Bumi memiliki mekanisme alamiah berupa siklus yang mengatur keseimbangan antara berbagai komponen pembentuk bumi. Dalam narasi iman, Alkitab orang Kristen menyebut bahwa setelah menciptakan semesta, “Tuhan melihat semuanya itu baik”. Artinya, semesta bekerja berdasarkan hukum-hukum alam yang harmonis dan seimbang. Para ahli menyebut keseimbangan itu proses biogeokimia, yakni siklus yang melibatkan perpindahan alamiah dari unsur-unsur biologi, geologi dan kimia dari satu bentuk atau wadah ke bentuk atau wadah lainnya. Siklus-siklus ini membentuk kehidupan di muka bumi, yang melahirkan suatu ekosistem, menumbuhkembangkan makhluk hidup, dan menyeimbangkan relasi antara berbagai komponen hidup dan mati yang ada di jagat bumi.
Siklus Karbon
Riebeek (2011) |
Siklus karbon lambat
Proses lambat antara lain pembentukan karbon pada batuan, tanah, laut, dan atmosfer. Karbon lambat membutuhkan waktu antara 100-200 juta tahun untuk berpindah dari darat ke laut kemudian atmosfir.
Sebagian di antara lapisan karbon yang menumpuk lebih cepat daripada pembusukan membentuk minyak, batu bara dan gas alam. Diperkirakan 10–100 juta metrik ton karbon berputar melalui siklus karbon lambat setiap tahun.
Namun, siklus karbon lambat juga mengandung komponen yang sedikit lebih cepat, yakni laut. Di permukaan laut, tempat udara bertemu dengan air, gas karbon dioksida larut dan keluar dari lautan dalam pertukaran yang stabil dengan atmosfer. Begitu sampai di lautan, gas karbon dioksida bereaksi dengan molekul air untuk melepaskan hidrogen, membuat lautan lebih asam. Hidrogen bereaksi dengan karbonat dari pelapukan batuan untuk menghasilkan ion bikarbonat.
Siklus karbon cepat
Karbon memainkan peran penting dalam biologi karena kemampuannya untuk membentuk banyak ikatan (bisa mencapai empat ikatan per atom) dalam variasi molekul organik kompleks. Banyak molekul organik mengandung atom karbon yang telah membentuk ikatan kuat dengan atom karbon lain, bergabung menjadi rantai dan cincin panjang. Rantai dan cincin karbon seperti itu adalah dasar dari sel-sel hidup. Misalnya, DNA yang dikenal sebagai senyawa yang membentuk karakter kehidupan terbuat dari dua molekul yang saling terkait yang dibangun di sekitar rantai karbon.
Pemanasan Global
Pemanasan global dimulai ketika manusia mengganggu secara masif proses alamiah karbon. Tindakan manusia menyedot bahan bakar fosil dari perut bumi, menggunduli hutan, dan mengubah jutaan hektar bentang alam ibarat membuka kotak-kotak penyimpanan karbon dan melepaskannya ke kotak lain yang disebut atmosfir. Beban penyimpanan karbon yang dibuang ke atmosfir tidak tertinggal disana, tetapi diambil oleh samudera dan tumbuh-tumbuhan. Saat ini 55 % karbon ekstra yang dilepaskan manusia diambil oleh dua penyimpanan alamiah ini. Sementara 45 % lainnya masih tersimpan di atmosfir. Pada akhirnya, daratan dan lautan akan mengambil sebagian besar karbon dioksida ekstra, tetapi sebanyak 20 persen mungkin tetap berada di atmosfer selama ribuan tahun.
Dampak Pemanasan Global
Skenario B.5.1
Menurut skenario ini, populasi yang sangat berisiko dari peningkatan suhu bumi hingga 1,5 °C adalah mereka yang hidup di ekosistem yang rentan seperti kutub utara, daerah lahan kering, negara-negara berkembang yang memiliki pulau-pulau kecil, dan negara-negara terbelakang yang paling tidak berkembang. Kemiskinan diperkirakan akan meningkat wilayah-wilayah ini.
Skenario B.5.2
Setiap peningkatan pemanasan global diproyeksikan akan mempengaruhi kesehatan manusia dengan konsekuensi negatif. Emisi perkotaan sering memperbesar dampak gelombang panas di kota. Risiko dari beberapa penyakit yang ditularkan melalui vektor, seperti malaria dan demam berdaraah diproyeksikan meningkat dengan pemanasan dari 1,5 °C ke 2 °C, termasuk potensi pergeseran dalam jangkauan geografis dari penyakit-penyakit tersebut.
Skenario B.5.5
Pertumbuhan ekonomi global di akhir abad ini secara agregat diproyeksikan meningkat pada peningkatan suhu 1,5 °C meskipun masih lebih rendah daripada di 2 °C. Risiko ini tidak termasuk biaya mitigasi, investasi adaptasi, dan manfaat adaptasi. Negara-negara di daerah tropis dan subtropis di belahan bumi selatan diproyeksikan mengalami dampak negatif terbesar pada pertumbuhan ekonomi jika pemanasan global meningkat dari 1,5°C ke 2°C.Skenario B.5.6
Risiko pemanasan global dari 1,5 °C ke 2 °C meningkat di sektor energi, makanan, dan air yang berlangsung bersamaan secara spasial dan temporal sehingga menciptakan bahaya baru dan memperburuk kerentanan dan tingkat pengaruh dari dampak saat ini.
Dampak jangka panjang perubahan iklim diperkirakan mengganggu daya tahan berbagai sub-kehidupan di muka bumi. Studi Dorothea Frank dkk (2015) menemukan bahwa respons ekosistem dapat melebihi durasi dampak iklim akibat dari apa yang disebut sebagai efek tertinggal (lagged effects) yang terjadi pada siklus karbon. Perubahan yang terjadi pada satu periode tertentu akibat akumulasi karbon ekstra yang dilepaskan aktivitas manusia tetap tertinggal pada siklus tersebut. Efek inilah yang menimbulkan dampak yang berdurasi lebih lama dan lebih menghancurkan bagi suatu eksosistem. Salah satu ekosistem yang diperkirakan menderita dampak ini adalah hutan. Besarnya sumber dan aliran karbon yang dimiliki hutan akan mengakibatkan potensi dampak tidak langsung dan tertinggal yang besar pada ekosistem itu sehingga membutuhkan waktu pemulihan yang lama untuk mendapatkan kembali stok karbon sebelumnya.
Langkah Kita
Perubahan iklim pada dasarnya adalah suatu petunjuk bagi manusia bahwa apa yang disebut peradaban modern telah menimbulkan ongkos bagi masa depan planet ini. Konsumsi yang berlebihan dan melayani kerakusan adalah pembangkangan langsung pada hukum ciptaan yang telah menetapkan relasi dan aturan main yang harmonis antara komponen pembentuk jagat raya. Kini simpul-simpul yang harmonis itu berantakan.
Adapun pilihan lain seperti menanam pohon, mengatur sampah, mengubah teknologi adalah tindakan yang membutuhkan usaha ekstra. Semuanya itu dilakukan jika kita memiliki modal. Tidak setiap orang bisa melakukan tindakan-tindakan ekstra semacam itu. Namun, setiap manusia pasti bisa mengontrol apa yang akan masuk ke perutnya. Mulailah dari situ.
Sumber:
Burdett, M. (2018). Environmental impacts of climate change: Carbon, (https://www.geographycasestudy.com/environmental-impacts-of-climate-change-carbon/)
Frank, D., Reichstein, M., Bahn, M., Thonicke, K., Frank, D., Mahecha, M. D., ... & Zscheischler, J. (2015). Effects of climate extremes on the terrestrial carbon cycle: concepts, processes and potential future impacts. Global change biology, 21(8), 2861-2880.
Langford NJ (2005), Carbon dioxide poisoning. Toxicol Rev. 2005;24(4):229-35. doi: 10.2165/00139709-200524040-00003. PMID: 16499405.
UN News. (9 May 2022). Climate: World getting ‘measurably closer’ to 1.5-degree threshold. (https://news.un.org/en/story/2022/05/1117842)
Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.