Dari Rumah ke Ruang Publik: Mendorong Kepemimpinan Perempuan di Era Modern
Sabtu, 21 Desember 2024 15:04 WIB
Perempuan apakah bisa menjadi seorang pemimpin? Berpendidikan tinggi? Wanita Muslimah?
Pendidikan adalah salah satu fondasi utama dalam kehidupan, khususnya bagi perempuan. Ketika perempuan memiliki akses terhadap pendidikan, mereka memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Sebuah studi dari Unesco (2022) menunjukkan bahwa pendidikan perempuan dapat mengurangi kemiskinan antar-generasi hingga 30%. Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, perempuan dapat memahami hak-hak mereka, memperjuangkan kesejahteraan keluarga, dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat.
Namun, di banyak negara berkembang, akses perempuan terhadap pendidikan masih terhambat oleh kemiskinan, ketidaksetaraan gender, dan norma sosial yang membatasi peran mereka.
Dalam perspektif Islam, pendidikan tidak mengenal batasan gender. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, laki-laki maupun perempuan." (HR. Ibnu Majah). Ini menunjukkan bahwa Islam sangat mendukung perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah Islam, seperti Aisyah binti Abu Bakar, menjadi bukti bagaimana perempuan bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan yang dihormati. Namun, masih banyak masyarakat yang salah memahami ajaran Islam, sehingga pendidikan perempuan dianggap kurang penting. Upaya meluruskan pemahaman ini menjadi krusial untuk mendorong pendidikan inklusif.
Kepemimpinan perempuan adalah topik yang sering menjadi perdebatan, baik di kalangan masyarakat umum maupun di lingkup agama. Dalam sejarah, kita mengenal Ratu Balqis yang disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai seorang pemimpin bijaksana. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak melarang perempuan untuk menjadi pemimpin. Sebuah laporan dari McKinsey (2020) juga menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki perempuan di posisi kepemimpinan cenderung lebih sukses secara finansial dan inovatif. Sayangnya, hambatan budaya dan stereotip gender masih sering menjadi penghalang bagi perempuan untuk mengambil posisi strategis.
Budaya patriarki sering kali menjadi akar masalah dalam membatasi peran perempuan. Dalam banyak komunitas, perempuan diharapkan lebih banyak berperan di ranah domestik dibandingkan di ruang publik. Padahal, perempuan yang berkontribusi di ruang publik memiliki dampak yang signifikan pada pembangunan sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, data dari World Economic Forum (2021) menunjukkan bahwa negara dengan tingkat partisipasi perempuan yang tinggi dalam tenaga kerja memiliki PDB yang lebih besar. Oleh karena itu, mengubah paradigma sosial tentang peran perempuan menjadi penting.
Perempuan terdidik memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan. Sebuah laporan dari Plan International (2022) menyatakan bahwa setiap tambahan tahun pendidikan yang diterima oleh seorang perempuan dapat meningkatkan penghasilan mereka hingga 20%. Ini tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi keluarganya dan masyarakat luas. Pendidikan memberdayakan perempuan untuk menghadapi berbagai tantangan hidup, termasuk diskriminasi dan ketidakadilan.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin memberikan panduan untuk menciptakan masyarakat yang inklusif. Dalam konteks ini, perempuan harus diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang. Perempuan seperti Khadijah binti Khuwailid, seorang pengusaha sukses dan pendukung utama Nabi Muhammad SAW, adalah contoh nyata bagaimana Islam mengakui peran perempuan dalam berbagai bidang. Tafsir yang lebih progresif terhadap teks-teks keagamaan diperlukan untuk memastikan bahwa ajaran Islam diterapkan secara adil.
Kepemimpinan perempuan dapat membawa perspektif yang unik dalam pengambilan keputusan. Sebuah penelitian dari Harvard Business Review (2020) menemukan bahwa perempuan pemimpin cenderung memiliki empati lebih tinggi, yang merupakan kualitas penting dalam manajemen krisis. Dalam konteks Indonesia, kepemimpinan perempuan seperti yang ditunjukkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuktikan bahwa perempuan dapat memimpin dengan keberanian dan kompetensi.
Menghapus hambatan struktural adalah langkah penting untuk membuka jalan bagi perempuan. Misalnya, kebijakan cuti melahirkan yang adil, dukungan terhadap peran ganda perempuan, dan akses ke pendidikan tinggi adalah beberapa solusi praktis yang dapat diterapkan. Negara-negara seperti Swedia telah membuktikan bahwa kebijakan inklusif ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Kesetaraan gender bukan hanya isu perempuan, tetapi juga isu masyarakat secara keseluruhan. Ketika perempuan diberikan kesempatan yang sama, seluruh masyarakat diuntungkan. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perempuan dalam belajar, bekerja, dan memimpin. Sebagai penutup, mari kita jadikan pendidikan, Islam, dan kepemimpinan sebagai tiga pilar yang mengokohkan pemberdayaan perempuan untuk masa depan yang lebih baik.
Referensi
Ilham. (2022). Diakeses pada 19 Desember 2024 dari https://muhammadiyah.or.id/2022/06/15-perempuan-muslim-dalam-berbagai-bidang-perjuangan/
Kasarmata. (2024). Diakeses pada 19 Desember 2024 dari https://www.kasatmata.co.id/ilmu-menurut-islam
Kyra, A., & Winduwati, S. (2024). Gaya Kepemimpinan Perempuan Pemimpin dalam Membangun Reputasi Perusahaan Mentari Group. Koneksi, 8(1), 245–253. https://doi.org/10.24912/kn.v8i1.27672
Plan International. (2022). ). Diakeses pada 19 Desember 2024 dari https://plan-international.org/how-we-work/because-i-am-a-girl/
Rishabh Bahndari. (2024). Diakses pada 19 Desember 2024 dari https://kapable.club/blog/leadership/women-in-leadership/
UNESCO. (2022). Diakses pada 19 Desember 2024 dari https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000382891
World Economic Forum. (2021). Diakses pada 19 Desember 2024 dari https://www.weforum.org/publications/global-gender-gap-report-2021/in-full/gggr2-benchmarking-gender-gaps-findings-from-the-global-gender-gap-index-2021/

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Optimalisasi Peran Generasi Muda Mewujudkan Ekonomi Indonesia Berkelanjutan
Senin, 23 Desember 2024 08:04 WIB
Dari Rumah ke Ruang Publik: Mendorong Kepemimpinan Perempuan di Era Modern
Sabtu, 21 Desember 2024 15:04 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler