Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.
Apakah Indonesia Masih Layak Disebut Negara Merdeka Jika Tidak Mau Swasembada Aspal? ?
Kamis, 2 Januari 2025 14:39 WIB
Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.
***
Indonesia adalah negara yang merdeka dan berdaulat. Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah menjalani masa penjajahan Belanda selama kurang lebih 350 tahun, dan pendudukan Jepang selama 3,5 tahun. Berarti sampai sekarang ini, Indonesia sudah merdeka selama hampir 80 tahun.
Apakah kita sebagai rakyat Indonesia sudah mampu merasakan dan menikmati, apa sejatinya makna dari sebuah kemerdekaan? Kelihatannya masih belum. Adapun rasanya Indonesia merdeka itu adalah perpaduan antara rasa kebanggaan, kelegaan, kebahagiaan, dan optimisme. Kemerdekaan berarti rakyat Indonesia mampu merasakan dan menikmati kebebasan dan kemandirian dalam menentukan masa depan dan nasibnya sendiri. Tetapi sekarang apa yang sedang terjadi? Kita mau mewujudkan swasembada aspal saja susahnya bukan main. Apakah Indonesia masih layak disebut sebagai negara merdeka?
Aspal Buton, yang berasal dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, adalah salah satu cadangan aspal alami terbesar di dunia. Sebagai bagian dari kekayaan alam Indonesia, seharusnya aspal Buton menjadi representasi kemandirian Indonesia dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alamnya pasca kemerdekaan. Dengan demikian, aspal Buton tidak hanya merupakan kekayaan alam, tetapi juga menjadi bagian penting dalam sejarah dan perjalanan panjang Indonesia dalam membangun kemandirian dan kedaulatan ekonomi.
Dalam kenyataannya, meskipun Indonesia sudah hampir 80 tahun merdeka, tetapi aspal Buton masih dijajah. Bukan dijajah oleh bangsa Belanda atau Jepang, tetapi dijajah oleh bangsa Indonesia sendiri, melalui kebijakan impor aspal. Ucapan presiden Soekarno: “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Adapun ucapan presiden Soekarno ini, sekarang terbukti 100% benar. Aspal Buton masih dijajah oleh aspal impor yang merupakan kebijakan bangsa sendiri.
Mungkin kita perlu merenung dan mengingat kembali, apa itu tujuan kemerdekaan?. Tujuan kemerdekaan, antara lain adalah membentuk negara yang berdaulat dan berdiri sendiri untuk mencapai kebebasan dan kemandirian bangsa. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan membangun masyarakat yang adil dan setara. Membangun ekonomi yang kuat dan mandiri dengan mengelola sumber daya alamnya sendiri.
Sebenarnya tujuan kemerdekaan sudah sangat jelas dan terang sekali, yaitu untuk membangun ekonomi yang kuat dan mandiri dengan mengelola sumber daya alamnya sendiri. Tetapi apa yang sedang terjadi setelah Indonesia merdeka? Mengapa tujuan kemerdekaan sekarang ini telah berubah arah, dan menyimpang sangat jauh dari tujuannya semula yang sangat mulia?. Jadi, apakah sekarang Indonesia sudah merdeka? Atau masih tetap dijajah?
Karena potensi besar aspal Buton yang seharusnya dimanfaatkan dan diolah untuk mensubstitusi aspal impor, tetapi faktanya telah dengan sengaja dibunuh karakternya dengan keji untuk memberikan kesempatan karpet merah kepada penjajah aspal impor. Apakah hal ini merupakan bentuk penjajahan dan pengkhianat di zaman modern sekarang ini?
Sejatinya kita semua rakyat Indonesia sudah tahu bahwa pada pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Republik Indonesia, alinea kedua, berbunyi: “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Apakah pernyataan ini berlaku untuk aspal Buton? Iya, pasti berlaku untuk aspal Buton. Karena aspal Buton sudah 45 tahun lamanya dijajah oleh aspal impor. Aspal Buton itu sendiri adalah kita, rakyat Indonesia.
Sekarang mari kita simak bersama, apa sejatinya definisi penjajahan itu, agar kita tidak salah paham. Penjajahan adalah sistem pemerintahan atau kendali yang dilakukan oleh suatu negara atau kekuatan asing terhadap wilayah atau bangsa lain, seringkali dengan tujuan eksploitasi sumber daya alam, politik, ekonomi, atau budaya,
Penjajahan di zaman modern seperti sekarang ini, bentuknya lebih canggih dengan rekayasa, dalih, dan alasan untuk memenuhi kebutuhan aspal di dalam negeri, pemerintah melakukan kebijakan mengimpor aspal. Sampai tahap ini tidak ada yang salah dengan kebijakan mengimpor aspal tersebut. Adapun blunder yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah karena kebijakan impor tersebut telah kebablasan, tak terkendali. Tidak ada remnya. Menabrak rasa keadilan rakyat Indonesia. Pemerintah telah masuk ke dalam jebakan dan perangkap zona nyaman impor aspal, sehingga sudah tidak mampu keluar lagi.
Zona nyaman adalah kondisi atau situasi yang dirasakan nyaman, aman, dan tidak menimbulkan stres atau tekanan, sehingga pemerintah merasa santai dan percaya diri. Jika kita mau berpikir sehat, adapun zona nyaman ini telah dengan sengaja diciptakan oleh kekuatan asing. Akibatnya Indonesia sudah terjebak masuk ke dalam perangkap penjajahan modern, yang ingin terus menerus mengimpor aspal, meskipun deposit aspal Buton jumlahnya sangat melimpah.
Inilah bentuk penjajahan mental. Sekarang mental Indonesia sudah sangat lemah, sakit, dan hancur lebur. Mirisnya, sekarang Indonesia sudah tidak merdeka dan berdaulat lagi secara ekonomi untuk mampu membuat kebijakannya sendiri, swasembada aspal yang lebih menguntungkan rakyat Indonesia.
Apabila Indonesia ingin merebut kembali kemerdekaan dan kedaulatannya dari tangan penjajahan aspal impor, maka Indonesia harus berani berjuang sekuat tenaga, dengan jiwa dan raga, untuk mewujudkan swasembada aspal. Mengapa Indonesia harus takut untuk mewujudkan swasembada aspal? Apakah penjajah impor aspal itu lebih kuat daripada pemerintah Indonesia? Apakah mungkin lobi dan bujukan dari para pelaku bisnis yang diuntungkan dari impor aspal dapat mempengaruhi kebijakan strategis pemerintah?.
Swasembada aspal membutuhkan komitmen jangka panjang, tetapi fokus pemerintah sering kali teralihkan oleh isu-isu lain. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan langkah konkret, termasuk keberanian yang sangat luar biasa untuk melawan dominasi impor aspal dan mengembangkan kebijakan tegas yang mendorong dan mendukung produk aspal Buton ekstraksi, yang merupakan produk dalam negeri. Komitmen politik, investasi teknologi, dan kemitraan dengan sektor perusahaan BUMN atau BUMD, dan swasta akan menjadi kunci penting keberhasilan terwujudnya swasembada aspal.
Apakah Indonesia masih layak disebut sebagai negara merdeka, jika tidak mau swasembada aspal? Pertanyaan ini tidak dapat dijawab sekarang ini. Mengapa? Karena pak Prabowo masih belum mau menyatakan dukungan dan komitmennya untuk mewujudkan swasembada aspal.
Apabila pak Prabowo sudah berkomitmen untuk mau mewujudkan swasembada aspal, maka Indonesia masih layak disebut sebagai negara merdeka. Tetapi di sisi lain, apabila pak Prabowo masih tetap membisu dan diam seribu bahasa, seolah-olah semuanya sudah berjalan dengan baik-baik saja, maka sejatinya Indonesia layak disebut sebagai negara penakut untuk swasembada aspal. Indonesia tidak sedang baik-baik saja, pak Prabowo!

Pemerhati Aspal Buton
6 Pengikut

Ketika Aspal Buton Menunggu Keberanian Presiden
19 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler