Sejarah Kota Bekasi, dari Masa Kerajaan hingga Era Modern
Rabu, 16 Oktober 2024 15:33 WIBKota Bekasi memiliki sejarah panjang dari masa Kerajaan Tarumanegara hingga menjadi pusat industri modern di Jabodetabek.
***
Kota Bekasi, yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, merupakan bagian integral dari wilayah metropolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Kota ini memiliki sejarah panjang yang mencakup berbagai periode, mulai dari masa kerajaan hingga era modern.
Dari sebuah wilayah agraris penting pada masa Kerajaan Tarumanegara dan Sunda, hingga menjadi pusat industri dan urbanisasi yang berkembang pesat setelah kemerdekaan, Bekasi mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan perubahan politik, ekonomi, dan sosial di Indonesia. Berikut adalah rangkuman perjalanan Kota Bekasi hingga menjadi seperti sekarang:
Masa Kerajaan Tarumanegara (Abad ke-4 hingga ke-7)
Bekasi sudah dihuni sejak masa Kerajaan Tarumanegara, salah satu kerajaan Hindu tertua di Jawa yang berpusat di wilayah Jawa Barat. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berdiri pada abad ke-4 Masehi dan memiliki wilayah yang mencakup area yang cukup luas, termasuk daerah Bekasi.
Salah satu bukti keberadaan kerajaan ini adalah Prasasti Tugu yang ditemukan di sekitar Bekasi dan Jakarta Utara. Prasasti ini menceritakan tentang proyek irigasi yang dilakukan oleh Raja Purnawarman, raja terkenal dari Kerajaan Tarumanegara.
Dalam beberapa prasasti peninggalan Tarumanegara, disebutkan pembangunan infrastruktur seperti saluran irigasi dan bendungan untuk mendukung kegiatan pertanian. Daerah Bekasi, dengan tanahnya yang subur dan dilintasi oleh sungai-sungai besar seperti Sungai Bekasi (yang dahulu mungkin dikenal dengan nama lain), kemungkinan besar sudah menjadi area pertanian dan pemukiman pendukung kerajaan.
Masa Kerajaan Sunda (Abad ke-7 hingga ke-16)
Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanegara, wilayah ini menjadi bagian dari Kerajaan Sunda yang berpusat di sekitar Bogor dan Pakuan Pajajaran. Bekasi saat itu menjadi bagian dari wilayah kerajaan yang disebut dengan Manek Maya atau wilayah luar kerajaan. Nama Bekasi sendiri diyakini berasal dari kata "Bhagasasi" atau "Bagasasi," yang berarti bagian dari Kerajaan Sunda.
Pada masa Kerajaan Sunda, Bekasi tetap merupakan daerah agraris yang penting, terutama sebagai bagian dari lumbung pangan bagi kerajaan. Wilayah ini juga kemungkinan berperan sebagai jalur strategis karena letaknya yang dekat dengan pelabuhan dan jalur perdagangan antara kerajaan Sunda dan para pedagang asing, termasuk pedagang dari Tiongkok, India, dan Arab.
Masa Pengaruh Kesultanan Banten dan Mataram Islam (Abad ke-16 hingga ke-17)
Setelah runtuhnya Kerajaan Sunda akibat serangan Kesultanan Banten pada abad ke-16, Bekasi mulai dipengaruhi oleh Kesultanan Banten yang berkembang sebagai kekuatan Islam di bagian barat Jawa. Kesultanan Banten berusaha memperluas pengaruhnya hingga ke wilayah pedalaman, termasuk Bekasi.
Selain Banten, Kesultanan Mataram Islam dari Jawa Tengah juga mencoba memperluas pengaruhnya ke wilayah Bekasi dan sekitarnya pada abad ke-17. Konflik antara Banten dan Mataram untuk menguasai wilayah ini menjadikan Bekasi sebagai area yang strategis, terutama karena lokasinya yang dekat dengan Batavia (Jakarta) yang saat itu telah dikuasai oleh VOC (Belanda).
Masa Kolonial Belanda
Pada masa penjajahan Belanda, Bekasi menjadi salah satu wilayah penting karena letaknya yang strategis di antara Batavia (sekarang Jakarta) dan Karawang. Pemerintah kolonial Belanda membangun infrastruktur seperti jalan raya dan jalur kereta api yang menghubungkan Batavia dengan wilayah lain di sekitarnya, termasuk Bekasi.
Pada saat itu Bekasi merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Meester Cornelis (kini Jatinegara) yang masuk dalam wilayah administrasi Batavia. Pada abad ke-19, sistem administrasi kolonial mulai diterapkan lebih intensif, di mana wilayah-wilayah seperti Bekasi diatur oleh kontrolir Belanda dan kepala daerah lokal yang disebut Wedana atau Demang.
Wilayah Bekasi juga pernah menjadi bagian dari perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah, terutama pada masa Perang Kemerdekaan. Bekasi menjadi saksi berbagai pertempuran yang terjadi antara pejuang kemerdekaan dan tentara Belanda.
Masa Awal Kemerdekaan (1945-1950-an)
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Bekasi menjadi bagian dari wilayah Republik Indonesia. Pada masa ini, Bekasi menjadi salah satu wilayah strategis dalam mempertahankan kemerdekaan, terutama selama Agresi Militer Belanda. Bekasi, yang dekat dengan Jakarta (saat itu Batavia), menjadi area pertempuran yang penting.
Setelah kemerdekaan dipertahankan, Bekasi mulai mengalami perubahan administratif. Wilayah ini menjadi bagian dari Karesidenan Jakarta, dan statusnya sebagai wilayah administrasi mulai diperjelas. Bekasi berfungsi sebagai pusat pertanian dan pemukiman pendukung Jakarta, dengan banyak penduduknya yang terlibat dalam kegiatan agraris.
Pembentukan Kabupaten Bekasi (1960-an)
Pada tahun 1950-an hingga 1960-an, Bekasi terus berkembang dan mulai diakui sebagai unit administratif sendiri. Pada tahun 1960, Bekasi secara resmi ditetapkan sebagai Kabupaten Bekasi, terpisah dari wilayah Jakarta. Pada masa ini, pembangunan di wilayah Bekasi lebih fokus pada pengembangan sektor pertanian dan pemukiman.
Era Industrialisasi (1980-an - 1990-an)
Perkembangan pesat Bekasi terjadi mulai pada era 1980-an ketika pemerintah Indonesia mulai mengembangkan Bekasi sebagai bagian dari strategi industrialisasi nasional. Wilayah Bekasi yang memiliki lahan luas dan dekat dengan Jakarta dipandang strategis untuk pembangunan kawasan industri dan manufaktur.
Pada masa ini, banyak kawasan industri besar dibangun di Bekasi, seperti Kawasan Industri Jababeka, MM2100, dan EJIP (East Jakarta Industrial Park). Bekasi menjadi salah satu pusat industri terbesar di Indonesia, dengan banyak perusahaan multinasional yang membuka pabrik dan fasilitas produksi di sana. Hal ini menarik arus tenaga kerja dari berbagai daerah di Indonesia, yang menyebabkan peningkatan populasi dan urbanisasi yang cepat.
Perkembangan Infrastruktur dan Urbanisasi (1990-an - 2000-an)
Dengan perkembangan kawasan industri, pemerintah mulai mempercepat pembangunan infrastruktur di Bekasi. Jalan tol, seperti Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan jaringan jalan utama lainnya, dibangun untuk menghubungkan Bekasi dengan Jakarta dan wilayah lain di Jawa Barat. Infrastruktur ini memperlancar arus barang dan mobilitas pekerja antara Jakarta dan Bekasi.
Pada saat yang sama, terjadi urbanisasi besar-besaran di Bekasi. Banyak kompleks perumahan baru, apartemen, dan pusat perbelanjaan dibangun untuk menampung peningkatan populasi, termasuk pekerja industri dan penduduk yang bermigrasi dari daerah lain. Bekasi mulai berkembang sebagai daerah suburban yang penting, dan pembangunan pusat perbelanjaan serta fasilitas umum lainnya turut memacu pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Pembentukan Kota Bekasi (1996)
Pada tahun 1996, sebagai respons terhadap pesatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi, Bekasi dimekarkan menjadi dua entitas administratif: Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Kota Bekasi difokuskan pada pengembangan kawasan urban dengan berbagai fasilitas modern, sementara Kabupaten Bekasi mencakup area yang lebih luas dengan beberapa kawasan industri besar dan area agraris di sekitarnya.
Kota Bekasi berkembang menjadi salah satu kota satelit Jakarta yang penting, dengan infrastruktur modern dan kawasan hunian yang terus berkembang. Pada masa ini, Kota Bekasi mulai menjadi bagian integral dari wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) sebagai bagian dari metropolitan besar di Indonesia.
Perkembangan Modern dan Urbanisasi Lanjutan (2000-an - Sekarang)
Memasuki tahun 2000-an hingga sekarang, Bekasi terus berkembang sebagai bagian penting dari megapolitan Jabodetabek. Infrastruktur transportasi terus ditingkatkan, termasuk pembangunan jalan tol baru, jalur kereta api, dan sistem transportasi massal (seperti LRT dan rencana MRT) yang menghubungkan Bekasi dengan pusat Jakarta dan wilayah sekitarnya.
Kota Bekasi juga mengalami pertumbuhan dalam sektor komersial dan residensial, dengan banyak pusat perbelanjaan, kompleks perkantoran, apartemen, dan perumahan mewah yang dibangun. Selain itu, beberapa proyek kota pintar (smart city) dan pengembangan kawasan hijau juga diperkenalkan untuk meningkatkan kualitas hidup warga.
Sementara itu, Kabupaten Bekasi tetap menjadi pusat industri besar di Indonesia. Kawasan-kawasan industri di Kabupaten Bekasi menarik investasi asing dan domestik, menjadikannya salah satu tulang punggung sektor manufaktur Indonesia.
Sejarah Kota Bekasi menunjukkan transformasi yang luar biasa, dari wilayah agraris penting pada masa kerajaan hingga menjadi pusat urban dan industri di era modern. Dengan terus berkembangnya infrastruktur dan sektor ekonomi, Bekasi kini berperan vital dalam mendukung metropolitan Jabodetabek dan pertumbuhan ekonomi nasional. Ke depannya, tantangan urbanisasi dan pembangunan berkelanjutan tetap menjadi fokus untuk memastikan bahwa Bekasi dapat terus tumbuh sebagai kota yang maju dan berkelanjutan.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Revolusi Hijau di era Orba, Dilema Efisiensi dan Kesenjangan Sosial
Jumat, 6 Desember 2024 21:31 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler