Ancaman Senyap Narkoba terhadap Generasi Muda
5 jam lalu
***
Wacana ini ditulis oleh Clarisha Alchaira Achmad, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
Dalam sebuah wawancara dengan sejumlah pelajar dan mahasiswa di Jakarta, banyak dari mereka menyampaikan kekhawatiran mendalam terkait peredaran narkoba yang semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari. Mereka menyadari bahwa narkoba bukan lagi isu yang jauh atau hanya terdengar di berita, melainkan ancaman nyata yang bisa menjerat siapa saja.
Narkoba telah lama dikenal sebagai musuh utama bangsa karena dampaknya tidak sekadar fisik, tetapi juga menghancurkan masa depan generasi muda yang seharusnya menjadi penerus pembangunan. Fenomena penyalahgunaan narkoba kini semakin mengkhawatirkan, menyerang berbagai lapisan masyarakat tanpa pandang usia atau latar belakang.
Tidak seperti bencana alam yang datang tiba-tiba, narkoba bekerja perlahan, merusak secara diam-diam, dan meninggalkan kehancuran yang sulit diperbaiki. Banyak kasus penyalahgunaan berawal dari rasa ingin tahu atau pengaruh lingkungan karena generasi muda masih berada dalam fase pencarian identitas diri, menjadikan mereka kelompok yang paling rentan terhadap godaan ini.
Analisis psikologis menunjukkan bahwa remaja dan pemuda cenderung memiliki rasa penasaran yang tinggi, sering terdorong mencoba hal-hal baru tanpa memperhitungkan risiko jangka panjang. Lingkungan sosial dan tekanan teman sebaya memicu keputusan yang salah, sehingga anak muda kadang mencoba narkoba demi diterima dalam kelompok pergaulan tertentu. Selain itu, aksesibilitas menjadi faktor signifikan.
Peredaran narkoba yang semakin luas, ditambah teknik penyelundupan yang canggih, membuat zat adiktif ini mudah didapat bahkan di lingkungan sekolah. Banyak remaja yang awalnya hanya mencoba sekali kemudian jatuh dalam kecanduan. Zat adiktif dalam narkoba bekerja langsung pada sistem saraf pusat, menciptakan ketergantungan yang merubah kepribadian, menurunkan prestasi akademik, merusak hubungan keluarga, dan menghancurkan masa depan.
Dampak narkoba sangat luas dan dapat dibagi dalam dimensi kesehatan, sosial, dan ekonomi. Dari sisi kesehatan, narkoba merusak organ vital seperti otak, hati, paru-paru, dan jantung. Pemakai rentan mengalami gangguan mental, depresi, hingga halusinasi yang dapat mendorong perilaku kriminal. Secara sosial, narkoba mengikis moral dan integritas generasi muda.
Banyak kasus kriminalitas yang berakar dari kecanduan narkoba, termasuk pencurian dan kekerasan. Hubungan keluarga pun rusak karena pecandu sering berbohong, mencuri, atau melakukan tindakan tak terpuji demi memperoleh barang haram tersebut. Secara ekonomi, dampak narkoba sangat signifikan. Uang yang seharusnya digunakan untuk pendidikan atau pengembangan diri habis untuk membeli narkoba, sementara negara menanggung biaya besar untuk rehabilitasi dan penegakan hukum.
Pemerintah bersama aparat penegak hukum terus berupaya memberantas peredaran narkoba, namun tantangannya sangat kompleks. Jaringan peredaran narkoba begitu kuat dan terorganisasi, dan bandar kerap menargetkan pelajar serta mahasiswa dengan harga murah demi memperluas pasar. Tantangan terbesar bukan sekadar hukum, tetapi kesadaran masyarakat. Banyak keluarga baru menyadari anak mereka terjerat narkoba ketika kondisinya sudah parah. Pencegahan sejak dini menjadi kunci.
Lingkungan keluarga yang hangat, komunikasi terbuka, dan keteladanan orang tua menjadi benteng utama agar anak tidak mudah terpengaruh. Sekolah dan perguruan tinggi juga memiliki peran strategis. Pendidikan mengenai bahaya narkoba harus berkesinambungan dan tidak sebatas seminar sesaat. Guru dan dosen perlu terlibat aktif dalam pengawasan perilaku siswa, serta kegiatan positif seperti olahraga, seni, dan organisasi harus diperkuat agar energi anak muda tersalurkan pada hal-hal bermanfaat.
Generasi muda bukan hanya potensi korban, tetapi juga bisa menjadi agen perubahan. Kampanye anti-narkoba yang digagas oleh anak muda kepada rekan sebaya sering lebih efektif dibanding ceramah orang dewasa. Pemanfaatan media sosial sebagai sarana kreatif dapat menyebarkan pesan positif. Konten edukasi, kisah inspiratif mantan pecandu yang berhasil pulih, dan kampanye hidup sehat tanpa narkoba dapat memberi inspirasi luas. Generasi muda yang melek teknologi perlu menggunakan ruang digital untuk membendung informasi negatif dan mempromosikan gaya hidup sehat.
Jika narkoba adalah ancaman senyap, maka solusinya harus melibatkan seluruh pihak: pemerintah, aparat hukum, sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penegakan hukum memang penting, tetapi pencegahan lebih utama. Membangun kesadaran, memperkuat ketahanan moral, dan menciptakan lingkungan positif adalah kunci. Generasi muda perlu ditanamkan pemahaman bahwa kebebasan sejati bukanlah mencoba hal-hal berbahaya, tetapi mampu berkata tidak pada godaan yang merusak. Negara membutuhkan pemuda yang sehat, cerdas, dan berintegritas untuk melanjutkan pembangunan. Jangan biarkan potensi emas generasi muda terkubur hanya karena narkoba.
Narkoba merupakan ancaman nyata sekaligus senyap bagi bangsa. Dampaknya merusak perlahan tetapi menghancurkan masa depan. Menjaga generasi muda dari jeratan narkoba bukan tanggung jawab pemerintah atau aparat semata, melainkan kewajiban bersama.
Generasi muda adalah harapan bangsa. Jika mereka rusak karena narkoba, masa depan bangsa pun terancam. Oleh karena itu, mari kita perkuat benteng pertahanan dari keluarga hingga masyarakat luas agar Indonesia bebas dari narkoba dan generasi muda tumbuh sehat, tangguh, dan siap membawa bangsa menuju kejayaan.
Clarisha Alchaira Ahmad Corresponding author: [email protected]

Penulis Indonesiana
1 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler