x

Ilustrasi Petani. Sasin Tipchai dari Pixabay

Iklan

Dito Afako

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Maret 2022

Kamis, 17 Maret 2022 06:08 WIB

Marhaenisme sebagai Antitesis Kolonialisme dan Imperialisme

Marhaenisme adalah pemikiran Bung Karno yang dijadikan alat perjuangan bagi kaum yang ditindas kaum borjuis dan nekolim. Marhaenisme berlandaskan pada asas Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi. Dari asas-asas marhaenisme itulah muncul bibit perjuangan untuk tercapainya susunan masyarakat yang adil dan makmur

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Segala bentuk kolonialisme dan imperialisme adalah penyakit yang merugikan bangsa terjajah. Pada sekitar abad ke 16, Belanda memulai aksi kapitalismenya di bumi Nusantara. Penderitaan rakyat Indonesia itu pun menjadi salah satu bukti kekejaman kaum imperialis yang memeras kekayaan negara lain yang memiliki potensi dijajah.

Kapitalisme yang merupakan induk dari kolonialisme juga menjangkiti pikiran bangsa-bangsa Eropa. Mereka kemudian melakukan eksploitasi terhadap bangsa lain yang kaya sumber daya alam. Penindasan yang dilakukan para imperialis memunculkan berbagai perlawanan bangsa terjajah. Perlawanan dalam bentuk pemikiran atau dengan perlawanan senjata.

Salah satu bentuk perlawanan lewat pemikiran dilakukan salah satu the founding fathers kita, yaitu Bung Karno. Beliau berhasil menciptakan metode berpikir yang akan menjadi antithese (antitesis) dari kolonialisme. Kritisnya pemikiran Bung Karno akhirnya menggiring rakyat melawan segala bentuk penjajahan yang memang merusak segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Entah itu dari segi lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi bangsa Indonesia pastinya akan rusak jika kapitalisme terus dipelihara. Dari kapitalisme dan kolonialisme inilah yang membuat Bung Karno beserta para tokoh bangsa lainnya mencoba mencari gagasan yang ideal demi tercapainya Indonesia yang merdeka dan sejahtera.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemerdekaan Indonesia merupakan tujuan awal bangsa Indonesia menuju kemakmuran bangsa. Sebelum kepada langkah yang lebih praksis, maka Bung Karno mengagas suatu ideologi yang bertujuan menyelamatkan kaum rentan akibat penindasan. Paham tersebut adalah Marhaenisme.

Marhaenisme merupakan suatu alat perjuangan menuju sosialisme Indonesia sehingga menyejahterakan para kaum marhaen. Marhaenisme ini memiliki 3 (tiga) asas utama, yaitu, pertama, Sosio Nasionalisme. Ini adalah asas bahwa rakyat Indonesia seyogyanya memiliki rasa nasionalisme yang berdasar pada kemanusiaan. Asas ini menolak paham ultranasionalisme atau biasa disebut fasisme Jerman yang digagas Adolf Hitler. Nasionalisme yang dibangun dengan sifat yang chauvinistik juga malah menciptakan penindasan dan imperialisme yang baru.

Sosio Nasionalisme ini juga menjadi suatu dasar bagi rakyat Indonesia untuk terus melawan segala bentuk penindasan yang sama sekali tidak manusiawi. Kebangsaan yang didasari rasa kemanusiaan juga mengembangkan sikap rakyat Indonesia untuk cinta tanah air sekaligus toleran antar sesama manusia. Sosio nasionalisme juga dapat menjadi pijakan untuk menuju sosialisme Indonesia dan Indonesia yang adil dan makmur.

Yang, kedua, adalah Sosio Demokrasi. Ini adalah asas yang berarti demokrasi politik dan demokrasi ekonomi haruslah berada diatas kaki sendiri yaitu berlandas pada amanah dan perintah rakyat. Rakyatlah yang memiliki kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri sehingga rakyat harus berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Sosio demokrasi juga diartikan sebagai demokrasi yang berdasar pada rakyat, rakyatlah yang menjadi garda terdepan untuk menciptakan suatu keadilan dan kemakmuran bagi dirinya sendiri.

Yang, ketiga, adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu asas yang menunjukkan bahwa manusia Indonesia pada dasarnya bertuhan dan memiliki sifat religiusitas yang tinggi. Peradaban yang ada di Indonesia dari zaman pra kerajaan Hindu ke kerajaan Hindu, lalu ke kesultanan Islam menunjukkan bahwa manusia Indonesia membangun peradaban dengan agama yang dianut sehingga muncul kaum-kaum intelektual pada zamannya masing-masing.

Ketiga asas marhaenisme inilah yang kemudian menjadi dasar bagi kaum yang tertindas untuk menghapus segala bentuk kapitalisme, kolonialisme, dan imperialism yang melanda Indonesia pada masa kolonialisme.

Marhaenisme juga merupakan suatu analisis kelas yang berbasis pada Marxisme yang sejatinya memposisikan kelas proletar sebagai subjek atau aktor utama revolusi Indonesia. Namun, berbeda dengan Marxisme pada umumnya, maka pada paham ini ada suatu perbedaan analisis kelas antara proletar dengan marhaen. Walaupun proletar dan kaum marhaen memang sama-sama melarat, perbedaan yang menonjol dari kaum marhaen yaitu dengan adanya alat produksi yang dimiliki oleh kaum marhaen. Kaum proletar hanya mengandalkan tenaganya dan tidak memiliki alat produksi untuk bertahan hidup, walaupun pada akhirnya Bung Karno sendiri memasukkan proletar ke dalam kaum marhaen karena sama-sama ditindas oleh kaum kapitalis.

Pemikiran Bung Karno inilah yang menjadi dasar dalam menghapus segala bentuk kolonialisme dan imperialisme yang di zaman selanjutnya berkembang menjadi neokolonialisme dan neoimperialisme. Revolusi Indonesia yang dicita-citakan oleh Bung Karno yaitu Indonesia yang adil dan makmur tersebut seyogyanya dipegang oleh kaum marhaen yang menjadi bahan utama demi sosialisme Indonesia. Perjuangan kaum marhaen yang dinamis tidak boleh disurutkan oleh berkembangnya kaum imperialis yang terus memeras tenaga rakyat. Marhaenisme yang sejati ialah segala bentuk perjuangan tiap-tiap barisan marhaenis dan marhaen demi sama rasa sama bahagia

Ikuti tulisan menarik Dito Afako lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler