1. Angka-angka tanggal ribuan kali, menanti jumpa di ambang pagi. Kau, serupa sajak yang ingin kubaca setiap hari.

2. Cinta selalu punya cara menggenapkan malam-malam yang ganjil, yang tak tergenapi kejujuran pikir. 

3. Musim dingin di kedai kopi. Pada cangkir ke dua, seorang perempuan melarutkan seluruh rindunya tanpa sisa. 

4. Sebuah sajak menjelma lengan, memberi hangat pada malam yang hujan. Tuhan, mari berbincang tentang ia yang kusayang. 

5. Malam-malamku terbuat dari secangkir kopi, sajak-sajak sunyi, dan ingatan yang begitu nyeri. 

6. Pagi adalah kabar, dari jeda yang sengaja kau ciptakan. Entah karena kau nyaman entah karena rindu yang tertahan. 

7. Sepasang lengan memeluk diri sendiri, memaksa nyeri untuk rebah pada tabah. 

8. Pagi ini dua matahari terbit dalam kamarku, hangat. Satu terbuat dari senyum ibuku, satu lagi dari puisimu. 

9. Ada yang kubiarkan hanyut dalam hujan, rinduku padamu. Ada yang kubiarkan larut pada secangkir kopi, senyumanmu. 

10. Suaramu menjelma sebuah kota yang tiap sudutnya dikuasai sepi. Setiap musim, sajak-sajak sedih lahir di antara mekarnya kamboja.

Ikuti tulisan menarik Dien Matina lainnya di sini.