x

Iklan

Anita Dwi Basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Desember 2021

Sabtu, 4 Desember 2021 20:38 WIB

Merdeka Belajar di Abad 21

Artikel ini disusun saat penulis bertugas di sebuah sekolah dimana SDM peserta didik maupun masyarakat sekitar masih sangat kurang respeknya terhadap pendidikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Merdeka Belajar. Peradaban telah berubah, pun teknologi yang kian berkembang. Tak elak membuat tantangan masa depan bagi generasi kini semakin berat, persaingan dunia kerja semakin selektif. Dari kasus yang demikian, apa yang harus disiapkan untuk melampaui segala tantangan zaman yang kian kompetitif? Apa korelasi seorang pendidik untuk tercapainya masa depan menjanjikan bagi peserta didik.

Sering kita dengar istilah 'Merdeka Belajar', belakangan ini. Menurut Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, Merdeka Belajar merupakan filsafat awal pendiri bangsa Indonesia Presiden Soekarno dan pendiri sistem pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menentukan visi SDM Indonesia Seperti apa. Merdeka belajar adalah untuk memastikan bahwa institusi individu, guru, murid memerdekakan institusinya maupun pemikiran mereka terhadap berbagai macam kehidupan nasional.

Dengan demikian, bagaimana mempraktekkan Merdeka Belajar di lingkungan yang minat belajarnya masih kurang? Inilah tantangan bagi seorang pendidik. Membuka pola pikir peserta didik agar lebih bersifat kritis dan kreatif. Membangunkan mereka dari zona nyaman. Mencoba menjadi fasilitator yang mampu menumbuhkan semangat bagi peserta didik. Namun terkadang peran pendidik yang berubah hanya menjadi seorang fasilitator menjadikan miskonsepsi bagi khalayak masyarakat. Padahal seorang pendidik pada abad ke- 21 sangat berat tantangannya. Pendidik harus melek teknologi kekinian, pun harus mampu menjadi model panutan bagi anak didiknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pengaruh lingkungan dan pergaulan menjadikan pola pikir menjadi kolot. Strategi seorang pendidik harus mampu mematahkan segala asumsi lawas bahwa untuk menjadi kaya tidak perlu belajar. Tidak demikian, karena pengalaman dan ilmu yang baik akan mampu menjadikan cikal kesuksesan berkarya di dunia ekonomi untuk mendapatkan nafkah yang baik.

Berusaha memahami keunikan dan bakat siswa adalah salah satu usaha seorang pendidik untuk menentukan metode stimulus memerdekakan para siswa didiknya dalam belajar. Tak menjadi tolak ukur nilai raport maupun ranking untuk sebuah kesuksesan masa depan. Seorang pendidik harus berusaha menjadikan anak didiknya seorang individu yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan dan berkompetensi.

Istilah dahulukan adab daripada ilmu itu juga sangat dalam sekali maknanya di era Merdeka Belajar. Peserta didik tidak hanya diberi kebebasan berkarya, namun juga harus mempunyai akhlak yang santun dan punya rasa simpati maupun empati terhadap lingkungan. Banyak sekali kasus yang terjadi bahwa peserta didik terpintar di sekolah kurang beruntung dalam sebuah karier. Namun, peserta didik dengan prestasi yang biasa saja mampu membuat sebuah prestasi di pasca sekolahnya. Kenapa hal ini bisa terjadi? Masalah kemampuan bersosial bisa menjadi sebuah faktor. Jadi, di era sekarang sekolah bukan hanya lagi tempat menimba ilmu akademik, namun juga pengalaman positif. Sehingga peserta didik mampu melenggang elegan di tengah-tengah masyarakat yang heterogen.

Pembelajaran ala abad ke- 21 bisa dijadikan wadah bagi pendidik untuk menerapkan merdeka belajar. Di mana ada tahap literasi yang bisa menstimulus peserta didik agar lebih kritis. Kemudian tahapan berikutnya adalah Critical Thinking, di mana belajar untuk mampu memecahkan sebuah masalah. Peserta didik juga dibimbing agar mampu berkolaborasi  baik dalam lingkup kecil ataupun besar. Tak kalah penting juga adalah tahap peserta didik mampu berkomunikasi dengan lancar serta kreatif dalam menyajikan hasil karyanya. Peserta didik juga disisipi ilmu rohani agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia. Jika disimpulkan, maka kompetensi-kompetensi tersebut akan sangat besar pengaruhnya di kehidupan masa depan.

Ikuti tulisan menarik Anita Dwi Basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler