Citizen Journalist
Naga Bonar dibalik Kebangkitan E-Commerce
Kamis, 16 Januari 2025 06:43 WIB
Shop Tokopedia | Tokopedia Indonesia Summit ajang unjuk gigi e-commerce yang malang melintang di media sosial. Akankah jadi kebangkitan TikTok Shop yang sempat dimatikan oleh pemerintah karena keagresifannya di dunia maya.
Pada Rabu (15/1/2025) saya menyimak secara virtual Shop Tokopedia (yang dulu disebut TikTok Shop) | Tokopedia Summit. Kolaborasi dua kanal (platform) yang dulunya jauh berbeda. TikTok sebagai media sosial, meski dalam berbagai liputan menyangkal disebut media sosial, tetapi platform distribusi konten bersama Tokopedia, salah satu marketplace yang lebih dulu bersaing di antaranya dengan Lazada, Bukalapak lalu menyusul Shopee.
Melihat peserta yang hadir, para eksekutif yang memberikan sambutan serta para penerima penghargaan Shop Tokopedia Summit rata-rata berwajah oriental. Patut diduga bahwa anak cucu "Sembilan Naga" sudah menguasai lini bisnis e-commerce satu ini. Saat pembicara pamungkas bertanya kepada hadirin, "Saya tak tahu kenapa namanya Kevin?" merujuk model animasi storytelling yang tampil pada layar.
Disinyalir pula bahwa pelarangan yang sempat dilakukan pemerintah terhadap aktivitas e-commerce TikTok saat itu, karena produk-produk dari luar (terutama dari pabrik di China) bisa langsung dikirim ke konsumen Indonesia dengan harga sangat murah.
Tak seperti di Amerika Serikat yang akhirnya melarang penggunaan TikTok, pemerintah RI melunak ketika TikTok mengakuisisi Tokopedia demi memenuhi regulasi. Sebelumnya, pengguna TikTok yang naik sangat cepat di Indonesia saat pandemi Covid-19 tiba-tiba mendapati konten di TikTok berisi video-video produk.
Awalnya, video-video itu tak sedikit yang menipu pengguna yang tertarik dengan produk yang ditampilkan. Namun, TikTok segera membereskan dengan tampilan dan kriteria baru yang ketat mirip e-commerce. Tak hanya algoritma TikTok yang berubah, kanal-kanal media sosial lain pun sudah tak seperti dulu lagi. Para penjual pemilik brand, para affiliate menyesaki ruang di media sosial dengan link produk hingga landing page.
Dibanding semua kanal media sosial yang gagal mengelola algoritma sehingga tampak eksklusif, TikTok justru fokus ke konten sehingga siapa pun bisa viral tak hanya influencer, memfasilitasi dengan kampanye "Beli Lokal" hingga mengikuti Hari Belanja Online. Para kreator diajak live streaming dengan iming-iming harga miring.
Perumpamaan Naga Bonar disini yakni, orang-orang yang tampilannya remeh-temeh dengan konten receh namun menarik perhatian khalayak karena keberuntungan memiliki momentum peristiwa berbekal video amatir. Tak perlu jadi selebritis dulu, tak perlu sewa tim produksi dengan budget "luar bi(n)asa" dan kadang hanya cukup konsistensi saja.
Tak hanya anak muda, orang tua bisa memanfaatkan peluang bisnis di kanal seperti ini. Bisnis e-commerce tak akan pernah turun lagi di saat merosotnya daya beli, serta turunnya jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia menjadi rentan miskin.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Naga Bonar dibalik Kebangkitan E-Commerce
Kamis, 16 Januari 2025 06:43 WIB
Tanjakke! Slogan Penantang Pilkada Palembang
Minggu, 10 November 2024 21:02 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler