Sejak Dulu Begitu

Jumat, 15 Desember 2023 17:11 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Retorika bersilat lidah pun dimainkannya. Demi hasrat yang tak ingin dibendung dan membabi buta. Akan sebuah kekuasaan yang harus digenggam ...

Kalau hanya bicara
Hanya dalam kata-kata
Teruntai pantulkan pesona
Siapapun bisa

Apalagi 'tlah terbiasa
Hanya duduk di belakang meja
Berlanjut berdiri dari podium ke podium
Dari mimbar ke mimbar
Ataupun dari ruang kelas ke ruang kelas
Berwicara menggelinding nyaris tanpa bising
Siapapun jadi takjub terkesima

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, ketika ditatapkan pada fakta realita
Ternyata kosong melompong
Tiada wujud tiada tepi
Sang kebanyakan pun sempat terbuai
Dalam kungkungan mimpi dan pengharapan palsu
Terbius karena buta tuli mata telinga
Yang tak pernah disentuh oleh secercah cahaya
Terdiamkan dan terpedaya

Pilihlah saya!
Ya, apa yang bisa kau penuhi bagi kami?
Keadilan dan kemakmuranlah!
Koq, sedari dulu kami masih seperti ini?
Ya, sebab dulu bukan saya!

Retorika bersilat lidah pun dimainkannya
Demi hasrat yang tak ingin dibendung dan membabi buta
Akan sebuah kekuasaan yang harus digenggam
Sementara, sang kebanyakan tak berdaya
Dengan sorot mata kepasrahan, tak kuasa harus bagaimana ....

*****

Kota Malang, Desember di hari kelima belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.

Bagikan Artikel Ini
img-content
sucahyo adi swasono

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

img-content
img-content
img-content
Lihat semua