peristiwa tersebut.

Pada awalnya mereka mengira bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh aksi terorisme. Walakin, setelah menyaksikan peristiwa-peristiwa ganjil yang ada di lapangan, telah membuat mereka menjadi bimbang. Ditambah dengan serangkai cahaya aneh yang keluar dari atap gedung, terbang ke atas langit, dan menghilang di balik awan gelap malam; seakan memberikan mereka sebuah teka-teki yang misterius.

Di ruang aula, polisi menemukan 86 jasad pekerja - semuanya pria - meninggal dalam kondisi mengenaskan. Selain itu, mereka juga mendapati sebuah mayat dalam kondisi hangus terbakar, hingga sulit dikenali. Walakin berkat kesaksian Anton, mereka berhasil mengidentifikasi bahwa mayat yang hangus itu bernama Mamat. Kemudian mereka juga menemukan jasad salah seorang pemimpin perusahaan yang tergantung - oleh tali lift - di lorong bagian luar lift. Namun, polisi tidak menemukan tubuh Isabel dan ibu Kaila di tempat itu; seakan mereka berdua hilang tanpa jejak.

Walhasil, para polisi memasukan nama mereka berdua ke dalam daftar pencarian orang hilang. Bahkan polisi juga menaikkan status Isabel sebagai tersangka atas dalang dibalik tragedi tersebut. Sedangkan Anton dan Kaila; mereka masih terus diinterogasi polisi untuk keperluan penyelidikan atas peristiwa tersebut. 

****

Setelah 15 bulan berlalu, Anton menepati janjinya dengan menikahi Kaila. Lantas mereka memilih tinggal di luar kota, untuk menghilangkan rasa trauma dan duka dari peristiwa tersebut. Sedangkan Isabel dan ibu Kaila masih belum ditemukan, sehingga pihak kepolisian masih terus mencarinya.

Tidak jelas apakah polisi akan berhasil menemukannya atau tidak. Yang pasti ibu Kaila telah menyelamatkan mereka berdua, dengan cara mendorong paksa tubuh Isabel ke dalam portal cahaya itu. Namun biaya yang ditanggung adalah ibu Kaila harus ikut terseret masuk ke dalam dimensi lain dan terkurung bersama Isabel disana.

Tidak yakin akan keadaan ibu Kaila yang masih hidup atau tidak. Yang pasti Anton dapat merasakan kehadiran ibu Kaila dari liontin pemberiannya. Seakan-akan Anton masih bisa berinteraksi dengan ibu Kaila secara spiritual melalui liontin tersebut.

Hingga pada satu hari, telepon genggam Anton berdering - pertanda mendapat panggilan. Ketika Anton melihat isi panggilan tersebut, dia mendapati bahwa panggilan itu berasal dari nomor yang tidak dikenal.

Karena dorongan dari rasa penasaran, lantas dia menerima panggilan tersebut. Seketika Anton terkejut saat mendengar sebuah suara perempuan sembar - akibat sinyal yang buruk - yang tidak asing di telinganya.

"Anton! Apakah sudah bahagia hidupmu?"

Itu adalah suara Isabel. Lantas pertanyaan tersebut diakhiri dengan suara mengikik dengan nada yang kelam. Kemudian telpon terputus.

****

Ikuti tulisan menarik Elnado Legowo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler