Di Balik Dugaan Manipulasi Angka Statistik ala Rezim Prabowo

Rabu, 27 Agustus 2025 18:54 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Prabowo Subianto
Iklan

Sikap rasional ditunjukkan bila pemerintah menggunakan temuan-temuan faktual, betapapun pahitnya, sebagai landasan kebijakan.

***

Isu kencang tentang dugaan permainan angka-angka statistik untuk memoles citra pertumbuhan ekonomi kita secara terang-benderang menunjukkan bagaimana kekuasaan berpotensi dijalankan secara irasional (laporan utama Majalah Tempo edisi 24 Agustus 2025). Siapapun yang masih memegang teguh nalar sehat akan mengumumkan temuan-temuan faktual secara objektif meskipun terpaksa menelan pil pahit karena memperlihatkan kebelum-mampuan memperbaiki keadaan ekonomi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Walaupun pahit, rakyat banyak akan menghargai kejujuran seperti itu. Kepercayaan masyarakat akan kejujuran siapapun yang terlibat dalam menjalankan roda pemerintahan akan menjadi rapuh bila temuan-temuan faktual direkayasa agar angka pertumbuhan ekonomi terlihat cantik. Siapapun paham bahwa kepercayaan merupakan landasan fundamental bagi kelangsungan pemerintahan yang didukung rakyat.

Sikap rasional ditunjukkan bila pemerintah menggunakan temuan-temuan faktual sebagai landasan pengambilan keputusan dan kebijakan. Apabila angka-angka temuan dari lapangan dipoles atau bahkan direkayasa sedemikian rupa agar terlihat manis, maka pengambilan keputusan akan cenderung salah--ini konsekuensi yang tidak bisa ditolak. Akibat buruk dari keputusan yang salah ini akan semakin memperkeruh keadaan ekonomi.

Apa yang akan terjadi apabila semua unsur masyarakat menggunakan angka pertumbuhan yang tidak mencerminkan fakta objektif ini sebagai dasar pengambilan keputusan? Untuk investasi atau tidak, untuk menabung atau tidak, hingga akan berlibur atau tidak. Kekacauan yang akan terjadi, karena berbagai ragam keputusan merujuk kepada keputusan yang dijadikan patokan bersama, yaitu angka pertumbuhan ekonomi.

Memoles, apalagi merekayasa, angka pertumbuhan ekonomi merupakan tindakan irasional--melawan nalar sendiri. Nalar sehat niscaya memahami bahwa tindakan itu salah, tapi nalar kekuasaan tetap melakukannya demi citra baik di mata dunia. Bila kemudian, kehidupan masyarakat justru semakin memburuk, maka citra baik yang diangankan itu tidak akan terwujud, alih-alih malah memperburuk citra pemerintah karena sikap irasional telah menjerumuskan masyarakat.

Irasionalitas kekuasaan akan membayar konsekuensinya sendiri, dan yang paling mahal ialah hilangnya kepercayaan rakyat. Ketika kehidupan semakin sukar, maka satu-satunya aset yang masih diandalkan oleh rakyat adalah kejujuran kekuasaan [pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat, dan sebagainya yang diamanahi untuk mengambil keputusan bagi orang banyak]. Sikap irasional yang disadari itu merupakan wujud ketidakjujuran kekuasaan, sehingga jika kemudian kepercayaan rakyat kemudian terus memudar, maka itu hanyalah konsekuensi belaka dari irasionalitas kekuasaan.

Pemerintah dan cabang-cabang kekuasaan lainnya mestinya menyadari benar hal itu. >>

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

2 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Catatan Dari Palmerah

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Catatan Dari Palmerah

Lihat semua