x

Iklan

Allisa Zannuba

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Januari 2022

Rabu, 12 Januari 2022 19:36 WIB

Thrifting yang Mengancam

Thrifting yang belakangan ramai di pasaran, nyatanya dapat mengancam keberadaan produk dalam negeri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Manusia memiliki kecenderungan untuk selalu mengikuti perubahan dan perkembangan zaman. Mulai dari perubahan dan perkembangan pada teknologi, dimana setiap terdapat versi baru dari sebuah gadget tertentu, banyak orang akan berbondong-bondong untuk membeli dan menggunakannya. Tidak hanya itu, pada perubahan dan perkembangan transportasi, dimana saat ini banyak kita temui masyarakat yang menggunakan vespa matic, padahal ditahun-tahun sebelumnya belum banyak orang yang mengendarainya.

Juga yang tak absen, yaitu perubahan dan perkembangan pada pakaian atau fashion. Tren berpakaian selalu berubah-ubah di setiap tahunnya. Saat ini sedang ramai digunakan oleh masyarakat, khususnya para remaja, yaitu penggunaan pakaian bekas atau yang akrab disapa dengan thrifting.

Kata thrifting sendiri berasal dari bahasa Inggris, yang memiliki arti berhemat. Hemat disini, yaitu membeli pakaian yang sudah tidak baru lagi atau bekas, dengan kondisi yang masih layak dan juga bagus untuk dikenakan. Alasan dari banyaknya remaja yang menggunakan pakaian thrift, yakni mereka bisa mendapatkan barang-barang branded, seperti Nike, Champion, Dickies, dan masih banyak lagi yang lainnya dengan kondisi baik. Tidak hanya itu, melalui thrift shop online maupun offline, mereka bisa memperoleh barang-barang langka dengan harga yang terjangkau.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tentu dengan keunggulan-keunggulan tersebut tidak sedikit remaja yang tergiur menggunakan pakaian thrift. Akibatnya produk-produk dalam negeri pun terkena imbasnya. Banyak remaja yang mulai meninggalkan produk lokal dan mulai beralih mengenakan barang-barang thrift. Dimana sebenarnya mayoritas barang-barang tersebut merupakan produk yang diimpor dari luar negeri.

Seperti yang kita ketahui, produk thrifting tidak lebih dari sekadar barang bekas yang sudah tidak lagi digunakan oleh pemiliknya. Tentu barang-barang tersebut akan lebih bermanfaat jika diberikan kepada orang yang membutuhkan, daripada untuk diperjualbelikan. Jika pembelian dan penggunaan barang-barang thrift tersebut terus dibiarkan, maka seiring berjalannya waktu dapat menjadi sebuah ancaman bagi produk lokal. Padahal produk lokal karya anak bangsa juga memiliki beragam model dan dapat diperoleh dengan harga yang masih ramah di kantong, pun dalam kondisi baru.

Dengan membeli produk-produk dalam negeri, kita juga turut serta dalam memajukan usaha kecil menengah (UKM) maupun usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang ada di Indonesia. Semakin banyak pesanan yang diterima, maka omzet pun akan meningkat. Akibatnya, UKM serta UMKM tersebut akan mengembangkan toko yang dimilikinya. Tidak menutup kemungkinan, toko-toko tersebut juga dapat menggurita hingga ke mancanegara.

Dengan menggunakan barang lokal, kita juga dapat membantu mengurangi angka pengangguran yang merupakan salah satu permasalahan pelik di Indonesia. Dengan semakin banyaknya permintaan dari konsumen, maka kebutuhan bahan baku akan meningkat, yang menyebabkan adanya penambahan pekerja. Selain itu, pada proses produksi barang tersebut, juga akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. Kemudian banyaknya pesanan yang diterima juga dapat berimbas pada meningkatnya permintaan bagi jasa ekspedisi yang akhirnya diperlukan tambahan kurir untuk mendistribusikan dan mengirimkan produk tersebut agar sampai ke tangan konsumen. Tidak sampai disitu, kita juga dapat membantu mata pencaharian lain seiring dengan perkembangan yang dilakukan oleh UKM dan UMKM tersebut.

Dengan banyaknya remaja yang tertarik menggunakan produk dalam negeri, maka UKM dan UMKM akan memaksimalkan usahanya untuk menarik minat konsumen. Mereka akan bersaing dengan ketat untuk bisa menjadi pilihan akhir bagi para calon pembeli. Kreativitas yang dihasilkan anak bangsa akhirnya akan meningkat, sehingga menghasilkan inovasi baru melalui beragam model dengan kualitas yang terbaik.

Adanya perkembangan pada UKM dan UMKM juga dapat membantu meningkatkan perekonomian Indonesia. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, UMKM sendiri merupakan pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia. Bersumber dari data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah. Adapun kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi.

Dengan menggunakan produk-produk dalam negeri yang merupakan local pride dapat menjadi salah satu bentuk mencintai Indonesia. Hal tersebut merupakan cara yang mudah, namun masih banyak di antara kita enggan membeli produk lokal, karena gengsi untuk menggunakannya. Padahal jika bukan kita, siapa lagi yang akan menggunakan produk karya anak bangsa sendiri. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita mulai meninggalkan barang-barang thrift yang mayoritasnya diimpor dari luar negeri dan beralih menggunakan produk-produk dalam negeri yang merupakan kebanggaan lokal.

Ikuti tulisan menarik Allisa Zannuba lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB