Sejarah Sastra Indonesia Modern

Senin, 13 Januari 2025 19:25 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
buku sastra
Iklan

Tulisan ini berisi tentang Sejarah Sastra Indonesia pada eramodern

Oleh : Meidina Shelsa Adeliana

Ketika mempelajari sastra Indonesia, sejarah sastra Indonesia modern menjadi salah satu mata kuliah dasar. Sastra Indonesia adalah sastra yang ditulis untuk pertama kali dalam bahasa Indonesia, sastra yang membicarakan masalah-masalah yang seharusnya menjadi masalah Indonesia, dan sastra yang pengarangnya seharusnya orang Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sastra secara umum dibagi menjadi dua jenis: sastra klasik (lama) dan sastra modern (baru). Sastra modern termasuk dalam periode ketika sastra abad ke-20 muncul, periode yang dikenal sebagai generasi ke-20. Hal ini telah dikemukakan oleh beberapa pakar sastra berdasarkan penciptaan novel Merali Siregar berjudul Azab Dan Sensara. Alasan novel ini dijadikan tolok ukur lahirnya sastra Indonesia modern adalah karena, terlepas apakah isinya bersifat nasionalistis atau tidak, novel yang dimaksud merupakan novel pertama yang terbit dalam bahasa Indonesia dan pertama kali terbit di Indonesia. Karena itu adalah novel pertama yang diterbitkan.

 

Beberapa periode penting dalam sejarah sastra Indonesia antara lain:

Balai Pustaka (1920-1933)

      Periode yang dikenal sebagai angkatan balai pustaka ditandai dengan banyaknya buku sastra yang diterbitkan oleh lembaga ini. Banyak sastrawan yang terkenal di Indonesia merupakan bagian dari angkatan ini, yang karya-karyanya berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan sastra nasional.

 

Pujangga Baru (1933-1942)

      Angkatan pujangga baru muncul ketika sekelompok sastrawan di seluruh Indonesia mulai menerbitkan majalah dengan nama yang sama yaitu, “Pujangga Baru”. Dengan terbitnya majalah ini pada tahun 1933,periode baru dalam sastra Indonesia modern pun dimulai.Pada masa inilah, sastra Indonesia lebih banyak mengeluarkan karya berupa puisi dibandingkan prosa.

 

Angkatan Empat Lima

      Angkatan ini muncul sebagai respon terhadap keadaan politik saat Jepang menjajah Indonesia,dimana penerbitan majalah “Pujangga Baru”dilarang. Perubahan ini membawa dinamika baru dalam kehidupan sastra, yang tercemin dalam karya-karya yang lahir pada masa tersebut. 

 

Pendapat Para Pakar Mengenai Kelahiran Sastra Indonesia Modern :

 

  • Umar Junus

      Umar Junus memandang tahun 1928 sebagai tonggak Sejarah Sastra Indonesia. Ia menyampaikan dua informasi penting terkait hal ini. Catatan pertama mencatat pada tahun 1921, saat angkatan Balai Pustaka lahir melalui penerbitan seperti karya-karya “Azab dan Sengsara” karya Marah Rusli dan Siti Nurbaja Setelah itu,perkembangan lain munculpada tahun 1933 dengan diterbitkannya majalah Pujangga Baru. Junus beragumen bahwa buku- buku yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tidak sejalan dengan karakter bangsa Indonesia. Ia menyatakan bahwa sastra Indonesia menunjukkan kekuatannya pada tahun 1933.

 

  • Ajip Rosidi

      Menurut Ajip Rosidi, Sastra Indonesia bermula pada tahun 1921. Sebelumnya, Bahasa Indonesia sudah ada meskipun belum secara resmi diakui. Ajip mengacu pada karya-karya dalam sastra kesadaran nasional yang dipublikasikan pada tahun tersebut, seperti puisi karya Muhammad Yamin,  Moh.Hatta, dan Sanusi Pane yang dimuat di majalah Jong Sumatera. Namun ada pandangan lain yang menyatakan bahwa kesusastraan Indonesia modern sebenarnya lahir pada tahun 1920. Alasan utamanya ialah penerbitan novel  karya Merari Siregar berjudul Azab dan Sengsara pada tahun tersebut. Selain itu, tokoh dan setting dalam novel tersebut telah menunjukkan perbedaan mencolok dibandingkan dengan karya sastra lama sebelumnya.

 

      Periodisasi sastra adalah penanda waktu dalam perkembangan sastra yang dipengaruhi oleh norma-norma tertentu, serta memiliki karakter dan gaya penyampaian yang khas, yang membedakannya dari periode sebelumnya.

 

      Setiap periode mencakup jangka waktu yang ditandai oleh kesamaan ciri khas pada mayoritas karya sastra yang dihasilkan dalam waktu yang sama. Sebagai contoh, pada dekade 1920-an, muncul novel "Sitti Nurbaya" karya Marah Rusli dan "Salah Asuhan" oleh Abdul Muis. Kemudian, dekade 1930-an melahirkan "Layar Terkembang" karya Sutan Takdir Alisjahbana serta "Puspa Mega" oleh Sanusi Pane. Selanjutnya, dekade 1940-an menghasilkan novel "Atheis" karya Achdiat K. Mihardja dan kumpulan puisi "Deru Campur Debu" oleh Chairil Anwar. Di dekade 1950-an, kita bisa menemukan kumpulan puisi "Ballada Orang-Orang Tercinta" karya W. S. Rendra dan "Priangan Si Jelita" oleh Ramadhan K. H.

 

      Periodisasi merupakan usaha untuk membagi sejarah perkembangan sastra berdasarkan kriteria tertentu dari sudut pandang peneliti. Kriteria ini bisa beragam, antara lain berdasarkan masa penerbitan karya sastra, pertimbangan intrinsik dan ekstrinsik karya, serta perbedaan norma umum dalam sastra yang dipengaruhi oleh situasi zaman.

 

      Sejumlah ahli sastra yang telah menyusun periodisasi sejarah sastra Indonesia antara lain H. B. Jassin, Buyung Saleh, Nugroho Notosusanto, Bakri Siregar, Ajip Rosidi, Zuber Usman, dan Rachmat Djoko Pradopo. Biasanya, periodisasi yang mereka susun menunjukkan kesamaan dalam garis besarnya, meskipun terdapat perbedaan kecil dalam penentuan batas waktu setiap periode serta penekanan pada ciri-ciri yang khas di masing-masing zaman.

 

      Periodisasi adalah isu yang menarik perhatian banyak orang, tidak hanya para penelaah sastra, tetapi juga para sastrawan itu sendiri. Bagi sebagian sastrawan, permasalahan periodisasi dianggap kurang penting, bahkan ada yang enggan dikategorikan dalam satu angkatan tertentu karena hal itu dipandang dapat membatasi dan mempersempit kebebasan kreativitas mereka. Namun, meskipun demikian, periodisasi sejarah sastra Indonesia Modern tetap diperlukan, terutama bagi para penelaah sastra dan bagi dunia pendidikan. Dengan melakukan periodisasi, kita dapat dengan mudah memahami tahap-tahap perkembangan sastra Indonesia beserta corak dan aliran yang mungkin muncul di setiap periode.

 

      Dilihat dari sudut pandang periodisasi, sebenarnya tidak terdapat perbedaan prinsipil antara satu periodisasi dengan yang lainnya. Semua periodisasi memulai perkembangan sastra Indonesia Modern sejak tahun 1920-an dan menempatkan tahun 1930, 1945, dan 1966 sebagai tonggak-tonggak penting dalam sejarah sastra tersebut. Perbedaannya hanya terletak pada istilah yang digunakan serta peran tahun 1942 dan 1950 dalam perjalanan perkembangan Sastra Indonesia.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Meidina Shelsa Adeliana

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Sejarah Sastra Indonesia Modern

Senin, 13 Januari 2025 19:25 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler