x

Ilustrasi Kaum Milenial. Gerd Altmann dari Pixabay.com

Iklan

Inggriani Liem

Bebras Indonesia NBO
Bergabung Sejak: 16 Desember 2021

Selasa, 21 Desember 2021 09:47 WIB

Computational Thinking dalam Kurikulum Prototipe 2022-2024 (Bagian 2)

Guru adalah penggerak proses pembelajaran agar siswa mandiri. Kemampuan dan keterampilan Computational Thinking tidak dapat diajarkan. Guru hanya menumbuhkan, sedangkan siswa akan berkembang secara mandiri berkat proses pembelajaran. Guru perlu melakukan refleksi untuk menggali lebih dalam materi mata pelajaran. Tujuannya agar dapat mengajak siswa berpikir lalu menerapkan teknologi pedagogi yang tepat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Inggriani Liem, Bebras Indonesia NBO

https://bebras.or.id/v3/

Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel bagian pertama tentang Computational Thinking (CT) dalam Kurikulum Prototipe yang diterapkan pada Sekolah Penggerak dan dapat menjadi salah satu alternatif untuk diterapkan semua sekolah mulai 2022. Dua hal penting terkait CT pada kurikulum tersebut adalah bahwa, (1) Pada jenjang SD, CT diintegrasikan ke mata pelajaran Matematika, IPAS, dan Bahasa Indonesia. (2) Informatika menjadi mata pelajaran wajib pada jenjang SMP dan SMA kelas 10. Untuk dapat mengintegrasi CT dengan baik, guru perlu memahami CT.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagian ini akan mengulas apa itu CT dan integrasinya dalam mata pelajaran melalui aktivitas meliputi latihan problem solving, analisis data,  serta pemodelan & simulasi yang dapat dikaitkan dengan bidang apapun.

Guru adalah penggerak proses pembelajaran agar siswa mampu belajar mandiri. Kemampuan dan keterampilan berpikir seperti CT tidak dapat diajarkan. Guru hanya menumbuhkan, sedangkan siswa akan berkembang secara mandiri berkat proses pembelajaran yang dirancang. Agar Guru dapat mengintegrasikan CT ke dalam mata pelajarannya, pertama-tama, guru perlu memahami CT. Kemudian guru perlu melakukan refleksi untuk menggali lebih dalam pemahaman bermakna tentang materi mata pelajaran agar dapat mengajak siswa berpikir dan menerapkan teknologi dan pedagogi yang tepat.

Untuk CT, guru dapat mempelajari CPTF di mana siswa akan mengalami proses belajar CT. Seorang guru yang  mumpuni dalam materi mata pelajaran akan dapat memilih pedagogi dan teknologi yang paling tepat dan optimal untuk mengajar. CT merupakan aspek yang akan memperkuat bidang ilmu dengan pemanfaatan komputer jika persoalan semakin besar, rumit, dan kompleks.

Banyak guru bertanya bagaimana melakukan asesmen CT dalam mata pelajaran? Asesmen CT tidak dapat dilakukan tanpa melekat ke suatu materi tertentu. Bidang mata pelajaran tetap merupakan fokus pembelajaran, sedangkan CT adalah katalis proses pembelajaran mencapai CP (Capaian Pembelajaran).

Apa itu Computational Thinking ?

Computational Thinking (CT) adalah proses berpikir untuk merumuskan persoalan dan solusinya agar solusinya secara efektif dapat dieksekusi oleh ‘agen pemroses informasi’. Di dunia nyata, agen adalah ‘seseorang’ yang melakukan tindakan atas nama orang lain. Di dunia digital, ‘agen’ dapat berupa aplikasi atau sistem komputer seperti robot. Ada solusi yang lebih efektif dilakukan manusia, ada yang lebih efektif dilakukan oleh sistem komputer.

Dibandingkan dengan manusia, komputer akan lebih efektif dan efisien mengolah data yang banyak, proses yang berulang-ulang, dan komputasi yang kompleks. Namun, proses analisis permasalahan untuk menentukan akar persoalan tetap perlu dilakukan oleh manusia. Komputer hanya membantu mengeksekusi solusi jika sudah jelas algoritmanya.  Untuk itu, diperlukan manusia yang menganalisis dan merancang solusi komputasinya sebelum dieksekusi oleh komputer.

Empat batu penjuru yang menjadi landasan keterampilan CT, yaitu dekomposisi, abstraksi, berpikir algoritmik, dan pengenalan pola. Selain itu para peneliti menambahkan aspek lain seperti evaluasi, organisasi data, pemodelan, simulasi, otomasi solusi, testing, debugging. CT bukan hanya teori, tetapi perlu untuk dipraktekkan. Kerangka kurikulum informatika yang saat ini menjadi acuan internasional  bahkan memasukkan CT dalam ‘Core Practices. 

CT diharapkan dapat membentuk disposisi (karakter, sikap dan kesiagaan mengaplikasikan) yang cirinya antara lain: percaya diri  menghadapi kompleksitas, gigih saat mengerjakan tugas atau menghadapi problema yang sulit, bersikap toleran terhadap ambiguitas, siap menghadapi ‘open-ended problems, berkomunikasi untuk mencapai solusi bersama. CT fokus ke konsep dan solusi permasalahan, bukan hanya programing apalagi hanya koding, serta bukan hafalan.

CT adalah bagaimana manusia berpikir memanfaatkan ‘sistem komputer’ dan  teknologi informasi namun bukan meniru bagaimana bekerjanya sistem komputer CT melahirkan ide-ide yang menghasilkan solusi berupa produk TIK (Teknologi Informasi Komunikasi).

Mengintegrasikan CT  melalui kegiatan problem solving.

CT adalah salah satu literasi abad ke-21. Semua literasi melibatkan proses berpikir untuk memecahkan persoalan sehari-hari. Tidak ada cara lain untuk mampu mempraktekkan CT kecuali dengan berlatih berkali-kali, tetapi bukan hanya mengulang hal yang sama. Setiap kali latihan, siswa memecahkan persoalan bidang apapun, siswa diajak untuk mempelajari struktur kemudian mendekomposisi persoalan, melakukan abstraksi, membangun pola persoalan dan pola solusinya untuk persoalan ‘sejenis’. 

Persoalan ‘sejenis’ dan beda konteks perlu dinaikkan tingkat kompleksitasnya, seperti ditunjukkan pada contoh Soal Tantangan Bebras Indonesia dengan kode 2017-MY-05.

Soal SD

Soal SMP

Soal SMA

 

 

 

Jack menggulirkan dadu sepanjang jalan, tiga kali ke arah belakang dan 2 kali berikutnya ke kanan (berhenti di petak bertanda lingkaran putih).

Tantangan: Sisi dadu dengan berapa titik yang tampak di permukaan atas?

Jack menggulirkan sebuah dadu sepanjang petak jalan dengan memutar dadu sepanjang pinggir yang ada di perbatasan antara dua petak. Dia melakukannya 7 kali  (untuk SMP) atau 9 kali (untuk SMA) sampai dadu mencapai petak berisi bulatan putih.

Tantangan: Sisi dadu dengan berapa titik ada di dasar dadu saat dadu mencapai petak tujuan?

Catatan:

Persoalan tingkat SMA ini akan lebih mudah jika diprogram, dengan mendefinisikan diagram status peralihan permukaan.Bahkan akan dapat dipakai sebagai solusi bukan hanya 9 langkah, tetapi N langkah dengan jalur/jalan yang dikodifikasi.

 

Pemahaman kompleksitas persoalan perlu untuk merancang soal latihan yang sesuai jenjang. Dalam analisis data, persoalan akan semakin kompleks jika data volumenya semakin membesar. Sedangkan dalam pemodelan dan simulasi, persoalan semakin kompleks jika variabel semakin banyak (elemen sistem bertambah yang menyebabkan interaksi antar elemen semakin besar.

Integrasi CT ke Matematika dan Sains dilakukan melalui analisis data, pemodelan, dan simulasi. Kedekatan CT dengan Matematika ditunjukkan dari Wolfram Mathematica saat ini sudah bertransformasi menjadi pembelajaran yang disajikan pada kedua situs sebagai berikut. Lab virtual seperti contoh berikut memungkinkan siswa melakukan simulasi terhadap model dan menganalisis data hasil simulasi. Selanjutnya, siswa dapat membangun model, mengumpulkan dan menganalisis data untuk penelitian. 

Integrasi CT dalam pelajaran bahasa Indonesia dilakukan dalam kegiatan memahami, menstrukturkan, menalar, mengkritisi dan mengabstraksikan/menyarikan bacaan menjadi pengetahuan terstruktur dalam berbagai bentuk lain misalnya mind map. Menulis kalimat dalam bahasa Indonesia yang runtut sesuai kaidah tata bahasa dan konteks merupakan awal yang baik untuk menulis program komputer.

Penutup, guru tidak perlu khawatir menerapkan Kurikulum Prototipe. CP yang didefinisikan per fase memberi ruang bernapas untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kondisi siswa ketika diterima pada awal fase.  Materi esensial membebaskan guru untuk membiarkan siswa lebih banyak berpikir (termasuk CT) dan memaknai pembelajaran.

Kurikulum Prototipe ini  juga memberi arahan implementasi mata pelajaran dengan aras berpikir tingkat tinggi yang lebih jelas melalui CT. CT dapat dengan mudah diintegrasikan ke system thinking, design thinking, dan diterapkan melalui problem based, project based learning maupun inquiry based learning.

Ayo mengajar materi lama dengan cara baru, fokus kepada hal yang penting! 

Ikut sertakan siswa latihan CT lewat Tantangan Bebras. Jika Guru membutuhkan bantuan tentang CT, silakan menghubungi Biro Bebras terdekat untuk mendapatkan pencerahan. 

 

Ikuti tulisan menarik Inggriani Liem lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler