x

Kesaktian Pancasila

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 2 Oktober 2021 12:13 WIB

Apa Hakikat Kesaktian Pancasila?

Negara akan tangguh bila rakyat merasa memiliki, ada perikemanusiaan dan perikadilan yang sesuai Pancasila. Itulah hakikat Kesaktian Pancasila yang hakiki, bukan sekadar slogan dan program peringatan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

1 Oktober 2021, 54 tahun sudahHari Kesaktian Pancasila diperingati. Namun, persoalan-persoalan terkait Pancasila, masih terus menjadi kisah klasik yang terus mengemuka bak benang kusut yang sulit diurai.

Terlebih, ada fakta bahwa tindakan para pemimpin negeri ini yang seharusnya amanah kepada rakyat sesuai Pancasila dan nilai-nilainya, masih banyak yang jauh panggang dari api. Rakyat tetap belum merasakan apa yang seharusnya ada dalam sila-sila Pancasila.

Seharusnya sesuai namanya, Peringatan Hari Kesaktian Pancasila (HKP), nilai-nilai dalam Pancasila dan amanahnya, bukan hanya menjadi sekadar slogan, tetapi wajib berwujud nyata. Sayang, meski kali ini HKP sudah diperingati yang ke-54 kali, sebab HKP ditetapkan berdasarkan SK Nomor 153 Tahun 1967 yang diterbitkan Presiden Soeharto pada 27 September 1967, tetap saja setiap peringatan HKP hanya jadi sebatas ajang sekadar program peringatan saja, seperti halnya hari-hari peringatan lain yang sudah ditetapkan pemerintah Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Disiplin kibarkan Merah Putih

Hal yang paling memprihatinkan dari semua peringatan hari besar di Indonesia, meski setiap hari peringatan, pemerintah menerbitkan aturan peringatan di setiap tahunnya, namun rasanya di setiap peringatan yang masyarakat wajib mengibarkan Bendera Merah Putih, tetap saja masyarakat banyak yang mengabaikan.

Mirisnya, pemerintah pun tak pernah mengevaluasi dan mengambil tindakan kepada masyarakat yang abai, meski ada aturan dan Undang-Undang/hukum yang telah diterbitkan. Peeingatan HKP ke-54 juga menjadi contoh nyata bahwa masyarakat sangat abai dalam hal mengibarkan Bendera Merah Putih.

Padahal Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim sudah meminta masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang pada 30 September dan bendera satu tiang pada 1 Oktober.

Hal ini juga sudah terpublikasi.di berbagai media massa dan Nadiem menyebut bahwa setiap kantor instansi pusat dan daerah, kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta seluruh komponen masyarakat Indonesia pada tanggal 30 September 2021 agar mengibarkan bendera setengah tiang dan pada tanggal 1 Oktober 2021 pukul 06.00 waktu setempat, bendera berkibar satu tiang penuh.

Hal tersebut jelas tertulis dalam SE Penyelenggaraan Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2021 yang temanya adalah Indonesia Tangguh Berlandaskan Pancasila. Fakta bahwa masyarakat sangat abai dalam mengibarkan Bendera Merah Putih di tanggal 30 September dan 1 Oktober 2021, bisa diricek oleh pemerintah.

Tetapi seperti hari peringatan lain, termasuk HUT RI, masyarakat yang abai tak mengibarkan Bendera Merah Putih, tetap saja tak ada teguran atau tindakan, hingga hukuman sesuai aturan. Ke mana pemerintah? Ini Bendera Merah Putih, lho?

Bagaimana tema Indonesia Tangguh Berlandaskan Pancasila akan merasuk ke jiwa-jiwa rakyat Indonesia, mengibarkan Bendera Merah Putih saja sudah abai. Rasa memiliki sudah semakin tipis, karena faktanya kini terus.dijajah oleh anak bangsa.sendiri yang mengabdi kepada pemodal, dan bertindak untuk kepeningan, golongan, dan dinastinya sendiri, bukan untuk kepentingan dan amanah kepada rakyat.

Sadarkah wahai para elite yang kini duduk di parlemen dan pemerntahan bahwa rakyat sepertinya sudah tak ada kebanggaan dengan semua hari peringatan? Untuk apa gembar-gembor peringatan HKP yang katanya untuk mengingatkan masyarakat soal ideologi Pancasila yang tak bisa digantikan oleh paham apapun?

Untuk apa, rakyat memahami dan mengulang peristiwa bersejarah tentang lahirnya HKP? Untuk apa SE Peringatan HKP dari.pemerintah bila hanya sekadar program peringatan, tapi tak merasuk pada jiwa rakyat dan rakyat juga semakin tipis merasa memilikinya?

Sementara, di tengah rakyat yang terus terpuruk dalam situasi pandemi corona, para elite malah terus asyik masyuk dengan kepentingan diri, partainya, dinastinya, oligarkinya, hingga terus menghamba kepada para junjungan pemodal yang rakyat sangat tahu kisahnya. Ada yang terus buta hati, mata, dan pendengaran dengan mengabaikan amanah kepada rakyat, tetapi malah terus memaksakan diri menciptakan sejarah untuk dirinya dan kelompoknya agar dikenang sebagai pahlawan atau pelopor atau pencetus atau-atau yang lainnya.

Para buzzer pun tetap dihidupi dengan honor dari uang rakyat, terus membikin dan memancing perpecahan di media sosial di setiap saat dan waktu.

Bagaimana akan terwujud tema Indonesia Tangguh Berlandaskan Pancasila? Berbagai kasus yang dihubungkan dengan Pancasila pun terus bergulir. Lihat bagaimana KPK terus dilemahkan.

Lihat siapa aktor-aktor korup dan siapa yang ada di balik dan dibelakangnya. Semua tak ada yang sesuai dengan Pancasila!

Hakikat Kesaktian Pancasila

Bila tema Indonesia Tangguh Berlandaskan Pancasila benar-benar mau terwujud nyata, siapa yang harus meneladani? Apakah rakyat? Lihat, rakyat abai tak memasang atau mengibarkan Bendera Merah Putih, siapa biang keladi hingga rakyat bersikap demikian?

Adakah upaya nyata yang selama ini sudah dilakukan khusus untuk menyoal pengibaran Bendera Merah Putih? Indonesia Tangguh Berlandaskan Pancasila, mustahil terwujud bila pemimpin terus berbuat untuk kepentingan sendiri, tak sesuai Pancasila.

Dan faktanya, perikeadilan dan perikemanusiaan masih sangat mahal harganya di negeri ini untuk rakyat. Negara akan tangguh bila rakyat merasa memiliki, ada perikemanusiaan dan perikadilan yang sesuai Pancasila. Itulah hakikat Kesaktian Pancasila yang hakiki, bukan sekadar slogan dan program peringatan.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler