Rembulan Ungu - Gadis Tionghoa yang Menjadi Korban Intrik Raja Mataram

Rabu, 9 Oktober 2024 11:40 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rara Oyi adalah gadis Tionghoa asal Banyuwangi yang dikorbankan untuk mendongkel kekuasaan Amangkurat yang dianggap semena-mena.

Judul: Rembulan Ungu

Penulis: Bondan Nusantara

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2011

Penerbit: Qanita

Tebal: 516

ISBN: 978-602-8579-69-8

 

Rembulan Ungu adalah sebuah novel yang menggambarkan konflik dan intrik di  Kerajaan Mataram di jaman Amangkurat. Novel karya Bondan Nusantara ini dibumbui dengan kisah cinta antara Rara Oyi, calon selir Amangkurat dengan Putra Mahkota yang bernama Pangeran Anom dan dengan Lurah Prajurit bernama Panjalu.

Tentang kisah kepemimpinan, Bondan Nusantara memakai sifat Raja Amangkurat yang tidak peduli kepada rakyat. Amangkurat mengumbar nafsu birahi. Ia merebut semua perempuan cantik yang ada di negerinya untuk dijadikan selir atau sekadar ditiduri. Di saat yang sama Amangkurat sedang membangun istana dan sebuah bendungan besar yang menelan banyak biaya. Upaya Amangkurat untuk membangun istana baru dan membangun bendungan tersebut tidak melihat kemampuan fiskal negaranya. Akibatnya Amangkurat menekan rakyat untuk menyediakan tenaga dan biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan dua mega proyek tersebut. Keputusan Amangkurat untuk meneruskan mega proyeknya tentu tidak disukai oleh rakyat.

Berbeda dengan Sultan Agung Hanyokrokusumo yang anti penjajah, Amangkurat malah bermesra-mesra dengan Kumpeni.

Seorang pemimpin (Jawa) yang berulah menyebabkan seluruh negara menderita.

Bukan hanya rakyat yang kecewa kepada Raja, kerabat raja dan para pemimpin daerah pun banyak yang kecewa. Termasuk Pangeran Pekik dan Ratu Wandan. Pangeran Pekik dan Ratu Wandan adalah mertua Raja. Anak Amangkurat yang bernama Adipati Anom adalah cucu dari Pangeran Pekik dan Ratu Wandan.

Pihak lain yang kurang setuju dengan tingkah polah Raja yang tidak memperhatikan rakyat adalah para pemimpin di daerah. Mereka yang tidak setuju dengan Raja ini membangun kekuatan di Kajoran, di bawah pimpinan Panembahan Kajoran. Panembahan Kajoran sendiri adalah kakek dari Pangeran Puger, anak Amangkurat.

Pangeran Pekik dan Ratu Wandan yang tidak menyukai cara Amangkurat memerintah, menggunakan momentum marahnya Amangkurat karena selir kinasihnya, yaitu Ratu Malang yang tewas diracun. Ratu Malang adalah seorang waranggana yang diambil paksa oleh Amangkurat dari suaminya untuk dijadikan selir. Karena kecantikan Ratu Malang dan kepandaiannya nembang, Amangkurat sangat mengasihi Ratu Malang. Pangeran Pekik dan Ratu Wandan mencarikan seorang calon selir yang lebih cantik dan lebih menarik daripada Ratu Malang. Padahal sebenarnya Pangeran Pekik dan Ratu Wandan mempunyai rencana licik untuk menjatuhkan wibawa raja.

Pilihan Pangeran Pekik jatuh pada Oyi, seorang gadis dari Banyuwangi. Oyi adalah anak dari Oei Ma Oen (Ki Mangun), seorang nakoda kapal Cina. Oei Ma Oen yang beroperasi di sekitar Gresik menjadi sangat dekat dengan Pangeran Pekik dan Ratu Wandan. Mereka bertiga menjadi ujung tombak Mataram dalam menyerang Giri Prapen. Karena keberhasilannya Mangunjaya diangkat menjadi Demang di Banyuwangi. Oei Ma Oen menikah dengan Yin Ma dan mempunyai seorang anak gadis yang diberi nama Oyi.

Pangeran Pekik mengutus Panjalu, seorang lurah prajurit untuk mengantar surat kepada Ki Mangun. Isi surat tersebut adalah untuk meminta Oyi pergi ke Mataram guna dijadikan selir Amangkurat. Ki Mangun yang merasa berhutang budai kepada Pangeran Pekik, tidak bisa menolak permintaan tersebut.

Sebelum keberangkatan Panjalu kembali ke Mataram, Panjalu dijadikan anak angkat oleh Ki Mangun dan dilatih ilmu kanuragan. Ternyata benih-benih cinta antara Panjalu dengan Oyi tumbuh seiring kedekatan mereka sebagai kakak-adik.

Oyi yang saat itu baru berumur 15 tahuh, tidak tahu bahwa perjalanannya ke Mataram adalah untuk dijadikan selir raja. Ia berpikir bahwa perjalanan ke Mataram adalah untuk melihat Grebeg dan melihat keindahan Kutharaja. Tentu saja Oyi sangat kecewa saat tahu bahwa ia dipersiapkan untuk menjadi selir Amangkurat. Oyi lebih kecewa lagi karena Panjalu yang selama ini melindunginya hanya diam saja saat ia dibawa masuk ke keraton.

Oyi dididik dan dipersiapkan oleh Nyi Demang Wirareja. Adipati Anom yang lebihat Oyi di rumah Demang Wirareja jatuh cinta. Melihat kesungguhan Adipati Anom, Oyi menanggapi cinta sang pangeran ini. Padahal di hati Oyi sudah ada Panjalu.

Melihat bahwa Adipati Anom dan Oyi sudah saling dekat, Pangeran Pekik menikahkan keduanya. Pernikahan ini tanpa sepengetahuan Amangkurat. Amangkurat yang merasa dilangkahi menjadi murka. Amangkurat menghukum mati Pangeran Pekik dan Ratu Wandan. Ia juga menghukum Adipati Anom untuk membunuh Oyi, jika Adipati Anom ingin tetap menjadi putra mahkota. Adipati Anon yang sudah memegang keris, ragu-ragu untuk membunuh Oyi. Namun Oyi malah menubruk keris tersebut. Oyi mati di tangan Adipati Anom. Panjalu menjadi sedih karena tidak mampu melindungi Oyi.

Dalam novel ini Bondan Nusantara sangat memerhatikan konteks sejarah. Itulah sebabnya alur cerita utama tidak menyimpang dari sejarah. Tokoh-tokoh seperti Terunojoyo dan Karaeng Galesung yang saat itu terlibat dalam sengketa di Mataram di jaman Amangkurat dimunculkan dalam novel. Kehadiran kedua tokoh ini dalam cerita, membuat novel ini mempunyai bobot sejarah yang lebih kuat.

Saya melihat sisi lain dari novel ini. Bondan Nusantara sepertinya menyelipkan pesan tentang kepemimpinan. Setidaknya menyuarakan kegelisahan tentang kondisi kepemimpinan saat novel ini ditulis. Pemimpin harus memihak kepada rakyat dan bukan mencari kesenangannya sendiri. Pemimpin yang mengabaikan penderitaan rakyat akan mengalami pemberontakan rakyat yang bisa berakibat fatal. 866

Bagikan Artikel Ini
img-content
Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler