Selamat Jalan, Kak Hermien

1 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Hermien Kleden dan Mahathir Mohamad
Iklan

Jurnalis senior Tempo, Hermien Y Kleden, berpulang pada 29 September 2025. Beliau salah satu guru, mentor, dan panutan saya dalam jurnalisme.

***

Ketika saya mulai menjadi wartawan, pada awal 2001, Kak Hermien atau HYK (Hermien Y Kleden), begitu kami biasa menyapanya, sudah menempati posisi senior di ruang redaksi. Sementara saya adalah  koresponden di Jawa Timur, baru saja lulus kuliah, anak bawang di sebuah perusahaan media dengan nama sebesar Tempo

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada masa itu, Kak Hermien adalah redaktur rubrik investigasi, salah satu rubrik paling keras di Tempo. Dia dikenal sangat teliti, sangat cerewet namun sekaligus sangat perhatian pada reporter. Kalau mengirim penugasan mengejar narasumber untuk diwawancarai, atau mereportase satu peristiwa, Kak Hermien akan menelepon dulu setelah mengirim email berisi outline liputan. Dia akan memastikan kami paham angle yang harus dicari, detail yang harus diperhatikan dan fakta yang harus dikonfirmasi. 

Setelah laporan dikirim pun, Kak Hermien akan menelepon kembali, memastikan setiap kata, kalimat, nuansa, detail dari laporan kami, agar dia tak keliru menuliskannya dalam bentuk berita. Dia selalu memanggil kami dengan sapaan "adik", menempatkan dirinya sebagai senior yang selalu siap mendidik kami, berbagi ilmu dan pengetahuan.  

Dia selalu berterimakasih di ujung setiap penugasan, menegaskan bahwa berita yang ditulisnya tak akan lengkap tanpa kontribusi kami, meski dari berlembar-lembar laporan yang terpakai di tulisan Kak Hermien hanya dua paragraf. 

Setelah saya pindah ke Jakarta dan mulai menjalani magang sebagai penulis, lalu magang sebagai redaktur, Kak Hermien tetap menjadi figur yang sangat berpengaruh dalam karir jurnalistik saya. Sebelum dikirim ke intranet, naskah berita harus dilihat Kak Hermien dulu, dikoreksi jika ada kesalahan, diberitahu jika ada kelemahan logika atau kronologi yang tidak runut.

Dengan cara itu, kecermatannya dalam menulis, kepiawaiannya menggunakan kata, kelincahannya memindahkan peristiwa menjadi teks berita, pelan-pelan dia ajarkan pada kami. Dia tak pernah pelit bercerita, tak pernah lelah menjadi mentor, tak pernah berhenti menjadi guru.  

Yang unik dari Kak Hermien adalah pembawaannya yang kosmopolitan. Dia membaca banyak buku dalam bahasa Inggris, bisa beberapa bahasa asing, pandai berdansa, dan minum teh panas dari teko keramik. Dia amat tangkas melayani percakapan dengan diplomat asing atau tamu di Tempo dari luar negeri.

Dia sangat percaya diri dan mengajarkan kami untuk menghargai diri sendiri. Dengan kepribadiannya yang hangat, dengan wawasannya yang luas, dengan kecerdasannya yang di atas rata-rata, dengan pikirannya yang terbuka, dengan keingintahuannya yang tak pernah habis, dia mengajarkan pada kami bagaimana menjadi jurnalis yang baik. 

Kak Hermien tak menikah, namun dia punya kami sebagai keluarganya. Dia selalu ada di kantor sampai deadline selesai, mengawal naskah sampai turun ke percetakan, dan kami tak berani pulang kalau Kak Hermien belum pulang.

Dia kini pergi setelah menyelesaikan semua tugasnya di dunia, meninggalkan adik-adiknya, meneruskan pekerjaan yang sangat dia cintai.

Dia memberi suara pada mereka yang tak bisa bersuara. Selamat jalan Kak Hermien...

Bagikan Artikel Ini
img-content
Wahyu Dhyatmika

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

img-content

Tentang Dakwaan Korupsi e-KTP

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Catatan Dari Palmerah

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Catatan Dari Palmerah

Lihat semua