x

Suporter Timnas Sepak Bola Indonesia. Wikipedia

Iklan

muhammad rizal

Pemula dan terus belajar
Bergabung Sejak: 27 Maret 2022

Minggu, 17 April 2022 10:43 WIB

Sulitnya Menjadi Suporter Timnas Indonesia

Timnas Indonesia cabang olahraga sepakbola putra tidak pernah kekurangan dukungan. Selalu banyak yang mendukung mereka walaupun secara prestasi belum bisa dikatakan stabil di level atas Asia, bahkan ASEAN pun kadang masih terseok-seok.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sepakbola Indonesia yang begitu-begitu saja sebenarnya hal yang lumrah diketahui oleh para suporter Timnas Indonesia dari kalangan mana pun. Dengan keterbukaan informasi dan mudahnya mengakses informasi terkini membuat kalangan suporter Timnas Indonesia pun melek tentang pengetahuan sepakbola, ada diperingkat berapa FIFA Timnas Indonesia sekarang, berapa kali lolos Piala Asia dan Piala Dunia, serta seberapa hobinya kita melihat Timnas Indonesia menjadi runner-up ajang Piala AFF ataupun SEA Games. Sungguh para suporter sudah tahu dan menyadari hal tersebut.

 

Baiklah, coba kita bongkar satu persatu kenapa menjadi suporter sepakbola Timnas Indonesia tidaklah mudah. Pertama, sebenarnya kita semua sadar dimana letak kualitas sepakbola kita sekarang ini yang sekarang menempati peringkat 159 FIFA per bulan april ini layakkah untuk bersaing ditingkat yang lebih tinggi. Kedua, dalam keikutsertaan turnamen di level Asia kita baru empat kali secara beruntung berkompetisi di turnamen Piala Asia, yaitu 1996, 2000, 2004, dan terakhir 2007 ketika kita menjadi tuan rumah. Namun, secara hasil sayang sekali hanya mentok di fase grup untuk tingkat Piala Asia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana dengan dunia? Hebatnya, kita pernah lolos sekali ke Piala Dunia tahun 1938 dengan nama Hindia-Belanda. Lalu, prestasi setelah merdeka dengan menyandang Indonesia seperti sekarang ini kita pernah adalah lolos Olimpiade Melbourne 1956.

Untuk itu, supaya kita kembali ke jalur Asia dan dunia PSSI selaku federasi mulai melakukan beberapa langkah, seperti mengejar tanda tangan Jordi Amat (Spanyol), Sandy Walsh (Belanda), dan Shayne Pattynama (Belanda) sebagai pemain naturalisasi hasil rekomendasi dan pemantauan pelatih kepala Indonesia sekarang, Shin Tae-yong. Walaupun hasil dalam naturalisasi ini belum terlihat sama sekali, karena sampai saat ini pun untuk tingkat ASEAN seperti Piala AFF dan SEA Games kita selalu berkutat diposisi runner-up yang terus berulang.

Ketiga, adalah kenapa menjadi suporter Timnas Indonesia tidak mudah disebabkan PSSI sendiri. Berbagai macam kritik sudah dilempar kepada federasi bahwa naturalisasi bukanlah solusi jangka panjang, dibutuhkan suatu langkah progresif tentang perubahan sepakbola Indonesia sekarang ini.

Memang sudah terlihat upaya-upaya lebih baik, namun di era ketua saat ini Mochammad Iriawan yang dia lakukan hanya seperti melanjutkan kepengurusan selanjutnya di era Edy Rahmayadi yang sekarang ini sudah menjadi Gubernur Sumatera Utara. Contoh programnya adalah kompetisi Elite Pro Academy merupakan program yang ada di jaman Edy Rahmayadi yang dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal PSSI saat itu, Ratu Tisha. Bagaimana ada kompetisi elit usia dini yang dibuat untuk membentuk mental dan sifat berkompetisi dari usia 16-20 tahun. Dari kompetisi itu akhirnya muncul nama Saddam Ghaffar (PSS Sleman), Pratama Arhan (Tokyo Verdy), atau Alfreandra Dewangga (PSIS Semarang). Tahun 2021 ini dilaksanakan kembali, namun hanya EPA U16 dan EPA U18, tidak ada EPA U20 seperti tahun 2019.

Lalu ada janji pusat lapangan latihan yang sempat muncul tapi sampai sekarang belum terealisasi apakah akan benar-benar terwujud. Karena lapangan latihan yang mumpuni dimiliki oleh federasi harusnya mampu disiapkan oleh PSSI agar ketika ada pemusatan latihan pemain bisa lebih fokus tanpa terganggu oleh pihak-pihak lain.  Apalagi bulan Juni ini kita ada Kualifikasi Asia 2023 yang wajib untuk lolos setelah hampir 16 tahun kita absen mengikutinya atau federasi mau membuat kami patah hati lagi untuk kesekian kalinya? Memang sulit, menjadi suporter Timnas Indonesia namun asa itu tetap membara untuk memburu masa depan sepakbola Indonesia yang cerah.

Ikuti tulisan menarik muhammad rizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB