Gemar berbagi melalui ragam teks fiksi dan nonfiksi.
László Krasznahorkai Raih Nobel Sastra 2025
36 menit lalu
Sastra apokaliptik membawa László Krasznahorkai ke panggung Nobel Sastra 2025.
Sastra apokaliptik membawa László Krasznahorkai ke panggung Nobel Sastra 2025.
***
László Krasznahorkai resmi menjadi pemenang Nobel Sastra 2025, penghargaan paling bergengsi di dunia sastra. Kabar itu diumumkan oleh Swedish Academy pada Kamis, 9 Oktober 2025. Dalam pernyataannya, Akademi memuji Krasznahorkai atas “karya-karya visioner dan memikat, yang di tengah teror apokaliptik, menegaskan kembali kekuatan seni.”
Penghargaan ini sekaligus meneguhkan posisi penulis asal Hungaria itu sebagai salah satu suara paling berpengaruh dalam sastra dunia modern. Krasznahorkai bukan nama baru di kalangan penggemar sastra berat.
Ia dikenal karena gaya penulisannya yang panjang, berliku, dan penuh kedalaman filsafat. Karya-karyanya menghadirkan dunia yang muram, suram, dan sering kali menakutkan, namun di balik kegelapan itu tersembunyi keindahan yang melankolis. Dalam setiap kalimatnya, pembaca seolah diajak berjalan perlahan menelusuri kekosongan, menyaksikan kehancuran, namun tetap mencari secercah makna di tengah kehampaan.
Penulis kelahiran Gyula, Hungaria, pada tahun 1954 ini memulai kariernya dengan novel Sátántangó (1985), karya yang segera menempatkannya sebagai fenomena sastra Eropa Timur. Novel itu kemudian diadaptasi oleh sutradara Béla Tarr menjadi film legendaris berdurasi tujuh jam dengan nuansa hitam-putih yang suram.
Karya tersebut dikenal sebagai salah satu film paling berpengaruh di dunia sinema arthouse. Film itu menjadi simbol dari kolaborasi unik antara sastra dan film yang mendalam secara estetika maupun filosofis.
Krasznahorkai bukanlah penulis yang menulis untuk kesenangan semata. Ia menulis untuk menyelam lebih dalam ke dalam jiwa manusia, ke dalam jurang eksistensi dan absurditas kehidupan.
“Ketika saya tidak membaca Kafka, saya memikirkan Kafka. Dan ketika saya tidak memikirkan Kafka, saya rindu memikirkannya,” ujarnya suatu ketika.
Kutipan itu mencerminkan akar spiritual dan intelektual dari karya-karyanya. Dunia yang senantiasa berada di antara realitas dan kehancuran, antara makna dan kekosongan.
Swedish Academy menggambarkan Krasznahorkai sebagai “penulis epik modern dalam tradisi Eropa Tengah,” yang memadukan absurdisme, grotesque, dan refleksi filosofis mendalam. Dalam setiap novelnya, waktu seakan berhenti. Dunia runtuh perlahan, dan pembaca dipaksa menatap kehancuran itu tanpa bisa berpaling. Namun justru di sanalah letak kekuatannya. Ia mengubah keputusasaan menjadi bentuk seni yang mempesona.
Novel Sátántangó sendiri menceritakan kehidupan sekelompok penduduk desa miskin yang menunggu kedatangan seorang pria bernama Irimiás. Mereka percaya bahwa Irimiás akan menyelamatkan mereka dari kesengsaraan.
Namun kenyataannya, sang penyelamat justru menipu mereka dan mempermainkan harapan yang tersisa. Cerita ini menjadi alegori tentang manusia modern yang kehilangan arah, tentang masyarakat yang mudah tertipu oleh janji keselamatan palsu, dan tentang kehancuran spiritual yang perlahan namun pasti.
Tema seperti itu berulang dalam karya-karya Krasznahorkai lainnya, seperti The Melancholy of Resistance, War & War, dan Seiobo There Below. Ia menggambarkan manusia sebagai makhluk yang terperangkap dalam kekacauan dunia, terus mencari arti, namun tak pernah benar-benar menemukannya. Kalimat-kalimatnya panjang, mendesak, dan tanpa henti. Alih-alih sebuah doa yang terus diulang di tengah badai.
Kemenangan Nobel Sastra 2025 bagi László Krasznahorkai memiliki makna yang jauh lebih besar dari sekadar penghargaan pribadi. Ia menunjukkan bahwa dunia masih menghargai sastra yang serius, eksperimental, dan berani.
Dalam era ketika banyak karya sastra berfokus pada hiburan dan konsumsi cepat, Krasznahorkai menegaskan kembali peran sastra sebagai ruang kontemplasi dan perlawanan terhadap banalitas. Ia membuktikan bahwa keindahan tidak harus lahir dari keceriaan, tetapi bisa tumbuh dari kegelapan yang dalam.
Bagi banyak pembaca, karya-karya Krasznahorkai memang sulit dicerna. Kalimatnya bisa memanjang hingga berhalaman-halaman tanpa jeda, menuntut konsentrasi penuh. Namun justru di situ daya tariknya. Ia menulis seperti arsitek spiritual, membangun dunia yang rumit namun penuh makna tersembunyi. Membaca karyanya bukan sekadar menikmati cerita, melainkan menjalani perjalanan batin.
Penghargaan ini juga mengingatkan publik bahwa Hungaria memiliki tradisi sastra yang kuat, walau sering terabaikan. Setelah penyair Imre Kertész memenangkan Nobel Sastra tahun 2002, Krasznahorkai menjadi penulis Hungaria berikutnya yang diakui dunia. Ia menjadi simbol bahwa bahasa dan budaya dari negara kecil sekalipun bisa mengguncang kesadaran global.
Lebih dari sekadar kemenangan individu, penghargaan ini menjadi sinyal, bahwa sastra dunia masih menghargai kedalaman intelektual dan keberanian artistik. Dalam konteks global yang dipenuhi ketegangan politik, krisis iklim, dan kelelahan eksistensial, karya seperti milik Krasznahorkai justru terasa relevan. Ia tidak menawarkan hiburan cepat, melainkan cermin tajam untuk melihat wajah manusia yang rapuh dan sekaligus menakjubkan.
Mereka yang pernah membaca Sátántangó tahu betapa dunia Krasznahorkai bukan tempat yang ramah. Namun di dalam keputusasaan yang ia lukiskan, terselip keyakinan halus bahwa seni masih punya daya untuk menebus kehidupan.
Ia menulis bukan untuk menghapus kegelapan. Melainkan untuk membuat kita menyadari bahwa bahkan di dalamnya, ada cahaya kecil yang bisa ditemukan jika kita mau menatapnya.
Kemenangan László Krasznahorkai lewat Nobel Sastra 2025 menjadi pengingat penting bagi para pembaca dan penulis di seluruh dunia. Sastra tidak harus mudah, tidak harus menyenangkan, dan tidak harus populer. Ia bisa menjadi bentuk perlawanan terhadap kekosongan zaman, sebuah cara untuk bertahan ketika semua yang lain gagal. Di tengah dunia yang berisik dan penuh distraksi, kata-kata Krasznahorkai mengajarkan keheningan. Sebuah keheningan yang tidak kosong, melainkan sarat makna.
Karya-karya Krasznahorkai mengundang pembaca untuk berhenti sejenak, menatap kehidupan tanpa ilusi, dan menyadari bahwa justru dalam kehancuran, manusia masih bisa menemukan kemanusiaan. Dalam kata-katanya yang berliku, dalam keheningan antara kalimat, di sanalah mungkin tersimpan arti sebenarnya dari hidup — dan dari seni itu sendiri. ***

Penulis Indonesiana
7 Pengikut

László Krasznahorkai Raih Nobel Sastra 2025
36 menit laluBaca Juga
Artikel Terpopuler