Sahabat-sahabati, tahukah kalian bahwa kubah merupakan simbol feminin yang mewakili unsur perempuan. Sedangkan menara merupakan simbol maskulin yang mewakili unsur laki-laki. Kubah dan menara tidak terpisahkan oleh banyak bangunan arsitektur masjid.
Berdasar catatan sejarah, bangunan kubah bukan berasal dari budaya asli Islam. Bangunan ini diadopsi dari kebudayaan Eropa Timur dan Roma pada 27 M. Awalnya kubah sering ditemukan di Eropa Timur yang digunakan sebagai corak arsitektur yang ditemukan di bangunan gereja dan di lapangan merah Rusia.
Sedangkan menara telah digunakan oleh manusia sejak zaman pra-sejarah, menara pertamakali didirikan oleh agama Majusi yang merupakan agama tertua di dunia berasal dari Persia Kuno (kini Iran) yang lahir sejak 5000 SM. Jauh sebelum kelahiran agama Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam).
Pada mulanya menara digunakan oleh kaum Majusi sebagai perantara kiblat atau menghadap Tuhan ketika menyembah-Nya, dengan meletakkan api dipuncak menara. Adapun api bagi agama Majusi adalah perlambang dari keadilan Tuhan karena sifat api yang senantiasa berdiri tegak. Majusi tidak menyembah api melainkan hanya sebuah perantara ketika menghadap Tuhan, seperti Islam menghadap Ka’bah atau Kristen menghadap salib.
Masjid berkubah pertama dalam sejarah Islam dibangun di Yerussalem, Palestina antara 685 Masehi hingga 691 Masehi dengan mengadopsi kebudayaan dari Eropa Timur yang diprakarsai oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Ummaiyyah. Kubah tersebut bernama Qubbat as-Sakhrah yang diletakkan di kompleks Masjid Al-Aqsa. Filosofi kubah dan menara kaya akan nilai-nilai spiritualitas.
Kubah berasal dari bahasa Latin yaitu dome, seakar dengan kata domus yang berarti rumah. Ciri khas dari kubah memakai bentuk setengah bulat, perlambang dari rahim sang ibu. Tentu saja ini hanyalah kalimat metafora atau bahasa kiasan yang memiliki arti filosofi, yaitu saat kita memasuki rumah ibadah, maka kita kembali dalam pelukan Yang Maha Rahiim (kasih sayang) Ilahi.
Dan menara merupakan simbol maskulin yang mewakili unsur laki-laki atau sang ayah. Menara selalu dibangun dengan lurus berdiri tegak, perlambang dari kewibawaan, mengayomi, melindungi dan menjunjung kesetiaan. Inilah gambaran realitas sesungguhnya dari filosofi kubah dan menara.
Kubah dan menara sesungguhnya adalah simbol keadilan gender (gender justice). Rahman dan Rahim. Bapak Angkasa dan Ibu Pertiwi. Alam semesta sebagai cerminan cinta kasih Tuhan yang tiada terbatas. Hal ini merepresentasikan bahwa Islam agama universal. Esensi Islam selaras dengan budaya, peradaban dan asas kemanusiaan.
Ikuti tulisan menarik Hudhurul Qolby Panphila lainnya di sini.