x

Iklan

Nayoko Aji

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 November 2021

Selasa, 1 November 2022 07:16 WIB

Malaysia Mengklaim Bahasa Indonesia Bagian dari Bahasa Melayu?

Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob menyebutkan bahasa Melayu dituturkan 300 juta penduduk ASEAN dari Indonesia hingga Kamboja. Ia berwacana agar bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa resmi kedua ASEAN setelah bahasa Inggris. Isu itu di Malaysia semakin liar karena banyak disampaikan juga di luar agenda resmi pemerintahan Malaysia. Artinya, Malaysia mengklaim bahwa Bahasa Indonesia itu bagian dari Bahasa Melayu?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob menyebutkan bahwa bahasa Melayu dituturkan 300 juta penduduk ASEAN dari Indonesia hingga Kamboja. Hal itu dimaksudkan untuk membuat wacana bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kedua ASEAN setelah bahasa Inggris.

"Indonesia, Brunei, Singapura, Thailand selatan, Filipina selatan, serta sebagian dari Kamboja turut menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Jadi tidak ada alasan, kami menjadikan bahasa Melayu sebagai salah satu bahasa resmi ASEAN," ucap Ismail Sabri Yaakob.

Isu tersebut terus berkembang baik di Indonesia maupun Malaysia. Di Indonesia isu itu berkembang karena mempertanyakan apakah benar Indonesia termasuk yang dihitung sebagai penutur bahasa Melayu? Apakah isu itu karena terjadinya dominasi bahasa Indonesia atas bahasa Melayu di kalangan masyarakat Malaysia? Juga yang paling dikhawatirkan isu itu bermuatan kepentingan politik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedang di Malaysia isu itu berkembang setelah Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia, Nadiem Makariem menolak. Penolakan itu karena wacana tersebut sudah menjadi gagasan bahkan agenda pemerintahan Malaysia yang perlu dikaji dan dibahas lebih lanjut di tataran regional.

Isu itu di Malaysia semakin liar karena banyak disampaikan juga diluar agenda resmi pemerintahan Malaysia. Beberapa diantaranya mengusik rasa nasionalisme kami sebagai bangsa Indonesia. Ada salah satu profesor Malaysia mengatakan, apa ada bahasa Indonesia? Ada juga channel YouTube dari Malaysia menyebut bahwa suku-suku di Indonesia semuanya adalah Melayu.

Fakta sesungguhnya ialah Indonesia kaya akan keberagaman. Dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan. Lebih dari 300 kelompok besar etnik atau suku bangsa di Indonesia. Lebih tepatnya jika dihitung lebih rinci dengan anak suku, terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut sensus BPS tahun 2010. Suku Jawa adalah kelompok terbesar di Indonesia dengan jumlah yang mencapai 41% dari total populasi.

Dari beberapa teori asal suku-suku di Indonesia, tidak ada satu teori yang mutlak benar ataupun salah. Teori-teori itu bisa jadi semuanya benar, karena fakta adanya 1.340 suku itu tentunya tidak terjadi dengan hanya satu teori saja. Sebelum membahas tentang bahasa, akan kami bahas secara global asal suku-suku di Indonesia. Dan kami ambil contoh yang lebih terperinci tentang suku Jawa sebagai suku terbesar di Indonesia.

Sejarah dan teori asal suku-suku di Indonesia dimulai dari zaman es (The Last Glacial Maximum / LGM). LGM mengacu pada periode sejarah bumi saat gletser berada pada posisi paling tebal dan permukaan laut paling rendah. Pada waktu itu pulau Sumatra, pulau Jawa, pulau Kalimantan masih menyatu dengan semenanjung Medini (Wilayah Malaysaia sekarang ini). Pulau Papua dan benua Australia jadi satu (Paparan Sahul), sedang pulau Sulawesi dan kepulauan kecil seperti Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku sampai pulau-pulau wilayah Filipina yang sekarang merupakan kepulauan yang berdiri sendiri-sendiri. Jadi pulau Sumatra, Kalimantan dan Jawa membentuk semenanjung besar dari benua Asia. Semenanjung itu berujung di pulau Jawa saat ini. Semenanjung itu berpantai elok dari ujung Sumatra (Sabang) sampai ujung timur Jawa (Banyuwangi).

Keelokannya karena wilayah pantai itu merupakan pantai terpanjang yang melintang nyaris sempurna tepat di garis Katulistiwa. Geografis pantai itu merupakan lempeng tektonik, garis pantai berpalung dan sekaligus merupakan jajaran gunung berapi. Selain itu juga banyak keuntungan-keuntungan geografis yang didapat di semanjung besar yang sekarang disebut wilayah Asia Tenggara itu.

Selain tepat di garis katulistiwa dan banyaknya gunung berapi, letak semenanjung itu juga sangat strategis karena terletak antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indo-Australia dan Pacific). Ditambah lagi ujung semenanjung itu, yaitu pulau Jawa sekarang merupakan tanah yang subur. Sehingga tepat sejak jaman dahulu wilayah itu disebut Zamrud Katulistiwa.

Ada lima teori asal usul suku di Nusantara. Teori yang pertama berasal dari Yunnan, China Selatan. Kedua, berasal dari Nusantara sendiri, didukung ditemukannya fosil manusia purba jenis Homo Erectus di Sangiran. Ketiga, berasal dari Taiwan. Keempat, berasal dari Afrika. Teori yang kelima adalah teori menurut para ahli. Menurut masing-masing ahli berpendapat berbeda yang merujuk pada empat teori sebelumnya. Namun dari teori para ahli tersebut dapat dirangkum bahwa semua teori itu bisa jadi benar semuanya, karena terjadi selama beribu-ribu tahun, gelombang kedatangan dan jalur perjalanan yang berbeda hingga terjadi pembauran antar ras di Nusantara.

Genetika ras Nusantara adalah produk campuran dua atau lebih populasi moyang, walaupun presentasi genetika Austronesia lebih dominan di bagian barat Indonesia. Sedangkan presentasi genetika Papua lebih tinggi di bagian timur Indonesia.

Genetik orang Indonesia sangat beragam, berkat pembauran dari beragam genetika. Pembauran gen itu menjadi jawaban mengapa kedekatan geografis tidak serta-merta menghasilkan kedekatan genetik suatu etnis. Contohnya genetik orang Nias dan Mentawai lebih dekat dengan Formosa (suku asli Taiwan). Genetika suku Batak lebih dekat dengan suku Bugis di Sulawesi dibanding dengan suku-suku lain di Sumatra. Asimilasi beragam perpaduan etnik yang terjadi selama ribuan tahun itulah yang menambah keberagaman Indonesia.

Diantara suku-suku di Nusantara, genetika suku Jawa yang paling hetrogen. Ini terjadi karena sejak dahulu kala Jawa yang menjadi pusat perdagangan Nusantara. Juga letak pulau Jawa tepat di tengah-tengah Nusantara, tepat perlintasan antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indo-Australia dan Pacific). Sehingga pembauran dan infiltrasi ras asing paling banyak terjadi di Jawa, ini sudah dibuktikan dengan hasil test DNA orang Jawa yang hasilnya sangat beragam.

Selain pembauran ras yang sudah terjadi selama ribuan tahun, infiltrasi ras asing juga terus terjadi. Ini terjadi karena Nusantara terkenal produk-produk perdagangan sejak dahulu kala. Pedagang Arab, China, Gujarat, Inggris, Prancis, Persia, hingga Turki. Infiltrasi ras asing tentu terjadi didaerah-daerah yang biasa buat berlabuh kapal-kapal asing, bahkan ini terjadi sampai zaman modern. Pembauran dan infiltrasi ras asing ini tentunya juga terjadi pada penggunaan bahasa. Kontak budaya antara orang-orang Nusantara pada masa itu begitu tinggi sehingga hal itu berimplikasi terhadap bahasa-bahasa yang digunakan.

Dari kelompok besar etnik di Indonesia yang berjumlah lebih dari 300 itu (1.340 suku bangsa yang lebih terperinci), ada 718 bahasa daerah yang digunakan. Latar belakang keberagaman itulah yang menjadi pembahasan persiapan pra kemerdekaan Indonesia menjadi panjang. Dari keberagaman itu ada cita-cita yang satu, yaitu kemerdekaan. Namun semuanya menyadari bahwa kemerdekaan akan sulit terwujud jika tidak adanya persatuan.

Konggres Pemuda I pada tahun 1926 belum ada titik temu persatuan itu. Meskipun anggota konggres paling banyak dari suku Jawa dan bahasa Jawa paling banyak penuturnya, bahasa Jawa tidak diusulkan sebagai bahasa persatuan. Perwakilan orang Jawa sadar bahwa bahasa Jawa terlalu rumit dan memakai tingkat tutur.

Dalam kongres itu, Sanusi Pane (Sastrawan dan pujangga yang lahir di Muara Sipongi, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada 14 November 1905) yang pertama kali mengusulkan untuk menetapkan Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Mohammad Yamin (Sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum lahir di Talawi, Sawahlunto pada 24 Agustus 1903) selaku sekretaris dan penyusun konsep naskah “Ikrar Pemuda” menyetujui usulan Sanusi Pane. Muhammad Tabrani (Penulis, jurnalis dan redaktur di harian Hindia Baru lahir di Pamekasan, Madura pada 10 Oktober 1904) pada prinsipnya menyetujui usulan itu. Perdebatan terjadi antara Mohammad Yamin dan Muhammad Tabrani mengenai nama bahasa persatuan. Penetapan itu gagal, tetapi kemudian diadopsi lagi dalam Kongres Pemuda II.

“Bangsa Indonesia belum ada. Terbitkanlah bangsa Indonesia itu! Bahasa Indonesia belum ada. Terbitkanlah bahasa Indonesia itu!” Demikianlah gelora Tabrani sebagaimana ia tuliskan sendiri dalam koran Hindia Baru (edisi 11 Februari 1926). Jika kita membuatnya bahasa itu bahasa Melayu, salahlah kita. Karena sebutan semacam itu seolah-olah dan mesti mengandung sifat (pikiran dan tindakan) imperialisme dari bahasa Melayu terhadap bahasa daerah lainnya. Begitulah sikap tegas Muhammad Tabrani.

Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 dengan Sugondo Joyopuspito sebagai Ketua Kongres atas persetujuan Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Sugondo Joyopuspito (lahir di Tuban, 22 Februari 1905) duduk bersebelahan dengan Mohammad Yamin sebagai sekretaris. Mohammad Yamin menyodorkan secarik kertas kepada Soegondo seraya berbisik: Ik heb een elegante formule voor de resolutie (saya mempunyai rumusan resolusi yang lebih luwes). Dalam secarik kertas konsep Ikrar Pemuda tersebut tertulis 3 kata / trilogi : satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, Indonesia. Kongres menerima usulan konsep Ikrar Pemuda yang dikenal hingga sekarang sebagai Sumpah Pemuda.

Naskah Sumpah Pemuda yang final berbunyi : Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Dengan Sumpah Pemuda itu jelas, dari keberagaman suku di Indonesia ada kebulatan tekad untuk bersatu demi cita-cita bersama yaitu kemerdekaan. Cita-cita itu diwujudkan dengan tekad yang sama dan berikrar membentuk satu bangsa yaitu bangsa Indonesia. Optimis dengan perjuangannya menciptakan bahasa persatuan yang berakar dari bahasa Melayu.

Demikian sejarah terbentuknya bangsa Indonesia yang berlandaskan bahasa. Tekad menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia terus digelorakan selama Negara Kesatuan Republik Indonesai ini berdiri. Kebijaksanaan pemerintah Indonesia sejak awal kemerdekaan jelas dan tegas dinyatakan dalam UU bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana pemersatu berbagai suku bangsa dan sebagai sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.

Sementara itu, dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, bahasa komunikasi tingkat nasional, bahasa media massa, serta bahasa pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kedudukan seperti itu, bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam memfasilitasi proses kemajuan bangsa Indonesia.

Sistem pendidikan Indonesia juga jelas, penyelenggara pendidikan yang mengajarakan dengan sistem dwi bahasa atau lebih, tetap mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Disamping itu, kurikulum terdapat muatan lokal yang mengajarkan kearifan lokal termasuk budaya dan bahasa daerah. Sehingga bahasa daerah juga akan tetap lestari.

Atas perjuangan itu, dewasa ini bahasa Indonesia telah menjadi bahasa terbesar ke 10 dari bahasa yang paling banyak digunakan di dunia dengan 199 juta penutur. Bahasa Indonesia akan terus berkembang, penyebaran bahasa Indonesia juga terjadi melalui hubungan perdagangan dan kerja sama internasional karena wilayah Indonesia yang strategis dan kaya akan sumber daya alam serta sumber daya manusia.

Bahasa Indonesia sangat dinamis. Berbasis banyaknya penutur dari berbagai suku dan ras sehingga bahasa Indonesia terbiasa dengan masuknya kosa kata dari berbagai bahasa daerah dan mancanegara. Dari banyaknya kosa kata yang berasal dari bahasa daerah yang berbeda tetapi mempunyai persamaan arti, masyarakat Indonesia mampu mengelola itu sehingga menjadi kosa kata yang lebih detail. Sebagai contoh ada kosa kata yang masuk dari bahasa Jawa, yakni semrawut dan ambyar. Lalu ada kosa kata dari bahasa Sunda, amburadul. Ketiga kosa kata itu yang mempunyai arti secara umum dalam bahasa Indonesia tidak teratur, mampu dipakai secara bersamaan secara apik.

Juga kosa kata benar berasal dari bahasa Jawa bener yang dalam bahasa Indonesia berarti betul. Kata benar dan betul bisa dikelola menjadi suku kata yang lebih detail karena kata jadiannya yaitu kata kebenaran dan kebetulan mempunyai makna yang berbeda. Kedetailan itu bisa dari rasa/perasaan, pemikiran / pemahaman dan lain sebagainya. Contohnya kata membelot / pembelot dan berkhianat / pengkhianat, arti khianat terasa lebih mendalam tentang perasaan dibanding kata belot.

Contoh lain, kata tahu, mengerti, dan faham. Ketiga kata itu berbeda dalam kedalaman rasa dan pemikiran. Kata tahu mengandung arti sekedar tahu dari indra penglihatan kita, kata mengerti mengandung arti tahu yang lebih mendalam melibatkan perasaan dan sedikit pemikiran, dan kata faham mengandung arti tahu yang paling mendalam dengan pemikiran.

Kedinamisan bahasa Indonesia itu juga karena masyarakat Indonesia suka membuat kosa kata/istilah baru dengan mengkonjungsikan dari dua atau beberapa kosa kata/istilah yang sudah ada. Cara mengkonjungsikannya dengan membuat singkatan dari dua atau beberapa kata/istilah menjadi kosa kata/istilah baru.

Dalam bahasa Jawa ada istilah keratabasa atau jarwo dhosok, contoh kata guru (digugu lan ditiru), kuping (kaku tur jepiping). Orang Sunda juga suka membuat istilah baru dengan cara tersebut. Contoh istilah batagor (bakso, tahu goreng), cilok (aci dicolok). Demikian juga bahasa Indonesia ada istilah daring (dalam jaringan), ojol (ojek online), mager (malas gerak), bucin (budak cinta), pelakor (perebut laki orang) dan lain-lain. Meski sebagian belum dinyatakan baku tetapi sudah lazim dituturkan masyarakat Indonesia. Semua itu karena masyarakat Indonesia suka yang lebih praktis. Bahkan nama Presidennya supaya lebih praktis suka diambil singkatanya, seperti Susilo Bambang Yudhoyo (SBY), Joko Widodo (Jokowi).

Dewasa ini kaum muda Malaysia juga lebih suka menggunakan bahasa Indonesia. Untuk serapan kosa kata dari asing, antara Indonesia dan bahasa Melayu Malaysia tentunya berbeda. Indonesia lebih banyak kata serapan asing dari bahasa Belanda, karena Indonesia bekas jajahan Belanda. Sedang Malaysia lebih banyak kata serapan asing dari Inggris. Contoh seperti kosa kata serapan bahasa Indonesia indikasi, informasi, komunikasi dari bahasa Belanda indicatie, informatie, communicatie. Kaum muda Malaysia masa kini lebih suka memakai kosa kata serapan bahasa Indonesia tersebut, karena seharusnya kata serapan bahasa Melayu Malaysia adalah indikesyen, informesyen, komunikesyen dari bahasa Inggris indication, information, communication.

Kritik buat pemerintahan Malaysia, kenapa merasa paling memiliki budaya dan bahasa Melayu? Yakin bahasa resmi yang digunakan bahasa Melayu apa bahasa Malaysia? Indonesia dengan perjuangannya optimis mampu melestarikan budaya dan bahasa Melayu dan mencatat dalam sejarah berhasil memartabatkan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Berjuanglah Malaysia, kejayaan Melayu masa lalu seharusnya dilestarikan.

 

https://lontarnews.com/2022/04/10/lontarpedia-indonesia-pertanyakan-klaim-pm-malaysia-soal-300-ribu-penutur-bahasa-melayu-lontarnews/

https://jateng.idntimes.com/life/education/anggun-puspitoningrum-1/6-fakta-asal-usul-suku-jawa-ternyata-keturunan-china-dan-india?page=all

https://www.indonesia.go.id/ragam/budaya/ekonomi/bandar-bandar-tua-dan-kronik-sejarah

https://www.kompas.com/edu/read/2021/08/05/162355371/10-bahasa-paling-banyak-digunakan-di-dunia-indonesia-nomor-berapa?page=all

 

Ikuti tulisan menarik Nayoko Aji lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB