x

Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay

Iklan

Iwan Kartiwa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2021

Rabu, 30 Maret 2022 06:50 WIB

Prakarsa Perubahan dalam Transformasi Pendidikan Indonesia

Transformasi pendidikan menununtut komitmen dan kerja kolektif-kolaboratif semua pihak. Selain itu juga perlu lahirnya prakarsa perubahan yang menjadi embrio penting transformasi pendidikan. Dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara terdapat sejumlah prinsip-prinsip penyelenggaran pendidikan yang fundamental. Pendidikan dimaknai sebagai ladang persemaian benih-benih kebudayaan. Maka pendidikan yang baik akan melahirkan budaya bangsa yang unggul dan mampu mengikuti perkembangan zaman.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Iwan Kartiwa

(Peserta Diklat Calon Pengajar Praktik Program Guru Penggerak Angkatan 5 Kab. Sumedang)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

                Sudah sejak lama dunia pendidikan Indonesia dianggap masih tertinggal dan tidak semaju negara lainnya. Berbagai upaya dan strategi perbaikan terus dilakukan oleh pemerintah kita tanpa mengenal kata menyerah. Saat ini melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tengah diluncurkan upaya perbaikan kualitas pendidikan berbasis Visi Merdeka Belajar. Implementasi visi Merdeka Belajar tertumpu pada revitalisasi dan reaktualisasi pemikiran filosofi pendidikan yang berasal dari tokoh pendidikan nasional kita yang bernama Ki Hajar Dewantara.

                Dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara terdapat sejumlah prinsip-prinsip penyelenggaran pendidikan yang sangat fundamental. Pendidikan dimaknai sebagai ladang persemaian benih-benih kebudayaan. Oleh karenanya pendidikan yang baik akan melahirkan budaya bangsa yang unggul dan mampu mengikuti perkembangan zaman yang ada.  Pendidikan merupakan proses tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Didalamnya ada proses menuntun segala kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing student) baik selaku manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya pendidikan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kodrat keadaan yang terdiri dari kodrat alam dan kodrat zaman. Hal yang tak kalah pentingnya lagi adalah soal pendidikan yang harus berorientasi pada kepentingan anak atau dengan istilah lain pendidikan harus menghamba (mengabdi) pada kepentingan anak sebagai peserta didik.

                Guna mewujudkan transformasi pendidikan dengan visi Merdeka Belajar itu, maka diperlukan komitmen dan kerja kolektif-kolaboratif (gotong royong) dari semua pihak. Semua pihak tersebut harus mampu tergerak, bergerak dan menggerakkan semua kalangan yang ada disekitarnya. Selain soal komitmen dan kerja kolektif-kolaboratif semua pihak tadi, juga perlu lahirnya prakarsa perubahan. Prakarsa perubahan ini akan menjadi embrio penting terjadinya transformasi pendidikan. Sebuah prakarsa perubahan memerlukan tiga elemen penting yang terkait satu sama lain. Ketiga elemen penting prakarsa perubahan itu terdiri atas adanya inisiatif perubahan, adanya pemimpin dan pengikut.

                Elemen pertama ialah inisiatif perubahan. Elemen ini adalah integrasi antara ide dan implementasi dalam praktik baik (best practice) pendidikan. Sebuah inisiatif prakarsa perubahan yang baik akan menghadirkan tiga pengaruh yang sangat penting yaitu akan berpihak kepada murid, berdampak terhadap murid dan dapat ditiru atau direflikasi. Berpihak kepada murid maksudnya adalah prakarsa perubahan melalui praktik baik yang dilakukan itu benar-benar sesuai dengan kebutuhan murid yang didasarkan pada empati kepada murid (bukan untuk kepentingan kurikulum atau kepentingan lainnya). Sementara itu yang dimaksud berdampak terhadap murid adalah ada bukti nyata perubahan positif yang dirasakan/didapatkan oleh murid atas praktik baik yang dilaksanakan. Sedangkan yang dimaksud dapat ditiru atau direflikasi maksudnya adalah bahwa praktik baik sebagai aksi nyata dari inisatif perubahan yang dilakukan tersebut dapat menyebar dan dapat dirasakan oleh lebih banyak siswa dimanapun mereka berada.

                Elemen prakarsa perubahan yang kedua adalah pemimpin. Dalam hal ini siapa yang memiliki kapasitas untuk memimpin transformasi pendidikan ini? Maka jawabannya adalah para guru penggerak. Hal ini sesuai dengan peran guru penggerak. Dalam Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak Program Guru Penggerak disebutkan bahwa ada lima peran guru penggerak. Kelima peran tersebut adalah 1). Menjadi pemimpin pembelajaran, 2). Menjadi coach bagi guru lain, 3). Mendorong kolaborasi, 4). Mewujudkan kepemimpinan murid (student agency), 5). Menggerakan komunitas praktisi.

Seorang guru penggerak adalah pemimpin perubahan, memiliki ide, inisiatif atau prakarsa perubahan selain karena memiliki peran yang strategis dalam hal tersebut, para guru penggerak ini pun telah dibekali oleh sejumlah nilai yang sudah terinternalisasi dalam memimpin prakarsa perubahan. Ada 5 (lima) nilai yang sudah terinternalisasi dalam diri guru penggerak yaitu berpihak kepada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif. Penjelasnnya adalah sebagai berikut Nilai guru penggerak yang pertama adalah berpihak pada murid. Ini tentu saja menjadi fokus dan perubahan paradigm yang paling mendasar.

Dalam proses dan produk pendidikan semua diorientasikan pada kepentingan murid dengan istilah lain menghamba pada murid. Nilai kedua ada reflektif menggambarkan daya saing, efikasi dan model mental. Dalam nilai reflektif menunjukan kualitas kinerja dan hasil yang bergeser dari dorongan yang bersifat eksternal menuju dorongan internal. Nilai ketiga adalah mandiri menggambarkan daya lenting, keahlian dan penguasaan diri. Dalam nilai kemandirian menunjukan kualitas kinerja dan hasil yang bergeser dari ketidakjelasan-kekaburan menuju kejelasan-keelokan.

Selanjutnya nilai yang keempat adalah kolaboratif. Nilai kolaboratif menggambarkan daya sanding yaitu kesalingketergantungan dan pembelajaran tim. Dalam nilai kolabortif menunjukan usaha-upaya bergeser dari laku terisolasi menuju laku yang saling terhubung. Nilai guru penggerak yang kelima adalah inovatif. Nilai inovatif menggambarkan daya lentur, fleksibiltas dan visi bersama. Dalam nilai inovatif ini menunjukan perspektif yang bergeser dari egosentris sempit menuju alternative-luas.

Terakhir elemen prakarsa perubahan yang ketiga adalah pengikut. Siapa pengikut yang dimaksud? Mereka adalah semua pihak yang mampu dipengaruhi dan diberdayakan untuk mendukung upaya transformasi pendidikan baik dalam sekala mikro maupun makro. Dalam hal ini fokus sasaran pengikut adalah mereka yang tergabung dalam komunitas praktisi. Siapa komunitas praktisi tersebut?

Dalam Modul Rencana Moderasi Program Guru Penggerak Lokakarya 1 Pengembangan Komunitas Praktisi Hal. 49 disebutkan bahwa komunitas ini adalah sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara rutin. Jadi dapat dikatakan komunitas praktisi ini adalah kalangan guru baik dalam satu sekolah maupun di luar sekolah yang memiliki motivasi dan kegelisahan yang sama dalam menggagas dan melaksanakan praktik baik (best practice) pembelajaran agar jauh lebih baik lagi dan memberikan dampak baik yang signifikan bagi murid. Komunitas praktisi inilah salah satunya yang akan memegang peranan penting dalam keberhasilan implementasi prakarsa perubahan menuju transformasi pendidikan yang didambakan semua kalangan.

Ikuti tulisan menarik Iwan Kartiwa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler