x

Debur Ombak Memanggilmu Kembali

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 8 Mei 2024 09:20 WIB

Debur Ombak Memanggilmu Kembali - Kisah Cina Miskin Dari Singkawang

Debur Ombak Memanggilmu Kembali berkisah tentang perjuangan Tionghoa miskin dari Singkawang yang dibalut kisah cinta yang menarik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Debur Ombak Memanggilmu Kembali

Penulis: Awi Chin

Tahun Terbit: 2023

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Bhuwana Ilmu Populer

Tebal: 363

ISBN: 978-623-04-1435-0

 

Melalui novel berjudul ”Debur Ombak Memanggilmu Kembali” Awi Chin mengajak kita untuk melihat sisi lain orang Tionghoa, yaitu sisi kemiskinan. Awi Chin memilih Singkawang sebagai latar tempat novelnya. Pilihan terhadap Singkawang memang tepat. Sebab di Singkawang kemiskinan adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh orang Tionghoa. Pendidikan yang kurang, tidak adanya kesempatan kerja dan administrasi kependudukan yang belum tuntas membuat orang Tionghoa miskin di Singkawang mendorong anak-anak lelakinya merantau ke Pontianak atau Jakarta. Sementara anak-anak gadisnya dinikahkan dengan orang Taiwan sebagai pengantin pesanan. Para gadis ini tidak pernah tahu calon suaminya sebelum mereka berangkat.

Berbeda dengan dua novel karya Mya Ye yang secara langsung membahas persoalan para pengantin pesanan, Awi Chin memilih untuk mengemas masalah kemiskinan Tionghoa di Singkawang melalui kisah cinta yang lebih kompleks. Mya Ye menulis dua novel berjudul ”Pengantin Pesanan” dan ”Amoy.” Dua novel tersebut bertema kemiskinan orang Tionghoa di Singkawang yang menyebabkan praktik perkawinan paksa gadis-gadis Tionghoa Singkawang dengan lelaki dari Taiwan.

Alan Tanusudibyo terpaksa pindah dari Jakarta ke Singkawang karena keluarganya menjadi korban kerusuhan 1998. Ayahnya kehilangan pekerjaan, sementara ibu dan kakak perempuannya menjadi korban kebrutalan para penjarah. Keluarga Alan kembali ke Singkawang karena sang ibu berasal dari sana.

Saat pindah ke Singkawang, Alan masih SD. Alan berkawan dengan Ing-ing dari sejak awal Alan pindah ke Singkawang sampai mereka lulus SMA. Alan dan Ing Ing saling tertarik, tetapi Alan tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan cintanya. Kisah asmara antara Alan dan Ing Ing diceritakan dengan datar saja. Awi Chin lebih fokus menggambarkan bagaimana kehidupan keluarga-keluarga miskin melalui keluarga Alan, keluarga Ing Ing dan tetangga-tetangganya. Menurut saya Awi Chin sangat berhasil menggambarkan kehidupan sehari-hari keluarga-keluarga miskin ini. Misalnya percakapan antara Alan dan Ing-ing berikut ini. ”Kamu udah membeli buku?” tanyaku perlahan. Ia menggeleng mendengar pertanyaanku. ”Papa belum punya uang.” ”Tapi besok kan udah masuk sekolah. Kamu nulis pakai apa?”

Selepas SMA, Ing Ing dinikahkan dengan seorang lelaki di Taiwan. Ing-ing memilih untuk menjadi pengantin pesanan supaya adik-adiknya bisa bersekolah dan utang keluarganya bisa terbayar. Alan tidak bisa menerima keputusan tersebut. Tetapi keputusan telah diambil. Ing-ing tetap pergi ke Taiwan untuk menjadi istri dari seorang pemuda bernama Dong Shan.

Alan yang frustasi memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Kehidupan awal Alan di Jakarta dipakai oleh Awi Chin untuk menggambarkan betapa susahnya para perantau miskin dari Singkawang di Jakarta. Dengan hanya berbekal ijasah SMA, Alan tak bisa mendapatkan pekerjaan yang bisa menopang hidupnya. Apalagi menabung.

Namun usaha keras Alan yang merasa mempunyai kemampuan untuk menyanyi akhirnya membawa perubahan dalam hidupnya. Alan yang menang dalam kompetisi menyanyi ”Indonesia Star” di sebuah televisi membuatnya menjadi seorang penyani terkenal.

Saat di puncak kejayaan sebagai penyanyi tenar itulah Alan mendengar khabar bahwa Ing-ing pulang ke Singkawang. Ing-ing melarikan diri dari Taiwan karena dituduh telah membunuh suaminya. Hasrat untuk membantu Ing-ing membuat Alan pulang ke Singkawang.

Awi Chin membuat kejutan di akhir novel. Suami Ing-ing tahu bahwa anak mereka yang bernama Kevin, bukanlah anak Dong Shan. Rupaya Ing-ing hamil dari Alan saat mereka mencurahkan cinta sesaat sebelum Ing-ing berangkat ke Taiwan. Dong Shan yang marah menjadi kalap dan berupaya membunuh Ing-ing. Ing-ing yang membela diri membuat Dong Shan tertusuk pisau yang dibawanya dan mati.

Ing-ing melarikan diri ke Indonesia setelah menitipkan Kevin kepada seorang kenalannya di Taiwan. Tapi ternyata Kein berhasil diambil oleh mertua Ing-ing dan disembunyikan.

Mengetahui bahwa Kevin adalah anaknya, Alan semakin bersemangat untuk mebantu Ing-ing dan menyelamatkan Kevin dari Taiwan.

Saya suka kejutan yang ditampilkan oleh Awi Chin di akhir  novel ini. Penggambaran untuk menyelamatkan Kevin dari Taiwan sangat dramatis dan menegangkan.

Melalui persidangan, terungkap bahwa kehidupan Ing-ing di Taiwan tidak baik-baik saja, Ia harus bekerja keras, sering dipukuli dan saat suaminya kena PHK, Ing-ing dijual oleh mertuanya untuk menjadi pelayan seks. Sekali lagi Awi Chin berhasil menggambarkan pahitnya kehidupan Tionghoa miskin di Singkawang melalui kisah Ing-ing.

Selain membahas masalah kemiskinan, Awi Chin juga menyinggung masalah agama dan perilaku manusia. Melalui tokoh Yohanes, Awi Chin mencoba mencari titik temu antara kekristenan dengan budaya Tionghoa. Yohan, teman sekelas Alan dan Ing-ing adalah anak seorang pendeta. Ia diharapkan untuk menjadi pendeta oleh ayahnya. Namun Yohan justru menjadi seorang tatung. Meski Yohan berusaha untuk menolak, tetapi roh nenek moyangnya tetap meminjam raganya saat perayaan cak go meh untuk menjadi tatung.

Pandangan Awi Chin tentang pertemuan kekristenan dengan tradisi Tionghoa ini sangat menarik. Ia tidak mempertentangkan kedua tradisi ini. Melalui kisah Yohan yang tetap taat sebagai orang Kristen dan pada saat yang sama telah terpilih menjadi tatung, Awi Chin mau menyampaikan bahwa kedua tradisi yang sepertinya bertolak belakang ini bisa disatukan. Tokoh Yohan digambarkan sebagai pemuda yang baik hati dan suka menolong.

Sayang dalam novel ini Awi Chin kurang menggarap pertentangan antara Yohan dengan ayahnya yang adalah seorang pendeta Kristen. Padahal pengungkapan lebih detail tentang konflik ini akan membuat kita menjadi lebih tahu bagaimana pergumulan orang Tionghoa dalam mempertemukan tradisi dan kekristenan yang umum menjadi agama barunya. 833

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler