Lahir, Bandar Lampung, Sekolah dan nyantri di Pesantren, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sekarang Aktif Berkaligrafi dan menulis Puisi.
Thomas Hobbes : Solitary, Poor, Nasty, Brutish, and Short
Selasa, 4 Maret 2025 20:19 WIB
Deskripsi yang kuat ini merujuk pada kehidupan manusia dalam apa yang Hobbes sebut sebagai "keadaan alamiah".
Ungkapan terkenal Thomas Hobbes, "Solitary, poor, nasty, brutish, and short" (sunyi, miskin, buruk, kasar, dan singkat) muncul dalam karya monumentalnya Leviathan yang diterbitkan pada 1651, tepatnya dalam Bab XIII: "Tentang Kondisi Alamiah Manusia Mengenai Kebahagiaan dan Kesengsaraan Mereka".
Deskripsi yang kuat ini merujuk pada kehidupan manusia dalam apa yang Hobbes sebut sebagai "keadaan alamiah" (state of nature) - suatu kondisi hipotetis tanpa pemerintahan atau masyarakat yang terorganisir.
Kutipan lengkapnya memberikan konteks penting :
"Dalam kondisi seperti itu tidak ada tempat untuk industri, karena hasilnya tidak pasti: dan akibatnya tidak ada budidaya tanah; tidak ada navigasi, atau penggunaan komoditas yang dapat diimpor melalui laut; tidak ada pembangunan yang nyaman; tidak ada instrumen untuk memindahkan dan mengangkut benda-benda yang membutuhkan banyak tenaga; tidak ada pengetahuan tentang permukaan bumi; tidak ada perhitungan waktu; tidak ada seni; tidak ada huruf; tidak ada masyarakat; dan yang terburuk dari semuanya, ketakutan yang terus-menerus, dan bahaya kematian yang kejam; dan kehidupan manusia, sunyi, miskin, buruk, kasar, dan singkat."
Penggambaran yang hidup ini memiliki beberapa tujuan dalam filsafat politik Hobbes:
-
Menetapkan masalah mendasar yang Hobbes coba selesaikan: tanpa kekuasaan bersama untuk membuat orang segan, manusia hidup dalam "perang semua melawan semua" (bellum omnium contra omnes)
-
Memberikan justifikasi retoris untuk solusi Hobbes: mendirikan penguasa absolut (Leviathan) melalui kontrak sosial
-
IklanScroll Untuk Melanjutkan
Menantang pandangan yang lebih optimis tentang sifat dasar manusia yang populer pada masa itu, terutama yang terinspirasi oleh Aristoteles yang melihat manusia sebagai makhluk sosial dan politik secara alamiah
Hobbes berpendapat bahwa dalam keadaan alamiah ini, kepentingan diri yang rasional mengarah pada konflik terus-menerus, karena setiap orang memiliki hak alamiah atas segala sesuatu yang diperlukan untuk mempertahankan diri. Hanya dengan menyerahkan hak-hak alamiah tertentu kepada otoritas penguasa, orang-orang dapat melepaskan diri dari kondisi menyedihkan ini dan memperoleh kedamaian serta keamanan.
Visi suram tentang eksistensi manusia tanpa pemerintahan ini tetap menjadi salah satu deskripsi paling berkesan dan berpengaruh dalam filsafat politik, meskipun banyak filsuf kemudian (seperti Locke dan Rousseau) akan menyajikan alternatif yang lebih optimis terhadap keadaan alamiah yang digambarkan Hobbes.

Penulis Indonesiana
5 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler