x

Iklan

dudi safari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Februari 2023

Senin, 5 Juni 2023 14:26 WIB

Misteri Manusia Pertama Penghuni Bumi

Pengetahuan tentang manusia pertama penghuni bumi tak lepas dari keyakinan dari doktrin agama, sungguh pun demikian pada abad ke-19 doktrin agama menghadapi tantangan sains yang meyakini bahwa manusia penghuni bumi telah hadir ratusan ribu tahun yang telah lalu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Misteri tentang siapa manusia pertama di bumi ini selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, terutama bagi mereka yang begitu meminati sejarah asal-usul nenek moyangnya.

Tentu saja tidak ada orang yang tahu siapa manusia penghuni bumi yang pertama, namun setidaknya jika kita mau sedikit bersusah untuk melakukan pencarian tentu akan menemukan secercah pengetahuan walaupun hanya sedikit sekali.

Bagi umat beragama mereka bisa sangat praktis mengetahui siapa manusia penghuni bumi ini yang pertama kali, di kitab-kitab suci berbagai agama termaktub bahwa manusia pertama penghuni bumi adalah Adam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mungkin itu cukup memuaskan hasrat keingintahuan mereka terhadap manusia pertama penghuni bumi ini.

Namun bagi sebagian kalangan, terutama kaum logik, ayat suci bukanlah penuntun untuk mempercayai sesuatu selain fakta.

Fakta yang mereka harapkan adalah ada tidaknya bukti peninggalan atau bukti bahwa Adam telah hidup di masa lalu dan di mana tempatnya serta apa bukti peninggalannya.

Berbeda dengan kaum muslimin setidaknya mereka memiliki keyakinan terhadap ayat suci yang tertulis (qauliyah) dan tidak tertulis (kauniyah).

Oleh karenanya kaum muslimin tidak pernah ragu untuk meyakini akan kebenaran ayat qauliyah begitu juga dengan kauniyah.

Bocoran Allah Tentang Khalifah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30).

Informasi ini kemudian menimbulkan multi tafsir seperti biasanya.

Apakah benar ada makhluk mirip seperti manusia yang pernah mendiami bumi?

Kalau ada siapa mereka, atau ini hanya persepsi para malaikat saja setelah sebelumnya Allah memberi informasi tentang sifat-sifat makhluk yang akan Dia ciptakan sebagai penduduk bumi.

Namun sebagian besar penafsir menjelaskan bahwa memang ada makhluk sejenis manusia yang menjadi penghuni bumi sebelum manusia yakni dari bangsa jin.

Jin dibebani tugas untuk mengelola bumi dan isinya, namun mereka malah menyia-nyiakan amanat Tuhan, akhirnya mandat itu dicabut dan diserahkan kepada manusia sebagai sosok pengganti (khalifah) untuk mengelola bumi beserta seisinya sesuai dengan kehendak Tuhan, yang sebelumnya Allah tawarkan kepada makhluk lain selain manusia. Hal ini terungkap dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 72.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ 72.

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.”

Bahkan penawaran itu Allah sayembarakan dulu di antara makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain. Di antaranya Allah menyodorkan amanat ini kepada Langit, Bumi dan Gunung, akan tetapi mereka semua menolaknya. Dan disambutlah amanat ini oleh manusia. Para mufasir menerangkan yang dimaksud adalah Adam As., saat itulah Allah Ta’ala menyerahkan amanat tersebut kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Para ahli tafsir memaknai sosok khalifah adalah nabi Adam As. Seperti Imam At-Tabari, Imam Ibnu Katsier, Al-Qurtubi dan lain-lain. Dan mereka berpendapat bahwa Adam As. adalah manusia pertama. Jelas sekali para mufasir klasik memaknai ayat ke-30 dari surat al-Baqarah tersebut.

Di sisi lain, apakah pertanyaan dari para malaikat tentang keraguan makhluk yang akan dijadikan khalifah itu menunjukkan “ketraumaan” mereka akan makhluk yang semisalnya yang memiliki karakter perusak dan pembuat onar.

Trauma dalam memori malaikat seolah menggambarkan ada makhluk sejenis manusia ini dengan karakter dan sifat yang sama.

Nabi Adam As. yang dipercaya sebagai manusia pertama ini akhirnya melekat kuat dalam ingatan umat Islam umumnya.

Sampai kemudian pada abad ke-19 ditemukanlah fosil manusia purba, yang dengannya bergeserlah pengetahuan manusia tentang siapakah manusia pertama penghuni bumi ini.

Sains Vs Doktrin Agama

Pertentangan akan semakin kuat tatkala ilmu pengetahuan (sains) memiliki landasan empirik untuk membuktikan bahwa manusia pertama penghuni bumi ini adalah bukan Adam As. karena jika dirunut ke belakang, Adam As. hidup baru sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Jejak makhluk hidup sebangsa manusia ditemukan jauh sebelumnya, yakni sekitar 100-300rb tahun yang lalu sebagai Homo Sapiens (manusia cerdas).

Namun tafsir yang tertera dari ayat ke-30 surat al-Baqarah tersebut bukanlah suatu tafsir yang final, yang menafikan kemungkinan dari tafsir-tafsir yang ada selama ini, terkhusus tafsir yang sangat dipengaruhi oleh tafsir klasik.

Perubahan zaman selalu disertai dengan perubahan ilmu pengetahuan yang masif, dengan ditemukannya berbagai alat teknologi memungkinkan bagi seseorang/institusi untuk mengeksplorasi rasa keingintahuan mereka yang merupakan landasan dasar dari sebuah pengetahuan.

Tak terkecuali rasa penasaran untuk mengungkap rahasia alam semesta beserta isinya. Dan termasuk di dalamnya asal-muasal manusia pertama penghuni bumi.

Ilmu pengetahuan selalu akan masuk untuk menjelaskan hal-hal yang ragu dan berusaha meyakinkan para pencarinya akan sesuatu yang ragu dan samar.

Hal ini juga yang dilakukan oleh para paleontolog, mencoba mengungkap fakta dibalik keraguan manusia akan identitas asal mereka.

Untuk mengetahui umur sebuah fosil, ahli paleontologi menggunakan metode-metode berikut:

1. Metode Stratigrafi: Metode ini melibatkan penempatan fosil dalam urutan lapisan batuan yang mengandung mereka. Batuan yang lebih tua biasanya berada di bagian bawah, sedangkan batuan yang lebih muda berada di bagian atas. Dengan mempelajari urutan ini dan fosil yang ditemukan di dalamnya, ahli paleontologi dapat memperkirakan umur relatif fosil tersebut.

2. Radiometrik Dating: Metode ini menggunakan radioaktivitas isotop dalam batuan yang mengandung fosil. Beberapa isotop radioaktif, seperti karbon-14, memiliki waktu paruh yang diketahui. Dengan mengukur rasio isotop radioaktif dengan isotop non-radioaktif dalam sampel, ahli paleontologi dapat memperkirakan waktu sejak fosil tersebut terbentuk. Metode ini umumnya digunakan untuk fosil yang lebih tua, seperti dinosaurus.

3. Biostratigrafi: Metode ini melibatkan perbandingan fosil dengan fosil-fosil yang telah diketahui umurnya. Fosil-fosil ini sering kali ditemukan dalam rentang waktu yang spesifik. Dengan membandingkan fosil yang ditemukan dengan fosil-fosil referensi ini, ahli paleontologi dapat menarik kesimpulan tentang umur fosil tersebut.

4. Pendekatan Paleomagnetik: Metode ini didasarkan pada perubahan medan magnet Bumi seiring waktu. Ketika batuan terbentuk, mineral di dalamnya mencatat medan magnet saat itu. Dengan menganalisis arah magnetisasi dalam batuan yang mengandung fosil, ahli paleontologi dapat mencocokkannya dengan rekaman magnetik terdahulu dan mengestimasi umur fosil.

5. Metode lainnya: Ada juga metode lain yang digunakan untuk mengetahui umur fosil, seperti analisis dendrokronologi (menggunakan cincin tahunan pada pohon), analisis fosil mikroorganisme, dan analisis fosil pollen.

Paleontologi tidak hanya mempelajari fosil-fosil itu sendiri, tetapi juga mencoba untuk memahami bagaimana organisme tersebut hidup, berevolusi, dan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Para paleontolog mempelajari fosil yang ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti sisa-sisa kerangka, jejak fosil, pola gigi, serbuk sari, dan bahkan bahan organik yang terawetkan.

Tujuan utama paleontologi adalah untuk merekonstruksi sejarah kehidupan di Bumi dan memahami bagaimana organisme telah berubah seiring waktu. Melalui studi fosil, paleontolog dapat mempelajari evolusi biologis, biodiversitas masa lalu, perubahan iklim, interaksi predator-mangsa, paleoekologi, dan banyak lagi. Penemuan fosil-fosil penting telah memberikan wawasan yang berharga tentang sejarah planet kita dan memungkinkan kita untuk melacak jejak evolusi kehidupan yang ada saat ini.

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik dudi safari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler