x

Pantai Depok Yogyakarta

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Selasa, 29 Agustus 2023 10:02 WIB

Ibu Kota yang Kuharapkan

Seandainya saja pak Jokowi sejak dari dulu sudah tahu mengenai pemikiran Ibu Kota harapanku ini, dimana Ibu Kota Negara akan dipindahkan dari Jakarta ke pulau Buton, Sulawesi Tenggara, mungkin pak Jokowi akan setuju dan mendukungnya. Dan pastinya, rakyat Buton akan merasa senang, bahagia, dan terhormat, apabila industri hilirisasi aspal Buton akan segera diwujudkan dan dikembangkan guna mendanai pembangunan Ibu Kota Negara yang baru. “Bahari” sangat cocok sekali untuk menjadi nama Ibu Kota Negara yang baru ini, karena nenek moyangku seorang pelaut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Daerah Khusus Ibukota Jakarta sekarang sudah berusia 496 tahun. Jakarta telah dikenal dengan beberapa nama. Ia pernah disebut sebagai Sunda Kelapa, yang merupakan pelabuhan utama Kerajaan Sunda. Pada tanggal 22 Juni 1527, pelabuhan yang menjadi pusat perniagaan Portugis kala itu diserang oleh Pangeran Fatahillah. Dan sejak itu, Pangeran Fatahillah telah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Kemudian pada abad ke-16, VOC Belanda tiba, dan mengambil alih kekuasaan atas Jayakarta. Dan selanjutnya, mengganti namanya menjadi Batavia.

Sejak pendudukan Jepang di Indonesia akibat Perang Dunia ke-II pada tahun 1942 - 1945, Batavia berganti nama menjadi Jakarta, atau Jakarta Tokubetsu Shi. Dan kemudian secara resmi pada tahun 1961, Jakarta berubah nama menjadi Daerah Khusus Ibu Kota Negara. Sampai dengan sekarang DKI Jakarta terus berkembang pesat menjadi sebuah kota megapolitan, dan menjadi salah satu kota modern yang terpadat dan terbesar di dunia.

Sekarang Jakarta sudah terasa penuh sesak dengan manusia. Jumlah penduduknya diperkirakan sekitar 10 juta orang. Dan kepadatan penduduknya sekitar 16.000 orang per kilometer persegi. Dan seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa permasalahan-permasalahan di kota besar seperti Jakarta adalah sangat banyak. Antara lain adalah banjir, polusi udara, kemacetan lalu lintas, kriminalitas, perkampungan yang kumuh, dan jarak antara si kaya dan si miskin sangat jauh. Dan ancaman yang paling mengerikan dan menakutkan adalah polusi udara yang sudah parah, dan diprediksi Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050. Meskipun demikian, kemajuan kota Jakarta yang pesat, tetap menjadi daya tarik dan magnit bagi sebagian besar rakyat Indonesia untuk datang dan mau tinggal di Jakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta, pertama kali digagas oleh Presiden Soekarno pada tahun 1957. Presiden Soekarno menyarankan IKN pindah ke Palangkaraya,  Kalimantan Tengah. Pada tahun 1997, gagasan yang serupa telah disampaikan juga oleh Presiden Soeharto. Lokasi yang dipilih oleh pak Harto adalah di kawasan Jonggol, Jawa Barat. Dan selanjutnya pada tahun 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap mempertahankan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Dan akhirnya, pada tahun 2019, Presiden Joko Widodo telah memutuskan Ibu Kota Negara akan dipindah ke Nusantara, di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara telah menimbulkan banyak sekali polemik dan kontroversi. Banyak orang yang setuju, tetapi tidak sedikit juga orang yang menolak. Pihak-pihak yang menolak mempertanyakan, apakah pada saat ini sudah sangat mendesak untuk memindahkan Ibu Kota Negara? Karena perekonomian Indonesia masih belum dalam keadaan baik, khususnya Indonesia baru saja pulih dari pandemi Covid-19. Mengapa pemindahan Ibu Kota Negara ini kelihatannya terlalu terburu-buru, dan seolah-olah dipaksakan? Apakah pembangunan Ibu Kota Negara ini akan berdampak langsung kepada kesejahteraan rakyat?

Seharusnya pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kabupaten Kutai Kartanegara dan Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur, tidak boleh menimbulkan masalah-masalah baru. Khususnya mengenai masalah pertanahan, lingkungan hidup, dan masalah kecemburuan sosial oleh penduduk asli setempat. Ibu Kota Negara Nusantara yang akan dibangun untuk menjadi kota pintar dan modern, kelihatannya dirancang khusus untuk orang-orang yang super kaya dan berduit banyak. Sehingga dikuatirkan tidak akan ada ruang dan tempat bagi si miskin, pengangguran, dan penduduk asli setempat. 

Sejatinya inti permasalahan rencana pemindahkan Ibu Kota Negara (IKN) ke ke Kabupaten Kutai Kartanegara dan Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur sudah diputuskan oleh Presiden Joko Widodo. Dan Undang-undang Ibu Kota Negara sudah dibuat. Oleh karena itu, tidak boleh ada alasan apapun lagi yang akan bisa menghambat rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) tersebut. Meskipun dari sudut pandang pembiayaannya masih sangat sulit, namun Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Bappenas Suharso Manoarfa menyatakan pemerintah menyiapkan anggaran Rp 12 triliun dari APBN untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Panajam Paser, Kalimantan Timur, pada tahun 2022. Dana itu akan dipakai untuk mempersiapkan infrastruktur dasar Ibu Kota Negara.

Menilai dari sisi lain, rakyat ingin bertanya: “Apakah pemindahan Ibu Kota Negara sekarang ini sudah tepat lokasinya?”. Jawaban dari pak Jokowi adalah “iya”. Tetapi yang harus menjadi perhatian dan fokus pemikiran kita adalah, apakah pemindahan Ibu Kota Negara ini akan berdampak langsung kepada kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya? Hal ini yang sejatinya sangat penting, dan harus dipastikan terlebih dahulu, sebelum mengambil keputusan akhir. Terutama untuk memastikan bahwa pembangunan masional tidak hanya fokus kepada pembangunan Ibu Kota Negara di daerah Kalimantan Timur saja, tetapi pembangunan juga harus dilaksanakan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Pemikiran ini mungkin sangat bertentangan dan bertolak belakang dengan pemikiran dari pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur, yang rencananya akan dibangun menjadi kota pintar yang sangat sangat modern, seperti kota-kota besar di China. Dikuatirkan, semakin modern kota yang akan dibangun, maka semakin rakyat kecil akan terusir dari negerinya sendiri. Karena tanah leluhurnya akan dirampas dan dikuasai oleh para pendatang asing yang akan menguasai dan menjarah seluruh aset bangsa dan negara. Oleh karena itu, fokus dari pembangunan Ibu Kota Negara sejatinya adalah untuk tujuan menyejahterakan rakyat Indonesia. Dan bukan untuk kesejahteraan para oligarki dan rakyat negara asing.

Sehubungan dengan tujuan utama pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) adalah untuk menciptakan pemerataan pembangunan di luar pulau Jawa, maka sebaiknya dibuat kesepakatan bersama dari awal, bahwa Ibu Kota Negara (IKN) akan dipindahkan setiap 25 tahun sekali di luar pulau Jawa. Tujuannya adalah agar terjadi pemerataan pembangunan, keadilan sosial, dan mempercepat pembangunan di daerah-daerah terpencil. Lokasi-lokasi dari calon Ibu Kota Negara (IKN) tersebut sebaiknya dipilih di lokasi-lokasi yang memiliki sumber daya alam yang mumpuni, sehingga hasil dari sumber daya alamnya akan dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan Ibu Kota Negara tersebut. Dengan perkataan lain, Ibu Kota Negara (IKN) wajib dibangun oleh rakyat, dan untuk rakyat sendiri, alias mandiri. Jadi tidak harus bergantung kepada dana dari para Investor asing yang kemungkinan besar nanti akan mengambil alih, menguasai, dan menjajah kedaulatan bangsa dan negara.

Mengacu kepada kriteria di atas, maka pilihan lokasi Ibu Kota Negara (IKN) yang paling ideal pada saat ini adalah di pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Mengapa harus di pulau Buton? Karena pulau Buton memiliki deposit aspal alam yang jumlahnya sangat besar dan melimpah, yaitu sebesar 662 juta ton. Dan seandainya deposit aspal alam ini akan diproduksi sebesar 5 juta ton per tahun, maka deposit aspal alam tersebut baru akan habis setelah 130 tahun mendatang. Diharapkan pendanaan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) ini akan berasal, antara lain, dari nilai tambah, keuntungan, dan pendapatan asli daerah, dari pengembangan industri hilirisasi aspal Buton ini.

Rakyat Indonesia perlu paham, bahwa pada saat ini Indonesia masih mengimpor aspal sebesar 1,2 juta ton per tahun. Atau senilai US$ 900 juta per tahun. Sedangkan di pulau Buton, Sulawesi Tenggara, menyimpan harta karun deposit aspal alam yang jumlahnya sangat melimpah. Mengapa potensi yang sangat luar biasa besar dari aspal alam Buton ini tidak kita manfaatkan untuk mengsubstitusi aspal impor? Dan sekaligus juga, keuntungan dari pembangunan dan pengembangan industri hilirisasi aspal Buton ini akan dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk menyejahterakan rakyat Buton. Adapun strategi jitunya adalah dengan membangun Ibu Kota Negara baru di pulau Buton.

Luas Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta adalah 661,5 km per segi. Sedangkan luas pulau Buton adalah 4.727 km per segi. Dengan demikian, semua permasalahan-permasalahan yang telah timbul dan terjadi di Jakarta selama ini akan segera bisa kita diatasi, dan carikan solusi terbaiknya dan paling tepat, apabila Ibu Kota Negara akan dipindahkan ke pulau Buton. Kita sudah mempunyai banyak sekali pengalaman-pengalaman dalam membangun Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Dan berdasarkan pengalaman-pengalaman itu tentunya kita akan bisa membangun Ibu Kota Negara yang baru di pulau Buton dengan jauh lebih baik lagi.

Pembangunan Ibu Kota Negara tidak perlu mewah-mewah seperti rencana pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Saking mewahnya, pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara ini dijuluki sebagai “Proyek Mercusuar”. Di pulau Buton nanti, kita akan membangun Istana Presiden sesuai dengan adat dan istiadat orang Buton. Kita akan membangun Istana dengan arsitektur dan model seperti di jaman Kesultanan Buton. Sesuai dengan kesepakatan kita, bahwa Ibu Kota Negara akan dipindahkan setiap 25 tahun sekali, maka setelah 25 tahun kemudian istana ini akan direnovasi menjadi gedung obyek pariwisata yang sangat menarik bagi para wisatawan dari mancanegara, maupun domestik. Filosofi dari konsep pembangunan Ibu Kota Negara ini adalah sebagai perantara atau masa transisi untuk menuju pulau Buton sebagai tujuan kawasan pariwisata kelas dunia, seperti halnya pulau Bali.

Deposit aspal alam di pulau Buton diperkirakan akan habis setelah 100 tahun. Dan setelah itu, apa yang akan terjadi dengan pulau Buton? Kalau kita tidak mau berbuat apa-apa dari sekarang ini, maka 100 tahun lagi pulau Buton akan menjadi pulau mati. Karena tidak ada sumber-sumber daya alam lainnya lagi yang akan mampu menarik minat Investor untuk berinvestasi di pulau Buton. Oleh karena itu, mulai dari sekarang, kita harus memikirkan dan berupaya untuk mempersiapkan diri baik-baik. Apa dan bagaimana yang akan terjadi dengan pulau Buton untuk 100 tahun ke depan? Pasca deposit aspal alam Buton akan habis dieksploitasi.

Pulau Buton telah dikaruniai deposit aspal alam yang sangat melimpah. Pastinya, Allah SWT sudah mempunyai rencanaNya sendiri, mengapa deposit aspal alam yang sangat melimpah tersebut hanya terdapat satu-satunya di dunia; yaitu di pulau Buton? Dan kelihatannya kita tidak salah memilih agar Ibu Kota Negara yang baru akan dipindahkan ke pulau Buton. Karena selain pulau Buton memiliki deposit aspal alam yang luar biasa besar, pulau Buton juga memiliki sejarah Kesultanan Buton yang tidak pernah dijajah, serta kebudayaan dan dan adat istiadat yang masih asli, yang telah diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dan yang tidak boleh dilupakan orang adalah di pulau Buton terdapat peninggalan jaman dahulu yang berupa Benteng yang terbesar di dunia.

Dengan wacana 25 tahun ke depan pulau Buton akan menjadi pulau Bali ke-2 di Indonesia sebagai tempat destinasi wisata kelas dunia, maka rencana pembangunan infrastruktur Ibu Kota Negara baru harus mampu mengadopsi konsep untuk rencana 25 tahun ke depan sebagai kawasan pulau wisata. Pembangunan gedung-gedung, perumahan-perumahan, perkantoran, tempat rekreasi, taman-taman, dll, semuanya harus ditata rapi sesuai dengan kondisi lingkungan yang asri dan bewawasan lingkungan, dimana diharapkan dalam waktu 25 tahun ke depan, semua gedung-gedung dan perumahan-perumahan tersebut akan direnovasi dan dialih fungsikan sebagai hotel, restoran, guest house, dan lain-lain untuk menarik minat para wisatawan.

Bagi kita yang sudah pernah ke pulau Buton, pasti kita akan rindu ingin datang kembali lagi ke pulau Buton, karena keindahan panorama alamnya. Dan keramah tamahan penduduknya. Banyak lokasi pariwisata yang indah-indah, dan tidak kalah indahnya dari pulau Bali. Keindahan laut di pulau Buton juga sangat menarik luar biasa. Istana Presiden yang akan dibangun nanti, sebaiknya akan didirikan di tepi laut yang memiliki panorama pemandangan ke arah matahari terbenam. Sehingga keindahan seperti ini akan menjadi saat-saat yang spektakuler dan fenomenal. Karena detik-detik seperti ini tidak akan mungkin dapat dilupakan seumur hidup, dan tidak akan mungkin akan dapat dinikmati di Jakarta.

Sekarang mari kita bayangkan, apabila industri hilirisasi aspal Buton sudah berkembang pesat dan maju di pulau Buton, dan sudah menghasilkan banyak pemasukan-pemasukan dan keuntungan-keuntungan yang besar untuk negara, maka dana tersebut akan dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk membangun pulau Buton sebagai Ibu Kota Negara yang baru. Jadi perlu dipertegas lagi bahwa pembangunan Ibu Kota Negara ini hanya untuk 25 tahun saja. Setelah itu akan dibangun Ibu Kota Negara yang baru di tempat lain. Setelah 25 tahun, semua fasilitas dan aset akan dimanfaatkan untuk tujuan pariwisata kelas dunia. Oleh karena itu, sejak awal perencanaan pembangunan Ibu Kota Negara ini sudah harus mencangkup 2 buah target. Yaitu; untuk menjadi Ibu Kota Negara, dan setelah 25 tahun akan menjadi kawasan pulau pariwisata kelas dunia.

Sejatinya, inilah Ibu Kota yang kuharapkan. Ibu Kota yang berada di sebuah pulau Buton yang indah, di Sulawesi Tenggara.  Ibu Kota yang memiliki kepribadian Indonesia. Kita tidak perlu meniru seperti Ibu Kota - Ibu Kota di negara-negara lain. Indonesia harus berani beda. Inilah prinsip dan konsep dasar yang harus kita pegang teguh dalam merancang, membangun, dan membuat Ibu Kota Negara yang baru. Mungkin bentuk konsepnya adalah bukan sebagai “Smart City” seperti yang dicita-citakan oleh pak Jokowi ketika membangun Ibu Kota Negara Nusantara. Tetapi konsep Ibu Kota Negara di pulau Buton ini adalah “Dual City atau Two in one City”. Dimana maksudnya adalah selain akan menjadi sebuah Ibu Kota Negara, sebagai kota pusat pemerintahan, tetapi juga akan menjadi sebuah kota pusat pariwisata kelas dunia.

Adapun nama yang akan kita pilih sebagai nama Ibu Kota Negara ini adalah “Bahari”. Mengapa nama “Bahari”? Karena Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Indonesia adalah negara maritim atau bahari, yang sangat kaya raya dengan sumber daya lautnya. “Bahari”, secara etimologi berarti laut. Jadi pembangunan Ibu Kota Negara ini di pulau Buton adalah untuk menjadikan Ibu Kota Negara sebagai pusat wisata bahari, dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan sumber daya laut. Di sini akan disediakan segala jenis kegiatan wisata atau rekreasi yang aktifitasnya dilakukan di kawasan laut, baik itu di pantai, pulau, atau bawah laut. Dan yang tak kalah menariknya adalah potensi industri perikanan di pulau Buton sangat besar, sehingga antara wisata bahari dan industri hilirisasi perikanan akan bisa saling menunjang dan bersinergi.

Kalau di Arab Saudi akan dibangun kota modern “The Line”, sebuah kota pintar dirancang sebagai kota linear, dengan segala bangunan dan fasilitasnya berada dalam satu garis lurus yang panjang. Maka Ibu Kota Negara “Bahari” ini akan dibangun melingkar, di tepi pantai mengelilingi  pulau Buton, Kota Bahari merupakan sebuah kota berwawasan lingkungan yang akan dibangun di tepi pantai mengelilingi pulau Buton. Kalau kota “The Line” di Arab Saudi pemandangan alam disekitarnya adalah adalah padang pasir yang kering dan gersang, maka Ibu Kota Negara “Bahari” di pulau Buton pemandangan alam di sekitarnya adalah lambaian pohon-pohon kelapa yang subur, dan keindahan panorama laut yang biru.

Seluruh aspek Ibu Kota Negara “Bahari” akan didesain dengan mempertimbangkan aspek budaya Indonesia, mulai dari penggunaan energi baru terbarukan hingga teknologi terdepan yang mampu mengurangi dampak lingkungan. Di harapkan Ibu Kota Negara “Bahari” ini akan menjadi kota yang terbersih dalam hal polusi udara, karena penggunakan energi fossil sangat dibatasi jumlahnya. Dengan perkataan lain Ibu Kota Negara Bahari akan dikagumi oleh masyarakat dunia, karena merupakan paru-paru dunia yang bebas dari polusi udara.

Kelestarian lingkungan merupakan fokus utama dari pembangunan Ibu Kota Negara “Bahari” ini. Tanaman mangrove atau bakau merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan. karena mempunyai peran penting sebagai pencegah abrasi di wilayah-wilayah pesisir atau pantai. Tidaklah heran jika pada saat ini banyak hutan Mangrove yang telah tersebar luas di sepanjang wilayah pesisir pantai pulau Buton, bahkan telah menjadi tempat wisata yang nyaman dan berwawasan lingkungan.

Tanaman Mangrove memiliki peran penting dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan hidup dan menetralisir kondisi alam dari bahan-bahan pencemar berbahaya. Disamping itu kawasan hutan Mangrove berfungsi juga sebagai kawasan untuk menyerap polusi udara. Penyimpanan karbon pada hutan Mangrove lebih banyak dibandingkan dengan hutan hujan tropis. Banyaknya manfaat hutan Mangrove juga sangat penting untuk menjaga ekosistim pantai dan pesisir. Dengan rencana akan dibangunnya Ibu Kota Negara “Bahari” di pulau Buton, maka penanaman Mangrove ini akan lebih ditingkatkan lagi. Tidak saja di pulau Buton, tetapi juga di pulau-pulau lain yang berada di sekitar pulau Buton.

Beberapa jenis hewan laut banyak menghuni hutan Mangrove seperti ikan, ubur-ubur, udang, kepiting, siput, danlain-lain. Hewan-hewan laut ini menggunakan Mangrove sebagai tempat perlindungan dari predator, terutama bagi hewan laut yang sedang mulai beranjak dewasa. Hewan-hewan laut ini memanfaatkan hutan Mangrove untuk mendukung proses pemijahan untu berkebang biak. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai tanah pembibitan untuk membantu membesarkan anak-anak mereka.

Disamping pulau Buton memiliki keindahan panorama lautnya, pulau Buton juga memiliki keindahan hutan lindung Lambusango. Hutan ini memiliki spesies dan jenis tumbuh-tumbuhan yang tidak terdapat di tempat-tempat lain di dunia. Hutan Lampusango ini perlu dilindungi sebagai warisan hutan di dunia yang sudah langka dan tiada duanya. Menariknya, ada beberapa satwa yang perlu dilindungi juga dari kepunahan, antara lain; berbagai aneka ragam burung-burung dan satwa-satwa liar endemik dan langka, seperti Anoa, Macaque, Tarsius, dan Kuskus.

Hutan Lambusango memiliki luas sekitar 65.000 hektar. Ini terdiri dari kawasan konservasi yang dibagi menjadi dua, yaitu Cagar Alam Kakenauwe, dan Suaka Marga Satwa Lambusango. Meskipun hutan Lambusango pada saat ini belum sepenuhnya siap untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia, tetapi dengan adanya rencana pemindahan Ibu Kota Negara ke pulau Buton, maka hutan Lambusango ini akan dikembangkan menjadi tujuan wisata kelas dunia. Sejatinya banyak sekali keunikan yang terdapat di hutan Lambusango yang tidak terdapat di tempat-tempat lain.

Dengan demikian, tujuan pemindahan Ibu Kota Negara ke pulau Buton akan memiliki beberapa misi dan visi, antara lain untuk melindungi kekayaan alam laut dan hutan-hutan tropis yang berada di pulau Buton dan sekitarnya. Dan termasuk juga melindungi kebudayaan Kesultanan Buton yang tinggi dari pengaruh budaya-budaya asing yang merusak. Diharapkan Ibu Kota Negara ini akan menciptakan suasana yang kondusif dan harmonis, sehingga para pejabat negara dan semua aparatur sipil negara dapat fokus bekerja dengan lebih produktif dan kreatif untuk kepentingan bangsa dan negara.

Ibu Kota Negara “Bahari” adalah Ibu Kota harapanku, karena Ibu Kota Negara ini akan menjadi kota pariwisata yang paling lengkap dengan segala tujuan wisata yang beraneka macam ragam, dan semuanya itu berada di satu pulau. Tempat-tempat wisata biasanya identik dengan tempat-tempat yang mahal, yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kaya saja. Tetapi Ibu Kota Negara “Bahari” ini akan dirancang sebagai kota wisata yang murah, karena semua kebutuhan infrastruktur-infrastruktur dan fasilitas-fasilitas umum dibangun oleh pemerintah daerah. Dana yang digunakan berasal dari pendapat asli daerah hasil dari industri hilirisasi aspal Buton. Dengan demikian, sejatinya semua berkah dari sumber kekayaan aspal alam di pulau Buton akan diinvestasikan kembali di pulau Buton juga, sehingga seluruh rakyat Buton akan dapat menikmati pembangunan pulau Bulau yang berasal dari sumber kekayaan alam pulau Buton sendiri.

Infrastruktur-infrastruktur yang pertama kali harus dibangun adalah jalan-jalan sehingga transportasi barang dan orang akan berlangsung dengan lancar dan cepat. Untuk menarik para wisatawan akan dibangun kereta listrik yang routenya menyusuri sepanjang pantai, mengelilingi pulau Buton. Agar pemandangan ke laut lepas tidak terhalang oleh daun-daun dari pohon-pohon kelapa, maka rel kereta api akan dibangun di atas, sebagai jalan layang. Dan di bawah jalan layang untuk kereta listrik tersebut akan dibangun jalan-jalan aspal untuk kendaraan listrik. Dengan demikian, Ibu Kota Negara “Bahari” akan menjadi satu-satunya sebuah kota yang dibangun di sepanjang pantai mengelilingi pulau Buton. Dari sekarang sudah bisa kita bayangkan alangkah indahnya Ibu Kota “Bahari” ini nanti, karena kemanapun dan sejauh kita memandang, yang ada hanyalah pemandangan panorama laut yang sangat indah dan biru, dan hutan lindung yang hijau dan menyejukkan hati.  

Sebagai Ibu Kota Negara, kota “Bahari” harus mampu mandiri dengan memenuhi sebagian besar semua kebutuhan bahan-bahan pokok penduduknya. Untuk memenuhi kebutuhan ikan-ikan dan hasil laut lainnya, sudah dapat dipenuhi dari pulau Buton sendiri, dan pulau-pulau lain yang berada di sekitarnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan sayur-sayuran dan buah-buahan, dapat dipenuhi dari pulau Buton, dan pulau-pulau di sekitanya, karena lahan pertanian masih cukup luas. Mungkin yang harus diperhatikan adalah masalah pengadaan air dan irigasi, sehingga tanam-tanaman dan pohon buah-buahan akan dapat tumbuh dengan subur. Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahan-bahan pokok yang berupa daging sapi, kambing, ayam, bebek, ikan air tawar, dll. Oleh karena di sekitar pulau Buton masih banyak terdapat pulau-pulau kecil, maka diharapkan untuk lokasi peternakan sapi, kambing, ayam, bebek, dan ikan air tawar akan dikembangkan di daerah pulau-pulau kecil yang berada di sekitar pulau Buton.

Untuk keperluan transportasi antar pulau - pulau, konsep “Tol Laut” sudah dapat diterapkan. Diharapkan akan ada jadwal yang teratur bagi barang-barang dan orang-orang yang akan berpergian dengan menggunakan transportasi laut. Disamping itu, hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan, semuanya dapat dikirim ke daerah-daerah dan tempat-tempat lain untuk dijual. Diharapkan dengan adanya “Tol Laut” ini biaya-biaya transportasi dan logistik barang dan orang akan lebih murah.  

Sebagai Ibu Kota Negara yang berada di pulau Buton, maka kawasan ini cocok sekali untuk tempat rekreasi dan olah raga yang berhubungan dengan laut. Laut di sekitar pulau Buton ombaknya tenang, sehingga nyaman untuk olah raga jet sky, kapal layar, kapal dayung, dll. Tak jauh dari pulau Buton ada daerah Wakatobi yang sangat terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya. Sehingga olah raga menyelam dan snorkeling merupakan pilihan yang paling tepat. Dan bagi penggemar olah raga memancing, mungkin di sinilahnya surganya, karena banyak terdapat ikan-ikan yang besar-besar.

Selain pulau Buton cocok untuk tempat rekreasi dan olah raga laut, pulau Buton juga cocok untuk olah raga sepeda dan jalan kaki. Jalan-jalan khusus untuk olah raga sepeda dan jalan kaki akan dibuat sebagai daya tarik tempat wisata pulau Buton. Jadi bisa dibayangkan bahwa Ibu Kota Negara “Bahari” ini akan menjadi kota pemerintahan yang akan ramai dikunjungi oleh para wisatawan untuk berekreasi dan sekaligus juga untuk berolah raga dengan harga yang murah meriah. Jadi akan sangat jauh berbeda dengan Ibu Kota – ibu kota Negara di tempat lain yang biasanya Ibu Kota Negara itu selalu dipadati oleh banyak penduduk yang bergerak di bidang bisnis, perniagaan, dan perdagangan. Sehingga biaya hidup di kota-kota tersebut menjadi sangat mahal.

Pengembangan pulau Buton sebagai destinasi wisata kelas dunia akan meniru pulau Bali. Konsep “Amati, Tiru, Modifikasi” (ATM) akan diterapkan di pulau Buton. Semua hal-hal yang sudah berjalan dengan baik di pulau Bali, akan coba diterapkan di pulau Buton, khusus mengenai perkembangan industri kreatif dan kerajinan tangan. Disamping itu, pulau Buton juga harus meniru destinasi-destinasi wisata kelas dunia lainnya, seperti di Pantai Kanuhura Maladewa, Pantai Seminyak Bali, Pantai Sunset Oahu Hawaii, dan Pantai Banana Phuket Thailand.

Diharapkan pulau Buton akan berbenah diri terus sehingga 25 tahun kemudian, dimana Ibu Kota Negara akan pindah ke tempat lain, maka pulau Buton sudah siap untuk mandiri menjadi pulau Bali ke 2 di Indonesia.Yaitu; sebagai pulau paling exotis tempat tujuan wisata kelas dunia. Semua bangunan, gedung, dan perumahan bekas Ibu Kota Negara akan direnovasi untuk menjadi tempat-tempat tujuan wisata kelas dunia. Dengan adanya infrastruktur-infrastruktur dan fasilitas-fasiltas baru ini, maka daya tarik pulau Buton sebagai kota wisata kelas dunia akan menjadi semakin lebih menarik. Karena pulau Buton dapat dijangkau dengan transpotasi darat, laut dan udara, sehingga para wisatawan akan lebih mudah untuk mencapai ke tempat tujuannya.

Seandainya saja pak Jokowi sejak dari dulu sudah tahu mengenai pemikiran Ibu Kota harapanku ini, dimana Ibu Kota Negara akan dipindahkan dari Jakarta ke pulau Buton, Sulawesi Tenggara, mungkin pak Jokowi akan setuju dan mendukungnya. Dan pastinya, rakyat Buton akan merasa senang, bahagia, dan terhormat, apabila industri hilirisasi aspal Buton akan segera diwujudkan dan dikembangkan guna mendanai pembangunan Ibu Kota Negara yang baru. “Bahari” sangat cocok sekali untuk menjadi nama Ibu Kota Negara yang baru ini, karena nenek moyangku seorang pelaut.

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler