Efek Domino Perilaku Kekuasaan

5 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni (kedua dari kiri) bermain domino bersama Menteri Pelindungan Pekerja Migran Abdul Kadir Karding (kanan), Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Persatuan Olahraga Domino Indonesia Andi Rukman Nurdin Karumpa, dan pengus
Iklan

Protes publik merupakan efek domino dari perilaku buruk kekuasaan. Para pejabat perlu merenung tentang kontribusinya bagi kebaikan bersama.

***

Gaplek! Jenis olahraga ini merupakan anak keturunan langsung dari permainan dadu. Foto yang beredar luas di media sosial dimana para pejabat bersantai sembari bermain domino, nampak memprihatinkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terlebih bersama dengan bekas tersangka pembalak, semakin menjadi ironis karena terjadi ditengah situasi kebangsaan yang sedang tidak baik-baik saja. Sesungguhnya protes publik yang terjadi merupakan efek domino dari perilaku buruk kekuasaan.

Para pejabat perlu dipahamkan tentang keresahan publik -social unrest, bahwa ketidakpuasan adalah bentuk manifestasi kekecewaan akan kinerja yang diharapkan. Kegagalan membaca isyarat publik membuat upaya berbenah diri -self correction tidak kunjung terjadi.

Kekosongan suri tauladan publik itulah, yang membuat senjang jarak antara para petinggi negeri dengan masyarakat. Situasi ini relatif tipikal dengan novel satir George Orwell dalam Animal Farm, 1945 tentang metafora perilaku kawanan babi sebagai penguasa baru di peternakan, setelah berhasil menumbangkan pemilik kandang. Lantas perubahan hanya menjadi sebatas jargon, karena sifat kebinatangan tetaplah sama dalam nama kekuasaan.

Membutuhkan kejelian untuk memahami fenomena ini, sesungguhnya perlu upaya yang sangat serius guna menjalin ulang kerekatan bangsa, dalam rangka mencapai tujuan bersama, mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera sebagaimana termuat dalam konstitusi bernegara.

Lalu pergantian pemain -reshuffle dilakukan, perlu diapresiasi meski sejumlah posisi kunci masih belum berganti. Publik menanti bukti, lebih dari sekedar janji. Hari-hari ini ekonomi terlihat mendung, badai PHK banyak terjadi. Kondisi ini perlu dicermati oleh para pengambil kebijakan, jangan sampai hanya dianggap sebagai angin lalu. Efisiensi yang digunakan sebagai tema pembangunan, terhenti di pintu kabinet yang justru konsisten bertambah.

Setali tiga uang, pun di ranah wakil-wakil rakyat perilakunya serupa. Dilengkapi dengan berbagai hak istimewa, bak diguyur tunjangan serta fasilitas, wakil rakyat justru tumpul dalam melakukan koreksi, menjadi sekedar tukang stempel. Hal ini membenarkan ungkapan Abraham Lincoln, bila ingin mengetahui karakter dasar seseorang, berilah dia kekuasaan.

Kita tentu tidak sedang bertaruh tentang nasib bangsa di meja permainan domino. Fenomena yang kita hadapi saat ini seharusnya memberikan efek domino pada kekuasaan dalam melakukan perbaikan ke dalam secara berkelanjutan. Kemerdekaan jelas bukan tujuan akhir, melainkan menjadi sarana bagi kebaikan seluruh warga bangsa.

Pertanyaan penting dalam renungan bagi para penguasa, sebagaimana Aristoteles menyebut bahwa selayaknya kehidupan bernegara menciptakan kebaikan bersama -bonum commune, maka kehormatan untuk mencapai tujuan tertinggi tersebut, diletakkan pada kemampuan untuk membangun perilaku yang dapat menjadi panutan -role model kebaikan itu sendiri, sehingga publik dapat menilai kejujuran dan ketulusan pada gerak-gerik kekuasaan.

Yudhi Hertanto

Program Doktor Hukum

Universitas Islam Sultan Agung -Semarang

Bagikan Artikel Ini
img-content
Yudhi Hertanto

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Jika Rakyat Marah

Minggu, 31 Agustus 2025 15:56 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler