Dongeng Sarkham

Kamis, 16 Februari 2023 20:59 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Karikatur Majalah Tempo
Iklan

Dongeng Sarkham. Jangan lupa, dia, Sarkham, si elang benua lurus budi, santun, santai, jernih beriman, di hatinya, telah memaafkan perilaku oknum penelponnya. Lucunya lagi kakak-kakak serta adik-adik pembaca budiman. Di antara penelpon tengah meng.intimidasi lewat telepon seluler Sarkham, ada pula oknum mengaku sebagai tokoh sentral internasional, dia lah pelaku korupsi sebagaimana uraian salah satu teks ditulis Sarkham. Salam baik saudaraku.

Syahdan, tersebutlah seekor elang penjelajah dunia, bernama Sarkham, sosoknya senantiasa tenang, santun, santai, jernih, beriman. Tangkas, cermat, menangkap makna-makna.

** 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sarkham, terheran-heran pada zaman. Persoalannya bukan pada masalah itu. Tapi, bagaimana mungkin hal macam itu bisa terjadi melanda sistem kehidupan umat sejagat. Absurd atau realis, tak penting benar. Tolok ukur atau bukan, tak penting amat. Bagaimana mungkin setiap langkah diawasi sistem siluman, apa maunya sih. 

Sarkham, jurnalis juga penulis lepas, hidupnya sederhana, biasa-biasa saja, makan tiga kali sehari ditemani mie instan plus telur rebus. Bagi Sarkham, makan macam itu termasuk mewah. Bagaimana pula, ada alasan aturan mewaspadai, mengawasi, membelalakan mata tekno, kekhawatiran pada teks kosa kata pendek atau panjang. 

Bayangkan deh, kalau teks dianggap menjadi momok bagi sistem kuasa usaha tekno swastanisasi asosiatif abstraksi non.ekspresif, meski sedikit pop art, tapi tak tepat sasaran pada hole to hole modernisme. Because, representasinya kadang tambal sulam, karena bocor sana, tambal sini, bocor sini, tambal sana. Walah! Dangkal amat cara pandang ... Awasi yaa ... Mengawas loh akyu kuy ... Namun belantara hoax rempong tetap subur.

Media gosip asosial eks.impor atau eks.ekspor, tetap, menampung hoax rempong. Sebab itu pula barangkali, penyebab tuan patgulipat, molos melenggang santai. Fakta, kuasa tekno itu tak mampu melakukan pencegahan, perhatian atau memperhatikan, awas.mengawas terdini atau sedini si tuan patgulipat, melipat, pelipat hak publik seantero jagat hingga merujuk populer loh, meskipun, ada pasalnya, ada aturannya, mengatur, aturan-aturan, tertata teratur. Walah.

Siapa sih tuan aturan mengatur blablabla babebo uhuk.uhuk. Kalau hebat, why geto loh, takut amat pada teks, tapi, anehnya, tak takut pada siluman laci-laci, aneh loh, siluman bisa molos, tapi enggak aneh juga sih, kan namanya siluman, sakti, menyirna sesuka maunya. Molos lewat abstraksi lubang jarum, hebat yaa ... 

Kembali pada kisah alegoris ketakutan alias pobia pada teks news atau news teks, aneh loh ... Takut dikritisi yaa hihihi ... Kalau takut jadilah pandai lurus budi, sederhana, baik hati, gratis. Agar moral pada sistem tekno huahihu telah miring keberatan beban bak ember cucian mau tumpah pula sedemikian rupa, menghantui the server lawas versi tertinggal-dua puluh tahun lalu, kemanapun melangkah, wah ...

** 

Banyak peristiwa terjadi, jelas, jernih-terpercaya-mengutip kalimat elite dikit. Di depan mata hati, kalau masih punya mata hati ... Menguji makhluk hidup, setiap hari perdetik dari benua ke benua, lompatan waktu datang dari arah sedemikian tak terduga, lewat hal-hal sederhana, bisa berbentuk tanda-tanda atau langsung gelegar peristiwa, bencana-bencana.

Umpama nih ya, antara lain; bencana iklim, bencana lingkungan, bencana alam, ada, di antara deforestasi tumpang tindih di planet bumi. Human trafficking, gembong mafia narkoba, koruptor, rentenir pialang judi berdaring terorganisir di tempat gelap. Nah, kalau hal macam itu, diketahui publik planet bumi. Apa tak boleh ditulis dengan teks? 

Kalau enggak boleh berarti tangannya di pangku aja gitu, otaknya di copot gitu, biar begok barengan? Ya weslah kalau gicu icu, berarti info to news or trans-informasi for news, bolak-balik ter.mandul.kan alias mati suri deh tergilas hoax semesteran penggorengan nasi goreng. 

Sarkham, tak geram, hanya senyum keren sembari tetap tangguh menulis kebaikan, menerangi kebenaran. Di antara belantara gelap tuan patgulipat koruptif, si raja tega. Sarkham, teguh iman mengungkap kebenaran estetis, dari karya-karya mempuni sosial humanis, non.gelitik, menggelitik politis. Lah kok, Sarkham, malah diawasi sistem tekno siluman piye toh sih akh yoo ... Tipis amat itu iman.  

Bagi Sarkham, news is the greater information for the public, Kuy ...  dari publik untuk publik, hak publik ada di dalamnya dilindungi formal hukum, karena publik tak melanggar aturan formal.

Nah loh! Suatu kali, Sarkham, menulis kasus korupsi, berhasil diungkap oleh institusi formal top of the pop. 

**

Sarkham, bosen banget dengan pemakaian kata, istilah-koruptor, dia mencoba mencari istilah baru, agar berita ditulisnya "... asyik dibaca penting menghibur ..." Sebagaimana diperlukan publik pembaca. 

Sarkam, tersenyum di kalbunya, mungkin, dia telah menemukan kata.ganti-koruptor. Jadilah kata, istilah baru ditemukan; koruptor kata gantinya menjadi-maling santai. Tak perlu waktu lama, kata ganti itu mencuat populer, lantas menjadi hit-headline, memikat di all media daring maupun di media cetak, widihh top banget deh.

Memang, tak perlu waktu lama. News on all media beterbangan kian kemari. Seru menyerulah publik pembaca, menyambut gembira ria, berita telah ditulis, Sarkham. Angkasa meriah oleh berbagai tanggapan santun alias sopan banget. Di sisi lain, telepon sesuler, Sarkham, berdering-dering hampir setiap jam. Loh ... 

"Ya. Halo?" Sarkham, menjawab tenang, santun, santai, jernih, beriman. Suara oknum penelpon menimpali secara intimidasi, gertak sana sini, mengaku sebagai ini-itu, sesuka mereka mau jadi apa aja, jadi setan juga boleh menurut oknum itu. Dari lembaga anu-lah, institusi penting ini-itulah, dengan berbagai akronim. Oknum itu-ini, ngoceh panjang lebar, sambung menyambung, silih berganti. 
 
Sarkham, tetap tenang santai menghadapi oknum model tape bakar, tempe bacem, telor asin macam itu, lumrah bagi, Sarkham, sekalipun  oknum penelpon, para peng.intimidasi itu nyerocos berlarut-larut, hingga ancaman, Sarkham, akan diculik bak dongeng layar lebar siang bolong. Wah! Gawat seratus wat.

Jangan lupa, dia, Sarkham, si elang benua lurus budi, santun, santai, jernih beriman, di hatinya, telah memaafkan perilaku oknum penelponnya. Lucunya lagi kakak-kakak serta adik-adik pembaca budiman. Di antara penelpon tengah meng.intimidasi lewat telepon seluler Sarkham, ada pula oknum, mengaku sebagai tokoh sentral internasional, dia lah pelaku korupsi sebagaimana uraian salah satu teks ditulis Sarkham.

Oknum, tokoh sentral internasional meng.intimidasi, Sarkham. "Heh! Sarkham. Elu enggak tau sih! Istilah kata, koruptor, itu menunjukkan keperkasaan tau, itu istilah gelar termantap, maco-berwibawa. Berani-beraninya lu ganti ama istilah cemen-maling santuy! Otak lu di dengkul sih!" Sarkham, membayangkan oknum itu, ngotot, sembari melotot, geram pada dirinya.

Sarkham, tak mengambil peluang merebut bola untuk menjebol gawang lawan, oknum penelpon tersebut, ngoceh tanpa titik-koma. 

"Tut." Frekuensinya terputus. 

"Baterainya tamat kale ... " di benak, Sarkham, ikhlas.

***

Jakarta Indonesiana, Februari 16, 2023.                                                                                                             

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

img-content

Bronk

Minggu, 6 Juli 2025 17:50 WIB
img-content

Militerisme? Biarin Aja

Sabtu, 5 Juli 2025 14:29 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content

Doa

2 hari lalu

img-content
img-content
img-content
img-content

Harapan

Senin, 6 Oktober 2025 19:35 WIB

Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

img-content

Doa

2 hari lalu

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua