Upaya Menjaga Konsistensi Bahasa Indonesia di Era Modern

Rabu, 23 Oktober 2024 08:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap negara pastinya memiliki bahasa Nasional nya sendiri, contohnya Bahasa Indonesia. Di era globalisasi saat ini sudah banyak bahasa asing yg masuk di kehidupan masyarakat Indonesia, kita sebagai warga Indonesia harus bisa memilah dan membatasi penggunaan bahasa Asing supaya bahasa Nasional kita tidak tercancam hilang dan tergantikan oleh bahasa Asing tersebut.

***

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan cara untuk berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat. Bahasa adalah wahana komunikasi yang diperlukan untuk kepentingan interaksi sosial. Bahasa pasti ada di setiap masyarakat. Sebagai contoh Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa resmi dan nasional Republik Indonesia yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti belajar, bekerja sama, dan berinteraksi.

Pada 27-28 Oktober 1928 Kongres Sumpah Pemuda 2 dilaksanakan. Salah satu hasilnya adalah dengan menetapkannya bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan. Tepatnya pada 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Yang mana cikal bakalnya berasal dari bahasa melayu.

Alasan bahasa Melayu dijadikan dasar bahasa nasional adalah karena sistemnya yang sederhana. Bahasa Melayu mudah dipahami karena bahasa Melayu tidak memiliki tingkatan bahasa. Berbeda dengan bahasa-bahasa nusantara, antara lain bahasa Jawa, Bali, Sunda, dan Madura yang mengenal tingkatan bahasa.

Bahasa Melayu memiliki kemampuan mengatasi berbagai perbedaan kebahasaan antar penutur daerah yang berbeda. Bahasa Melayu dipilih secara sukarela untuk diadopsi sebagai bahasa rekonsiliasi. Tidak ada rasa kalah dan tidak ada persaingan antar bahasa daerah.

Selain menggunakan Bahasa Melayu sebagai dasar pembentukan Bahasa Indonesia, ada juga sejarah perkembangan ejaan bahasa indonesia.

Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan Van Ophuijsen. Setelahnya, ada beberapa pembaruan ejaan yang diubah oleh pemerintah, mulai dari Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo , Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), Ejaan yang Disempurnakan (EyD), hingga Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).

Berikut adalah ciri khas masing-masing ejaan dan tahun penetapannya:

  1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947) Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen pada 1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang diciptakan oleh Charles A. van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.
  2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1956) Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam Kongres Bahasa Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan yang baru yang disebut Ejaan Republik/Ejaan Soewandi.
  3. Ejaan Pembaharuan (1956-1961) Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini digagas oleh Menteri Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II ini, peserta kongres membicarakan tentang perubahan sistem ejaan untuk menyempurnakan ejaan Soewandi.
  4. Ejaan Melindo (1961-1967) Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
  5. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972) Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan Ejaan ini merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo yang gagal diresmikan pada saat itu.
  6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan(EYD) (1972-2015) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015 pada masa menteri Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan Ejaan Soewandi yang berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan 2009.
  7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang) Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya, pemerintah meyakini bahwa ejaan merupakan salah satu aspek penting dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang benar.

Digitalisasi Pembelajaran Bahasa Bali

Seiring berjalannya waktu, bahasa telah mengalami perubahan yang dapat berdampak besar pada budaya. Perkembangan bahasa tidak hanya mencerminkan perubahan sosial, tetapi juga perubahan pembentukan dan pengaruh sosial budaya.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan saat ini. Tetapi Generasi muda saat ini beranggapan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kaku untuk digunakan setiap hari dan lebih suka menggunakan bahasa gaul dengan unsur yang sedikit "kasar". Hal ini dapat berdampak pada penggunaan kosa kata yang tepat dalam bahasa Indonesia.

Ada juga faktor-faktor lain yang menjadi tantangan penggunaan bahasa Indonesia yang baik di era digital dan globalisasi seperti:

  • Pengaruh Bahasa Asing: Di era globalisasi, penggunaan bahasa asing semakin terasa dalam kehidupan sehari-hari. terutama untuk bahasa Inggris. Banyak orang Indonesia, terutama generasi muda, lebih suka menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia karena bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa gengsi dan sangat penting untuk bisnis, pendidikan, dan teknologi.
  • Bahasa Gaul dan Alay: Bahasa gaul yang muncul di media sosial seringkali mengabaikan tata bahasa yang baik, dan penggunaan kata dan singkatan yang tidak sesuai dapat menyulitkan Anda untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan benar.
  • Kurangnya Antusiasme Generasi Muda Tidak ada minat generasi muda untuk mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Bahasa Indonesia sering menjadi membosankan karena program pendidikan yang membosankan dan metode pengajaran yang konvensional.

Oleh karena itu, Pemerintah, pendidik, dan masyarakat secara keseluruhan harus mengambil berbagai tindakan strategis untuk mengatasi masalah ini.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia.

  1. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus terus mendorong orang menggunakan bahasa Indonesia. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan menyediakan program-program kursus bahasa Indonesia di sekolah dan kampus. Selain itu, Bahasa Indonesia juga dapat digunakan dalam media seperti televisi, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya.
  2. Masyarakat harus berpartisipasi dalam melestarikan bahasa Indonesia. Ini dapat dicapai dengan mendorong orang menggunakan Bahasa Indonea dalam percakapan sehari-hari dan dengan mendukung produk lokal yang mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia.
  3. Peran penting dalam menjaga Bahasa Indonesia terletak pada para penulis dan penerjemah. Mereka harus memastikan bahwa bahasa Indonesia yang digunakan mudah dipahami oleh pembaca dan menghindari penggunaan kata-kata asing yang tidak diperlukan.
  4. Teknologi modern dapat digunakan untuk mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan bahasa Indonesia dalam perangkat lunak, aplikasi, dan situs web. Dalam hal ini, peran para pengembang teknologi sangatlah penting.
  5. Para tokoh masyarakat, seperti budayawan, politisi, dan selebritas dapat menjadi contoh yang baik dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dan baik. Dalam hal ini, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sangatlah penting.

Jadi, kita semua bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia. Pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, penulis, penerjemah, pengembang teknologi, dan tokoh masyarakat harus bersatu untuk mendorong penggunaan bahasa dan memastikan bahwa bahasa itu tetap menjadi identitas bangsa Indonesia.

 

Pada era digital saat ini, yang menuntut penguasaan bahasa asing dan teknologi di berbagai bidang kehidupan, menimbulkan maraknya penggunaan bahasa asing di era globalisasi, yang melemahkan posisi dan peran bahasa Indonesia saat ini.

Meskipun bahasa Indonesia memainkan peran penting dalam semua aspek kehidupan sehari-hari, negara Indonesia terus berkomitmen untuk mempertahankan bahasa Indonesia agar tidak terancam oleh bahasa lain.

Banyak pengaruh yang ditimbulkan oleh penggunaan bahasa asing terhadap perkembangan bahasa Indonesia seiring dengan munculnya bahasa asing dalam kehidupan masyarakat dan kalangan mahasiswa. Pengaruh ini dapat berdampak positif dan negatif.

Di sisi positif, bangsa Indonesia dapat mengikuti perkembangan internasional dengan lancar dan mampu bersaing dengan negara lainnya. Sedangkan dari sisi negatif bahasa Indonesia akan secara bertahap tergeser oleh bahasa asing.Oleh karena itu, bahasa Indonesia akan hilang jika penggunaan bahasa asing tidak dikurangi atau bahkan tidak dipantau. Ini akan berdampak besar pada kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia.

Bahasa asing selalu lekat dengan istilah globalisasi. Namun tidak semua globalisasi memiliki dampak yang baik bagi masyarakat sehingga diperlukan adanya filterisasi atau penyaringan terhadap suatu budaya yang masuk.

Selain itu juga kita harus mulai menanamkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia sedari dini. Sebagai insan akademis yang dianggap memiliki intelektual yang tinggi, ada baiknya jika kita dapat membagi kapan kita dapat menggunakan bahasa asing dan kapan kita harus menggunakan bahasa Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagikan Artikel Ini
img-content

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Penggunaan Kalimat Efektif

Jumat, 8 November 2024 15:38 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler