Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Asesor LSP Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Doktor Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku. Salam literasi

Kelas Prasekolah di TBM dan Pendidikan yang Inklusif Seperti Apa?

5 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Kelas prasekolah di taman bacaan
Iklan

Optimalkan belajar calistung secara menyenangkan, bersifat inklusif secara nyata.

***

Hampir semua pendidik dan orang tua sepakat. Bahwa anak yang diajarkan calistung (baca, tulis, dan berhitung) sejak dini dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan bahasa, mempermudah adaptasi di sekolah dasar, menumbuhkan kepercayaan diri, serta melatih fokus, daya ingat, dan kemampuan memecahkan masalah di kemudian hari. Namun harus diinat, di usia dini, kegiatan belajar tidak boleh bersifat memaksa. Karenanya diperlukan metode belajar yang menyenangkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Berpegang pada prinsip belajar dengan senang itulah, TBM Lentera Pustaka menjalankan program KElas PRAsekolah (KEPRA), sebagai salah satu program literasi  yang memfasilitasi anak-anak usia prasekolah (PAUD/TK) untuk belajar calistung dan bermain di taman bacaan. Setiap Selasa dan Kamis pukul 14.00 WIB, puluhan anak-anak usia prasekolah dari berbagai kampung datang ke taman bacaan. Selain untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan bahasa anak, KEPRA TBM Lentera Pustaka juga menjadi sarana sosialisasi diri dan interaksi antarteman sebaya “anak-anak kecil”. Sekaligus untuk mempersiapkan anak-anak untuk sekolah dan mengokohkan mentalitas belajar di kalangan-anak usia dini.

 

KEPRA (KElas PRAsekolah) di TBM Lentera Pustaka, awal mulanya dijalankan pada tahun 2022. Saat itu ada 6 anak usia prasekolah datang ke TBM dan mau ikut membaca buku. Tapi mohon maaf, saya sebagai pendiri TBM Lentera Pustaka menyatakan tidak bisa karena "anak yang mau belajar baca" dan "anak yang sudah biasa baca" itu berbeda. Tidak bisa dicampur atau disatukan. Anak yang mau belajar calistung harus “dipisahkan” dari anak-anak yang sudah bisa membaca, kira-kira begitu.

 

Atas animo masyarakat dan saran kepada wali baca saat itu, maka dibukalah program KEPRA di TBM Lentera Pustaka. Asalkan wali baca dan relawan mau mengajarnya secara rutin. Maka akhirnya disepakati, tiap Selasa dan Kamis siang dibuka KEPRA. TBM Lentera Pustaka pun merekrut 1 wali baca untuk membantu aktivitas KEPRA. Seiring waktu berjalan, anak-anak KEPRA terus bertambah di TBM Lentera Pustaka. Dari 6 tambah jadi 14 dan kini sudah mencapau lebih dari 40 anak-anak KEPRA yang terbagi ke dalam 2 kelas (A: untuk anak yang belum lancar baca dan B: untuk anak yang sudah lancar baca). Tentu saja, tiap kali mereka belajar di TBM Lentera Pustaka selalu diantar ibunya (orang tua). Dan dari situlah, ibu-ibu pun akhirnya menjadi "kekuatan baru" di TBM Lentera Pustaka. Nah sekarang, tiap hari Minggu pagi jam 10.00 WIB, berkumpullah anak-anak KEPRA dan TABA (TAman BAcaan) plus para ibu-ibu TBM secara rutin dalam aktivitas Laboratorium Baca” di TBM Lentera Pustaka hingga kini.

 

Program KEPRA kian diminati masyarakat. Kenapa? Karena wali baca dan relawan TBM Lentera Pustaka memiliki komitmen dan konsistensi yang luar biasa dalam menjalankan program kelas prasekolah. Fokus pendekatan belajarnya pada “kesenangan anak”,  bersifat interaktif, permainan atau lagu-lagu. Hubungan antar anak dijadikan setara – egaliter, di samping selalu memberikan dukungan yang positif kepada anak-anak. Kadan gada jajan gratis, ada kampanye ayo baca hingga event bulanan. Semuanya untuk menjadikan anak-anak senang dan tertarik berada di taman bacaan.

 

Di luar sana, tidak sedikit topik-topik tentang pembelajaran inklusif berbasis sosial diseminarkan dan didiskusikan. Pertanyaannya, bagaimana praktiknya? Karena itu, melalui program KElas PRAsekolah (KEPRA), TBM Lentera Pustaka tidak lagi mendiskusikannya. Namun lebih fokus pada tata Kelola dan iktikad melayani pengguna layanan secara konkret di taman bacaan.  Sebagaimana Abraham Maslow dan Carl Rogers sebagai pemikir teori humanistic, pendidikan fokusnya ada pada pengembangan potensi manusia (anak-anak) dan kebutuhan psikologis anak. Karenanya pembelajaran harus berpusat pada anak (siswa). Taman bacaan sebagai lingkungan belajar harus mampu menjadi “ruang anak” untuk berkembang dan menemukan potensi dirinya.

 

Kini, KEPRA dan TBM Lentera Pustaka sudah menjadi ekosistem pendidikan nonformal yang bersifat inklusif. Melibatkan puluhan anak-anak usia kelas prasekolah dari berbagai desa, dan secara rutin terjadwal belajar calistung di taman bacaan. Sebab itu, hari ini di TBM Lentera Pustaka tidak ada lagi "orang penting". Semuanya sudah berjalan sesuai program, sesuai jadwal, dan aktivitasnya masing-masing. Ada 15 program literasi yang tetap berjalan, harus diurus, dan dikelola keberlanjutannya untuk memberi manfaat kepada masyarakat secara langsung. Wali baca dan relawan pun punya peran masing-masing, anak-anak sudah tahu jadwalnya ke TBM, dan ibu-ibu pun sesuai perannya selalu mengantar anak ke TBM.

 

KEPRA adalah salah satu program andalan dari 15 program literasi yang dijalankan TBM Lentera Pustaka hingga kini. Dan di tahun 2025 ini, TBM Lentera Pustaka akan merayakan 8 tahun eksistensinya di tengah masyarakat. Innya Allah, seluruh keluarga besar TBM Lentera Pustaka akan mensyukuri dan bergembira bersama di acara “Festival Literasi Gunung Salak #8 - HUT ke-8 TBM Lentera Pustaka pada Minggu, 23 November 2025. Untuk mewujudkan taman bacaan yang benar-benar inklusif. Tentang seberapa banyak masyarakat yang datang dan terlibat di taman bacaan? Itulah tantangan yang selalu dipegang TBM Lentera Pustaka hingga kini.

 

Alhamdulillah, kolaborasi dan sinergi bersama masyarakat sudah terjalin baik di TBM kami. Terima kasih seluruh pengguna layanan TBM, sehat selalu dan tetap semangat berliterasi di taman bacaan. Salam literasi #KElasPRAsekolah #TamanBacaan #TBMLenteraPustala

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler