Di bawah sorban putih.
Angin bersiul kencang,
dalam masa menerkam,
bagaikan kilat cahaya.
Inilah hidup terkungkung dalam kebimbangan,
di tengah kilatan-kilatan temaram.
Berusha menghindar,
pada ubang-lubang hitam nestapa.
Wajah-wajah penuh ketakutan bersileweran.
Bukan takut kepada mizan,
bukan pula takut kepada siratul mustaqim,
apalagi takut munkar nankir.
Mereka takut pada nyanyian perut.
Sebab nyanyiannya bikin aqal lupa segalanya.
Hanya manusia Qowiyun yang selamat.
Ikuti tulisan menarik Malik Ibnu Zaman lainnya di sini.