x

Ilustrasi Dialog. Gerd Alatmann dari Pixabay.com

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 21 Juni 2022 14:37 WIB

Koalisi Riweuh dan Bingung Nyapres

Para elite ini sedang bingung memahami apa kira-kira yang akan terjadi pada 2024, karena itu mereka sibuk menjajagi sana dan sini, mengunjungi sana dan sini, saling tawar-menawar, dsb. Ibaratnya mereka sedang melakukan padu-padan, kalau pakai atasan kuning bawahan hijau cocok gak ya? Andai atasan merah dan bawahan biru nyambung gak ya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Elite politik terkesan sibuk, hectic, dan riweuh teu puguh—sibuk gak jelas. Ada ketua partai yang terlihat menclok sana menclok sini, bertamu ke rumah partai-partai lain, entah membikin koalisi beneran atau seolah-olah berkoalisi. Repotnya lagi, ada pula yang bilang bakal nyapres, entah nyapres beneran atau seolah-olah nyapres, karena saat ketemu elite partai satu bilang akan nyapres dengan tokoh partai satu, ketika  bertemu elite partai dua berkata akan nyapres dengan tokoh partai dua.

Jadinya, panggung politik kita seperti dipenuhi elite politik yang wira-wiri alias mondar-mandir ke sana kemari dengan skrip dan plot cerita yang tidak jelas. Juga tidak seperti peragawan/peragawati yang melenggak-lenggok di atas catwalk dengan baju yang menawan pengunjung. Atau mereka sengaja membingungkan agar akhirnya yang muncul capres dan pasangan yang mengejutkan?

Kesibukan politik untuk perhelatan yang masih dua tahun lagi ini kelihatannya membuat produktivitas kerja mereka sebagai pejabat publik menurun. Banyak waktu terambil dan digunakan elite partai yang sekaligus pejabat untuk lobi-lobi, kunjungan ke daerah yang tak bersangkut paut dengan tanggung jawab jabatan, rapat-rapat internal partai, serta saling kunjung di antara sesama petinggi partai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka sibuk mengurus politiknya partai sembari menumpang kunjungan sebagai pejabat publik atau rapat partai di kantor negara. Begitu pula, makan siang kan berlangsung di gedung milik negara, kan? Padahal yang dibicarakan adalah soal politik partai, bukan politik negara. Elite kekuasaan dan partai semestinya memberi teladan yang baik mengenai pemisahan urusan-urusan yang berbeda ranahnya ini.

Tumpang tindih urusan politik partai dan jabatan publik ini jelas berpotensi membebani negara. Boleh jadi, aktivitas semacam ini akan semakin intensif berjalan begitu waktu semakin mendekati 2024. Mereka yang nyapres maupun tidak tapi sedang menjabat menteri akan memanfaatkan kesempatan kunjungan, pertemuan, acara peresmian—pokoknya yang terkait dengan jabatan publik—untuk kepentingan politiknya.

Para elite ini kelihatannya sedang bingung memahami apa kira-kira yang akan terjadi pada 2024, karena itu mereka sibuk menjajagi sana dan sini, mengunjungi sana dan sini, saling tawar-menawar, dsb. Ibaratnya mereka sedang melakukan padu-padan, kalau pakai atasan kuning bawahan hijau cocok gak ya? Andai atasan merah dan bawahan biru nyambung gak ya?

Politik macam apa yang sedang mereka pertunjukkan? Rakyat menginginkan presiden dan wakilnya yang terbaik bagi bangsa ini, bukan dari jenis yang populer tapi kurang kompetensi, kapasitas, integritas, maupun wawasan. Bukan dari jenis yang gagal paham bahwa ia bukan sekedar manajer tapi mesti membangun diri jadi negarawan.

Pentas politik yang riuh ini boleh jadi merupakan indikator tentang kualitas demokrasi kita, tentang seberapa matang elite politik kita, seberapa paham mereka mengenai hendak dibawa kemana masyarakatnya. Mereka sibuk memantau polling lembaga survei, mengintip kesibukan elite partai lain, mencari peluang untuk berpasangan, pokoknya sejenis aksi politik dari jenis riweuh teu puguh. Wajah-wajah mereka yang penuh tawa tak mencerminkan keprihatinan yang dirasakan rakyat kecil, wong cilik yang namanya kerap disebut-sebut di panggung-panggung kampanye. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler