Radiasi Ponsel dan Kesehatan Manusia: Memisahkan antara Mitos dan Realitas

6 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Asyik Main HP
Iklan

Dalam serangkaian wawancara kualitatif dengan pengguna ponsel dari berbagai kelompok usia.

***

Wacana ini ditulis oleh Wilda Simangunsong, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.

Dalam serangkaian wawancara kualitatif dengan pengguna ponsel dari berbagai kelompok usia, terlihat jelas bahwa perangkat ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, mulai dari komunikasi hingga hiburan digital. Namun di balik kemudahan yang ditawarkan, muncul pertanyaan penting tentang dampak radiasi ponsel terhadap kesehatan manusia. Observasi ini menjadi titik awal untuk memahami sejauh mana teknologi yang kita gunakan setiap hari berinteraksi dengan sistem biologis tubuh.

Radiasi ponsel adalah energi elektromagnetik yang dipancarkan perangkat saat berkomunikasi. Radiasi ini termasuk kategori non-ionisasi sehingga energinya jauh lebih rendah dibandingkan radiasi ionisasi seperti sinar-X yang berpotensi merusak DNA. Badan Kesehatan Dunia mengklasifikasikan radiasi ponsel sebagai kemungkinan karsinogen bagi manusia, tetapi penelitian besar sejauh ini tidak menunjukkan hubungan konsisten antara penggunaan ponsel dan peningkatan risiko kanker otak, bahkan bagi mereka yang menggunakan ponsel dalam frekuensi tinggi.

National Cancer Institute menyatakan bahwa saat ini tidak ada bukti konsisten bahwa radiasi non-ionisasi meningkatkan risiko kanker pada manusia. Analisis mendalam oleh dokter, ilmuwan, dan insinyur dari Food and Drug Administration Amerika Serikat selama hampir tiga dekade juga tidak menemukan bukti yang secara pasti menghubungkan paparan energi frekuensi radio dari penggunaan ponsel dengan masalah kesehatan serius.

Walaupun bukti ilmiah belum menyatakan adanya risiko signifikan, kewaspadaan tetap perlu diterapkan. Beberapa langkah praktis dapat membantu mengurangi paparan radiasi sekaligus mencegah ketergantungan berlebihan terhadap ponsel. Penggunaan ponsel seperlunya, menjaga jarak perangkat dengan tubuh saat streaming atau mengunduh file, menyimpan ponsel di tas saat bepergian, dan menggunakan handsfree saat menelepon merupakan strategi sederhana namun efektif untuk menyeimbangkan manfaat teknologi dan kesehatan tubuh.

Di masyarakat beredar berbagai mitos terkait radiasi ponsel. Beberapa klaim populer menyebutkan bahwa ponsel dapat menyebabkan kanker otak, menurunkan kualitas sperma, dan membahayakan janin selama kehamilan. Meskipun beberapa topik ini masih menjadi bahan penelitian, para ahli menegaskan bahwa bukti ilmiah saat ini belum mendukung adanya dampak signifikan penggunaan ponsel terhadap kesehatan manusia. Langkah pencegahan tetap dianjurkan, terutama untuk penggunaan intensif dan jangka panjang.

Selain potensi dampak internal, radiasi ponsel juga memengaruhi kesehatan kulit dan penampilan fisik. Dermatitis yang menimbulkan kemerahan dan gatal dapat muncul akibat kontak dengan permukaan ponsel yang penuh bakteri. Kebiasaan menunduk terlalu lama saat melihat layar menyebabkan kerutan pada leher dan sudut mata, sementara paparan cahaya biru dapat mengganggu pola tidur sehingga muncul lingkaran hitam di bawah mata. Kontak dengan permukaan ponsel juga berisiko menimbulkan jerawat dan alergi kulit karena kuman dapat berpindah ke tubuh tanpa disadari.

Paparan ponsel pada anak usia dini menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Blue light dari layar ponsel dapat mengganggu ritme sirkadian yang mengatur pola tidur sehingga anak mengalami gangguan tidur, kurang energi, dan kesulitan mengatur emosi. Kurangnya tidur berdampak pada konsentrasi di sekolah, yang pada akhirnya menurunkan prestasi akademik. Walaupun bukti yang meyakinkan terkait risiko tumor otak pada anak masih terbatas, para pakar menekankan pentingnya langkah antisipatif sejak dini. Penggunaan ponsel secara berlebihan juga dapat menghambat perkembangan motorik karena anak menjadi kurang bergerak.

Kewaspadaan ini mengingatkan kita bahwa meski bukti ilmiah tentang dampak radiasi ponsel belum konklusif, penggunaan bijak harus menjadi norma. Dengan membatasi penggunaan, menjaga jarak perangkat dari tubuh, dan memanfaatkan handsfree saat menelepon, kita dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif. Strategi ini bukan hanya langkah pencegahan tetapi juga bagian dari literasi digital yang menyadari bahwa teknologi membawa manfaat sekaligus tanggung jawab biologis.

Dalam perspektif lebih luas, radiasi ponsel mencerminkan hubungan kompleks antara manusia dan teknologi. Dampak radiasi bukan mitos sepenuhnya, namun bukan ancaman mutlak. Pemahaman kritis, kebiasaan bijak, dan regulasi penggunaan menjadi kunci agar manusia tetap memetik manfaat teknologi tanpa mengorbankan kesehatannya. Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya melindungi tubuh, tetapi juga membangun budaya sadar teknologi yang berkelanjutan untuk generasi masa depan.

Wilda Simangunsong Corresponding Author: [email protected]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler