Strategic Military Analyst

Analisa Permainan Ayam dalam Eskalasi Nuklir di Semenanjung Korea

Jumat, 13 September 2024 12:55 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Permainan Ayam (Chicken Game) bukanlah sabung ayam yang biasa kita kenal namun merupakan salah satu teori permainan yang dapat digunakan untuk menganalisi konflik dan ancaman. Apa saja skenario-skenario permainan ayam dalam eskalasi nulir di semenanjung korea ? Bagaimana langkah Indonesia untuk meredakan eskalasi ini ?

Nuklir Damai yang Berubah Menjadi Ancaman

Oleh: Arben Sumbung

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa yang terjadi di Semenanjung Korea saat ini bukanlah sebuah fenomena baru. Dulu, aktivitas nuklir Korea Utara dilakukan hanya sebatas bertujuan untuk penelitian ilmiah, perdamaian dan pengembangan energi. Korea Utara bahkan pernah bergabung dengan IAEA (International Atomic Energy Agency) atau Badan Tenaga Atom Internasional, yang bertujuan mempromosikan penggunaan energi nuklir secara damai, dan memastikan bahwa teknologi nuklir tidak disalahgunakan untuk tujuan militer.

Namun, semua itu berubah total dan proyek Nuklir Korut  sekarang menjadi ancaman serius bagi perdamaian dunia khususnya keamanan di Asia Timur dan sekitarnya. Ini dimulai sejak kekalahan Uni Soviet pada masa perang dingin atau lebih dikenal krisis Rudal Kuba pada tahun 1962. Korea utara pada saat itu  merasa terancam karena awalnya Uni Soviet  yang membantu mereka dalam membangun reaktor Nuklir di Yongbyon untuk kepentingan damai. Dengan kekalahan Uni soviet maka presiden Korut pada saat itu Kim Il Sung semakin khawatir tentang keamanan negaranya dan mulai mengembangkan program senjata nuklir untuk mempertahankan rezimnya. 

Dalam bukunya yang berjudul Going Critical: The First North Korean Nuclear Crisis, Galuci dan Poneman menulis bahwa bagi Korut, senjata nuklir bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk mendapatkan perhatian dunia dan kekuatan ekonomi. Dengan nuklir, Korut ingin agar dunia mendengarkan suara mereka dan memberi apa yang mereka mau. 

Meskipun jauh dari Korut, Indonesia juga dapat merasakan dampak jika perang Nuklir pecah. Terlebih, mengutip data dari postingan ISDS di Instagram yang menyatakan bahwa ada sekitar 73.000 orang Indonesia yang tinggal di Korea Selatan. Mereka bisa terkena bahaya, seperti radiasi, cedera, bahkan kematian  jika terjadi perang nuklir.

Dengan menggunakan konsep permainan ayam atau "chicken game," penulis berharap bahwa konsep ini dapat membantu menjelaskan perkembangan eskalasi nuklir di semenanjung Korea, skenario apa saja yang mungkin terjadi.

Permainan Ayam: Keberanian atau Kegagalan ?

Permainan ayam atau Chicken Game merupakan salah satu teori permainan (Game Theory), salah satu ilmu matematika yang berfokus pada pengambilan keputusan dalam interaksi sosial. Konsep ini melibatkan pemain untuk memilih strategi, yang hasil akhirnya bergantung pada pilihan semua pemain. Hal ini seumpama pemain berada dalam jalur tabrakan, dimana dua pengemudi berada di jalan sempit, di tepi jurang dimana mereka harus memutuskan apakah salah satu dari mereka  akan mengalah untuk menghindari kecelakaan fatal atau tidak.

Dalam bukunya yang berjudul "Theory of Games and Economic Behavior" Von Neumann dan Morgenstern (Neumann, Morgenstern 1944)  menyatakan bahwa dalam permainan ayam strategi setiap pemain saling berhubungan satu sama lain, dimana hasil setiap pemain tergantung pada pilihan yang dibuat oleh pemain lain. Konsep ini  membantu kita dalam memahami krisis nuklir Korea Utara karena menggambarkan situasi di mana kedua pihak ingin saling mengintimidasi tanpa ada satu pihak yang ingin menyerah terlebih dahulu. Mirip dengan permainan ayam semua pihak berusaha untuk tidak menyerah dan menghindari tabrakan.

 Ancaman nuklir Korea Utara terhadap Korea Selatan dan sekutunya adalah contoh klasik dari "brinkmanship," dimana penggunaan taktik ketakutan dan intimidasi digunakan sebagai strategi untuk memaksa pihak lawan mundur sehingga mendapatkan konsesi dan keuntungan. Schelling dalam bukunya yang berjudul "The Strategy of Conflict" mengatakan bahwa brinkmanship adalah ancaman,  respons, dan tindakan yang mengakibatkan konsekuensi bagi pemain yang melakukan ancaman dan pemain yang tindakannya dipengaruhi oleh ancaman tersebut (Schelling 1960)

Dengan kata lain, konsep taktik ini beranggapan bahwa setiap pihak dapatmemilih untuk tidak menyerah atau terlihat lemah kepada pihak yang lain. Namun, dalam praktiknya, salah satu pihak harus mengalah karena jika tidak ada yang mengalah, konsekuensi terburuk dan mematikan  sudah menunggu di akhir permainan. Apakah ada pihak yang legowo untuk mundur dan diberi label sebagai pihak yang lebih lemah "ayam" ?.



Matrix Analisa Permainan Ayam di Semenanjung Korea

Instrumen matrix Payoff (hasil) digunakan dalam kasus ini, dimana terdapat dua pemain, Pemain A : Korut dan Pemain B : Korsel & Amerika (lihat gambar 1). Skenarionya pemain A dan pemain B  tidak mengetahui langkah mereka masing-masing namun kedua pemain harus memutuskan strategi mereka secara bersamaan. Masing-masing pemain mempunyai strategi yaitu ‘Menghindar atau deskalasi’ dan langkah kedua adalah ‘Bertahan atau eskalasi’.

  Gambar 1. Matrix Permainan Ayam di Semenanjung Korea

 

        

  • (3,3) ‘Tidak Konflik’ :  Konflik dapat dihindari dengan adanya ‘kerjasama’ antar kedua belah pihak. Negosiasi memainkan peranan penting dalam tahap ini. Korsel dan US memberhentikan latihan-latihan perang dan Korut memberhentikan uji coba nuklirnya. Keduanya memberikan hasil yang sama positif
  • (4,2) / (2,4) ‘Pemenang Tunggal’ : Muncul pemenang tunggal di dalam konflik ini, entah itu Korsel dan AS atau Korut. Skenario pertama Korut bertahan dan ‘menang’. Mereka meningkatkan eskalasi nuklirnya sehingga Korsel dan AS memilih mundur dan menghindari konflik besar. Skenario kedua, Korut memilih untuk deskalasi sehingga Korsel dan AS ‘menang’. Tahap ini juga dikenal sebagai ‘Nash Equilibrium dimana permainan mencapai hasil yang optimal meskipun hasil tidak memberikan insentif bagi strategi awal mereka.
  •  (1,1) ‘Konflik/Perang Nuklir’ : Kedua pemain memutuskan untuk meningkatkan eskalasi mereka,tidak ada yang mundur sehingga berpotensi menyebabkan konflik nuklir. Kedua belah pihak mendapatkan terburuk di akhir permainan.

Matrix diatas tidak hanya menghasilkan potensi skenario yang dapat terjadi. Namun, ada  tiga poin penting yang dapat dicermati dalam krisis semenajung korea ini melalui matrix ini, yaitu : 

  1. Pencegahan (Detterence)

Eskalasi konflik antara dua negara ini  tentu membahayakan kedua belah pihak. Korut tetap menunjukan kemampuan serangan balik nuklir mereka dengan uji coba rudal balistik KN-25 , KN-24 serta AS dan Korsel yang semakin giat dalam melakukan latihan-latihan militer. Namun, penulis melihat potensi Korut untuk menembakkan rudal Nuklir secara langsung terhadap Korsel dan AS masih ‘rendah’. Hal ini mengacu karena pertahanan Nuklir Korut merupakan sistem ‘pencegahan’ (deterrence) dan menjadi pilihan terakhir mereka. Selain itu, fungsi utama Nuklir Korut adalah untuk mempertahankan rezim mereka agar tidak dilengserkan dan mempunyai posisi tawar yang tinggi meskipun mereka adalah negara kecil dan ‘miskin’. 

Dengan menembak langsung nuklir mereka maka kemungkinan besar ‘counter-attack’ dari Korsel-US akan lebih besar dan berpotensi menghancurkan rezim Kim Jong Un. Oleh sebab itu, apa yang akan dilakukan Korut kemungkinan hanya ‘limited military provocations’ atau provokasi militer dengan tidak melampaui batas. Hal yang sama berlaku untuk AS, terlalu beresiko jika mereka melakukan pre-emptive strike. Hal terbaik yang bisa mereka lakukan adalah menjadi payung nuklir deterrence untuk Korsel dan Jepang yang notabene tidak mempunyai nuklir untuk menghindari ancaman Korut.

 

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler