x
#puisiindonesiana.tempo.co#indonesiana.tempo.co#tempo.co#tempotv#korantempo
Oleh: Gilang Ramadhan

Sabtu, 11 November 2023 07:48 WIB

Harapan

Oleh: Gilang Ramadhan

Jumat, 3 November 2023 20:20 WIB

Teori Rasa III

Oleh: Gilang Ramadhan

Jumat, 3 November 2023 20:20 WIB

Teori Rasa II

Oleh: Rizky Rianto

Selasa, 16 Mei 2023 14:45 WIB

Pendusta Besar

Oleh: Rizky Rianto

Jumat, 12 Mei 2023 21:00 WIB

Lelah

Oleh: Gilang Ramadhan

Kamis, 11 Mei 2023 17:14 WIB

Harapan

Oleh: Gilang Ramadhan

Kamis, 11 Mei 2023 12:20 WIB

Astungkara

Oleh: Ach Riadi

Kamis, 2 Juni 2022 19:27 WIB

Juni

Oleh: Tanti Ariana

Rabu, 13 April 2022 06:02 WIB

Penulisan Puisi di Indonesia dari Masa ke Masa

Puisi merupakan salah satu karya sastra yang penuh dengan estetika dan makna mendalam berupa tulisan yang mengandung irama, rima, ritma pada setiap baitnya. Puisi menjadi ruang yang paling indah dan spesial untuk mencurahkan semua isi perasaan seseorang. Hal inilah yang membuat bait puisi dikemas dengan bahasa yang lebih imajinatif dan tersusun dengan kalimat-kalimat yang penuh makna. Setiap kata pada puisi mengandung estetika sehingga akan lebih fokus pada penggunaan diksi, bunyi, dan iramanya agar teks puisi lebih indah. Oleh karena itu, adanya aturan penulisan puisi memiliki peranan yang sangat penting agar puisi terlihat indah dan teratur. Aturan penulisan puisi adalah semua ketentuan yang mengikat dalam penulisan puisi. Pada puisi lama, penulisannya masih terikat oleh aturan tertentu. Aturan tersebut berkaitan dengan jumlah kata atau suku kata dalam tiap baris, jumlah baris yang terdapat dalam tiap bait, rima rapi dan teratur, dan irama senada. Bagi puisi lama, aturan ini bersifat tetap dan mengikat. Artinya, aturan ini tidak dapat diubah dan setiap penulis mesti mengikuti acuan aturan tersebut. Meskipun begitu, ada beberapa pengecualian bagi puisi modern untuk tidak lagi menggunakan aturan penulisan puisi karena hal tersebut membuat penulis merasa pengeksplorasian imajinasi mereka dibatasi. Lantas, bagaimana rupa aturan penulisan puisi di Indonesia dari masa ke masa?. Yuk, mari kita bahas!. Perkembangan aturan penulisan puisi di Indonesia terbagi ke dalam beberapa angkatan, yaitu: 1. Angkatan Sastra Indonesia Lama (Sebelum Tahun 1920) Angkatan ini lahir di sekitar tahun 1500 setelah agama Islam masuk ke Indonesia. Pujangga yang terkenal adalah Hamzah Fansuri dan Raja Ali Haji dengan “Gurindam Dua Belas”. Dalam angkatan ini, penulisan puisi masih sangat terikat dengan aturan penulisan puisi pada masanya. Misalnya, puisi ditulis menggunakan bahasa baku yang bersifat kaku. 2. Angkatan Balai Pustaka Puisi yang termasuk ke dalam angkatan Balai Pustaka berupa puisi lama, seperti pantun, syair, dan mantra. Puisi tersebut juga masih mengikat pada aturan penulisan puisi lama dan berkembang antara tahun 1920 sampai dengan tahun 1933. 3. Angkatan Pujangga Baru Pada angkatan ini, aturan penulisan puisi lama sudah ditinggalkan dan mulai memasuki era puisi baru yang lebih progresif dengan sajak 2 baris, 3 baris, sampai 14 baris dalam penulisan sajak dan kalimat. Angkatan ini dimulai pada tahun 1930 sampai tahun 1945. 4. Angkatan 1945 Pada angkatan ini, penulisan sajak dan kalimat dalam puisi bersifat bebas tanpa terikat oleh aturan apapun sehingga para penulis lebih leluasa dalam membuat sajak puisi tanpa terikat oleh aturan. Hal ini menjadi langkah awal transformasi puisi yang bebas bereksplorasi dalam membuat karya sastra puisi. 5. Angkatan 1950 Angkatan 1950 merupakan angkatan lanjutan dari angkatan 1945 yang salah satu cirinya adalah lebih menonjolkan kebudayaan daerah untuk mewujudkan sastra nasional Indonesia. Dalam angkatan ini, mulai berkembang istilah gaya ulangan dalam penulisan puisi, yakni berupa ulangan kata atau suku kata. 6. Angkatan 1966 Dalam angkatan ini, penulis tidak lagi menggunakan aturan penulisan puisi dan mulai beralih untuk mengeksplorasi sajak dalam menulis puisi dengan bebas. Angkatan ini muncul saat peralihan rezim Orde Lama ke Orde Baru. Oleh karena itu, karakteristik puisi yang ada pada angkatan ini berkaitan dengan politik dan kritik sosial. 7. Angkatan 2000 sampai sekarang Pemilihan diksi dalam puisi angkatan ini lebih didominasi oleh penggunaan bahasa sehari-hari yang bersifat fleksibel, mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret, dan adanya penggunaan gaya bahasa baru. Setiap puisi yang terbagi ke dalam beberapa angkatan tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing dalam segi penulisan puisi. Hal itulah yang menjadikan puisi di Indonesia memiliki keidentikan dan variasi di tiap-tiap angkatannya.