Dimensi Teologis Kebersihan dalam Islam
5 jam lalu
Agama memiliki perhatian yang begitu mendalam terhadap kesehatan.
***
Wacana ini ditulis oleh Clarisha Alchaira Achmad, Luthfiah Mawar M.K.M., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
Agama memiliki perhatian yang begitu mendalam terhadap kesehatan, sebab hampir seluruh aktivitas ibadah manusia tidak dapat dilepaskan dari kondisi fisik yang sehat. Dalam pandangan Islam, kesehatan merupakan salah satu nikmat terbesar yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-Nya. Seseorang yang dirundung penyakit tentu akan merasa tidak nyaman dalam menjalani kehidupan, terlebih jika harus menanggung biaya pengobatan yang kerap tak terduga.
Karena itu, kesehatan dipandang sebagai anugerah yang patut disyukuri, sebagaimana ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW bahwa Allah senang melihat bekas nikmat-Nya yang tampak pada diri hamba-Nya. Ungkapan ini mengandung pesan bahwa menjaga kesehatan merupakan salah satu bentuk syukur yang nyata atas nikmat Allah.
Mensyukuri nikmat kesehatan berarti berusaha menjaga keberlangsungan nikmat tersebut sesuai sunnatullah dalam sebab dan musabab. Ibnu Qayyim menekankan bahwa petunjuk Nabi Muhammad SAW adalah pedoman terbaik dalam menjaga kesehatan, yang mencakup pengaturan pola makan, minum, pakaian, tempat tinggal, udara, tidur, aktivitas, hingga hubungan pernikahan. Dengan menata aspek-aspek kehidupan ini secara seimbang, seseorang akan lebih dekat pada kehidupan sehat yang berkesinambungan.
Rasulullah SAW juga mengingatkan bahwa pada hari kiamat kelak, salah satu nikmat pertama yang ditanyakan kepada manusia adalah tentang kesehatan tubuh yang telah dikaruniakan kepadanya. Dalam doa, beliau bahkan menganjurkan umatnya untuk senantiasa memohon dua bentuk kesehatan, yakni kesehatan agama dan kesehatan dunia, sebab keduanya merupakan fondasi utama bagi kelangsungan hidup manusia.
Kesehatan dalam Islam erat kaitannya dengan kebersihan, yang dipandang sebagai sarana penting untuk memelihara tubuh dan jiwa. Tidak mengherankan apabila kitab-kitab fiqh selalu diawali dengan pembahasan thaharah atau bersuci. Wudhu, misalnya, menjadi ritual penyucian yang membersihkan bagian tubuh yang rentan terkena kotoran, debu, dan keringat, seperti wajah, tangan, kepala, telinga, dan kaki.
Bahkan dalam hadits shahih ditegaskan bahwa shalat tidak akan diterima tanpa wudhu. Ijma’ para ulama juga menyatakan bahwa shalat tidak sah tanpa bersuci, selama seseorang mampu melakukannya. Al-Qur’an dan Sunnah memuji mereka yang menjaga kebersihan, bahkan menegaskan bahwa Allah mencintai orang-orang yang bersih.
Selain wudhu, Islam juga menekankan pentingnya mandi, terutama pada hari Jumat, sebagai bentuk penyucian fisik sekaligus penghormatan terhadap pertemuan ibadah mingguan. Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk menjaga kebersihan mulut melalui siwak atau gosok gigi, serta memelihara kerapian tubuh dengan merawat rambut dan memotong kuku. Kebersihan tidak hanya terbatas pada individu, melainkan juga harus tercermin pada ruang-ruang publik, seperti masjid dan fasilitas umum. Tempat wudhu, kamar mandi, dan area sekitar masjid harus dirawat dengan baik agar terhindar dari najis dan kotoran.
Islam juga memberikan ancaman tegas bagi mereka yang mengabaikan kebersihan atau merusak kesehatan lingkungan. Rasulullah SAW melarang keras membuang kotoran di jalan, di tempat berteduh, atau di sumber air, bahkan menyebutnya sebagai perbuatan yang dilaknat. Hadits lain memperingatkan agar tidak mencelupkan tangan ke dalam bejana sebelum dibasuh setelah bangun tidur, serta melarang buang air kecil di air yang tidak mengalir. Larangan-larangan ini jelas menunjukkan bahwa Islam memandang kebersihan sebagai prinsip fundamental yang terkait langsung dengan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan.
Jika ditinjau dari perspektif kontemporer, ajaran Islam tentang kesehatan dan kebersihan mengandung relevansi yang melampaui ruang dan waktu. Prinsip hidup sehat yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dapat dipahami sebagai etika preventif dalam kesehatan masyarakat modern. Di tengah tantangan global seperti polusi, penyakit menular, dan gaya hidup tidak sehat, tuntunan Islam mengenai pola makan seimbang, tidur teratur, olahraga, serta kebersihan lingkungan menjadi sangat aktual.
Kesadaran bahwa tubuh adalah amanah ilahi mendorong umat manusia untuk menjaganya, tidak hanya demi kelangsungan ibadah tetapi juga demi terciptanya masyarakat yang sehat, produktif, dan berdaya saing. Dengan demikian, pandangan Islam mengenai kesehatan bukan sekadar bernilai spiritual, melainkan juga menjadi kontribusi penting bagi peradaban modern dalam membangun harmoni antara iman, ilmu pengetahuan, dan keberlangsungan hidup manusia.
Corresponding Author Clarisa Alchaira Achmad (email: [email protected])

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Dimensi Teologis Kebersihan dalam Islam
5 jam lalu
Awas, Polusi Terbukti Menyababkan Demensia
5 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler