Membebaskan Diri dari Perasaan Suka dan Tidak Suka
Rabu, 29 Juni 2022 09:37 WIB
Setiap orang punya perasaan suka dan tidak suka. Ada orang yang terlalu dikuasai perasaan, sehingga segala tindakannya berdasarkan hal itu. Kalau suka seseorang, dia akan baik dan sebaliknya. Bagaimana caranya agar tidak didominasi oleh perasaan?
Membebaskan Diri Dari Perasaan Suka dan Tidak Suka
Bambang Udoyono, penulis buku
Suka dengan seseorang atau tidak suka dengan seseorang sebenanrnya wajar saja. semua orang punya perasaan seperti itu. Hanya bedanya ada orang yang dikuasai oleh perasaan itu, dan ada juga yang sudah bebas dari dominasi perasaan itu.
Gambaran perasaan suka dan tidak suka
Ali bin Abi Thalib punya sebuah quote indah tentang ini.
“Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak membutuhkan itu, dan yang membencimu tidak mempercayai itu.” – Ali bin Abi Thalib
Kata mutiara Ali bin Abi Thalib ini rasanya pas sekali untuk sikon Indonesia kekinian. Tatkala hampir semua orang hanya memakai perasaanya saja, sehingga mereka menentukan sikap sejatinya hanya berdasar suka atau tidak suka saja. Mereka suka kepada si A lalu menganggap si A adalah seorang yang sempurna, tanpa cacat sedikitpun. Demikian juga terhadap orang yang tidak disukai mereka pandang seolah tidak ada kebaikannya sedikitpun. Jadi pandangan mereka hanya ada hitam dan putih. Si A serba putih, lebih putih daripada susu dan si B serba hitam, lebih gelap dari kelamnya malam.
Sebenarnya wajar saja memiliki perasaan. Manusia di manapun pasti memiliki perasaan. Ada orang yang disukai dan ada orang yang tidak disukai. Hanya saja derajatnya beda. Ada segolongan manusia yang sangat didominasi oleh perasaannya dan ada yang sudah mampu mengatasi perasaannya.
Orang orang jajahan
Orang yang demikian itu sejatinya adalah orang orang jajahan meskipun kita sudah merdeka. Mereka dijajah oleh nafsunya, kebodohannya, egonya. Akibatnya mereka tidak mampu melihat dengan ketiga matanya. Hanya mata raganya saja yang sehat. Mata nalarnya hanya separo terbuka. Apalagi mata hatinya ‘rabun’ atau memang sejak awal tidak pernah terbuka. Memang tidak mudah melihat jatining kasunyatan, atau ultimate truth kata wong londo. Sebagian orang hanya melihat sebagian dari kenyataan lantas mengambil kesimpulan hitam putih. Ada cerita orang buta melihat gajah yang tepat sekali menggambarkan cara orang memandang secara parsial. Orang yang memegang ekor gajah mengira gajah seperti tali. Orang yang memegang kakinya mengira gajah seperti bambu besar, dsb
Cara melihat kenyataan sejati
Pertanyaannya, bagaimana kita bisa melihat ultimate truth (jatining kasunyatan)? Bukan sekedar partial truth (Sebagian kebenaran). Sangat susah. Untuk membuka mata nalar saja anda harus belajar banyak ilmu. Sedangkan anda di bangku kuliah hanya belajar satu ilmu saja. beberapa orang mengambil S 2 atau S 3 nya dengan ilmu berbeda. Tapi hanya sedkit jumlahnya. Maka kemungkinan besar anda hanya melihat sebagian saja dari kebenaran. Dan kebanyakan sudah merasa melihat semuanya. Jadi sebenarnya hanya persepsi saja yang anda miliki. Atau lebih parah lagi hanya asumsi, atau anggapan saja.
Membuka mata hati membutuhkan keuletan, kesungguhan, tekad, niat, kerja keras dan waktu panjang. Ibadah solat, membayar zakat, ifak dan sedekah, dan puasa kalau dilakukan dengan baik da benar akan membuat kita menjadi punya mata hati. Setelah sampai satu titik tertentu anda akan menjadi manusia trinetra alias memiliki tiga mata. Satu mata raga. Kedua mata nalar dan ketiga mata hati.
Setelah sampai tahapan itu bukan berarti ada sudah tidak memiliki perasaan lagi. Anda masih tetap memiliki perasaan suka atau tidak suka. Anda masih mempunyai nafsu. Tapi anda tidak lagi dikuasai oleh perasaan itu. Anda tidak lagi dijajah nafsu. Jadi anda tidak akan bertindak keras kepada orang yang anda tidak sukai. Anda akan melihat juga sisi baiknya. Kalau anda jadi guru atau atasan anda tidak akan ‘ngecing’ (menganaktirikan) murid atau anak buah hanya karena anda tidak suka. Anda tidak akan jadi orang yang zalim. Dengan kata lain anda akan jadi orang merdeka. Bukan lagi orang jajahan. Merdeka dari penjajahan hawa nafsu.
Maka jadilah orang yang merdeka dari penjajahan hawa nafsu.
Ringkasan
Semua orang punya perasaan suka dan tidak suka. Orang kebanyakan masih dikuasai oleh nafsu dan perasaan. Akibatnya mereka bertindak berdasarkan nafsu dna perasaan ini. Tapi orang yang bijaksana tidak dikuasai oleh nafsu dan perasaannya. Cara membebaskan diri dari nafsu dna perasaan adalah dengan ibadah sepenuh jiwa raga. Nanti mata hati juga akan menjadi awas. Orang seperti ini tidak lagi dikuasai oleh nafsu dan perasaannya. Tindakannya tidka lagi berdasarkan perasaan suka dan tidak suka.

Penulis Indonesiana
3 Pengikut

Jejak Langkah dan Bekas Hati: Transformasi Diri Melalui Perjalanan
Sabtu, 12 April 2025 07:33 WIB
Buku Sebagai Sumber Kebahagiaan Abadi: Merenungi Hikmah Ali bin Abi Thalib
Kamis, 10 April 2025 08:38 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler