Optimalisasi Promosi Kesehatan sebagai Transformasi Perilaku Hidup Bersih
3 jam lalu
Promosi kesehatan menjadi instrumen strategis untuk menanamkan nilai-nilai kebiasaan sehat,
Wacana ini ditulis oleh Fatimah Azzahra, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Nadia Saphira, Amanda Aulia Putri, Naysila Prasetio, Winda Yulia Gitania Br Sembiring, dan Annisa Br Bangun dari IKM 5 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
Promosi kesehatan merupakan strategi fundamental yang menjadi landasan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Melalui kegiatan ini, masyarakat tidak hanya menerima aliran informasi, melainkan juga diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran, mengubah sikap, serta membangun perilaku yang lebih sehat. Salah satu fokus utama dalam promosi kesehatan di Indonesia adalah penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS tidak terbatas pada tindakan personal, melainkan melibatkan keluarga, sekolah, tempat kerja, hingga komunitas luas. Dengan demikian, promosi kesehatan yang dirancang secara menyeluruh dapat menjadi motor penggerak lahirnya budaya hidup sehat yang berakar kuat dalam masyarakat.
Promosi kesehatan dapat dimaknai sebagai proses sistematis untuk memperkuat kapasitas masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor yang menentukan kesehatan mereka. Upaya ini tidak semata-mata menekankan pada transfer informasi, tetapi juga mencakup pemberdayaan komunitas, advokasi kebijakan, dan penciptaan lingkungan yang kondusif bagi perubahan perilaku. Dalam pelaksanaannya, promosi kesehatan hadir melalui beragam medium, mulai dari penyuluhan tatap muka, kampanye massal, pemanfaatan media digital, hingga program berbasis masyarakat. Tujuan akhirnya adalah membentuk individu dan kelompok yang mampu mengambil keputusan sehat dengan kesadaran penuh, kemandirian, dan konsistensi berkelanjutan.
Dalam konteks PHBS, promosi kesehatan menjadi instrumen strategis untuk menanamkan nilai-nilai kebiasaan sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun, menjaga pola makan bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik secara teratur, serta menghindari perilaku berisiko seperti merokok. Tanpa adanya promosi yang intensif dan berkesinambungan, kebiasaan tersebut sering kali dipandang sepele dan kurang mendapat prioritas dalam kehidupan sehari-hari. Maka, promosi kesehatan berfungsi memperkuat norma kesehatan sebagai bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat.
PHBS sendiri merupakan serangkaian perilaku yang lahir dari kesadaran individu, keluarga, maupun kelompok dalam menjaga, memperbaiki, serta meningkatkan kesehatan. Penerapannya tidak berhenti pada kebersihan diri, tetapi juga mencakup aspek kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit, dan peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh. Kementerian Kesehatan Indonesia telah merumuskan indikator PHBS dalam berbagai ranah, mulai dari rumah tangga, sekolah, tempat kerja, fasilitas umum, hingga institusi pelayanan kesehatan. Beberapa indikator tersebut antara lain penggunaan air bersih dan jamban sehat, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, pengelolaan makanan bergizi, aktivitas fisik rutin, larangan merokok di dalam rumah, serta pemberantasan jentik nyamuk. Indikator ini menegaskan bahwa PHBS berorientasi pada pencegahan penyakit sekaligus penguatan kualitas kesehatan jangka panjang.
Hubungan antara promosi kesehatan dan PHBS dapat dipahami melalui tiga dimensi utama, yakni pengetahuan, sikap, dan perilaku. Dari sisi pengetahuan, promosi kesehatan memperluas wawasan masyarakat tentang manfaat perilaku hidup sehat. Contohnya, penyuluhan yang menekankan pentingnya mencuci tangan terbukti menurunkan risiko penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan. Dari sisi sikap, promosi kesehatan yang konsisten mampu membentuk cara pandang masyarakat menjadi lebih peduli terhadap kebersihan dan kesehatan. Dari sisi perilaku, promosi kesehatan yang dilakukan secara berkesinambungan mempermudah internalisasi nilai kesehatan sehingga masyarakat terbiasa menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, semakin efektif promosi kesehatan dijalankan, semakin besar pula peluang keberhasilan penerapan PHBS secara mandiri dan berkelanjutan.
Ragam program promosi kesehatan dalam mendukung PHBS mencerminkan keberagaman pendekatan yang adaptif. Penyuluhan tatap muka di posyandu, puskesmas, sekolah, atau komunitas sering kali dipadukan dengan demonstrasi langsung, misalnya praktik mencuci tangan yang benar atau cara menyiapkan makanan sehat. Di sisi lain, kampanye kesehatan melalui media massa, televisi, radio, dan media sosial memungkinkan pesan kesehatan menjangkau audiens yang lebih luas. Di lingkungan sekolah, program sekolah sehat menjadi wahana strategis untuk menanamkan PHBS sejak dini melalui UKS, program dokter kecil, hingga pengelolaan kantin sehat. Pada tingkat komunitas, pemberdayaan kader kesehatan terbukti memperkuat partisipasi warga dalam mengedukasi lingkungan sekitar. Selain itu, promosi kesehatan kerap diintegrasikan dengan kebijakan publik, seperti penerapan kawasan tanpa rokok, penyediaan sarana air bersih, serta pembangunan fasilitas sanitasi yang memadai. Sinergi dari berbagai strategi tersebut memberikan dampak yang lebih optimal dibandingkan pelaksanaan secara terpisah.
Dampak positif promosi kesehatan terhadap PHBS terlihat dalam beberapa aspek utama. Pertama, peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kebersihan dan kesehatan, serta cara-cara sederhana untuk mencegah penyakit. Kedua, perubahan nyata perilaku sehari-hari, seperti kebiasaan mencuci tangan, penggunaan jamban sehat, pengurangan konsumsi rokok, dan peningkatan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. Ketiga, penerapan PHBS secara konsisten berkontribusi pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yang tercermin dari menurunnya prevalensi penyakit menular seperti diare, demam berdarah, dan infeksi saluran pernapasan. Keempat, promosi kesehatan memperkuat peran keluarga dan komunitas sebagai garda terdepan dalam menjaga kesehatan bersama. Dengan demikian, promosi kesehatan dapat dipandang sebagai penggerak utama terbentuknya budaya hidup bersih dan sehat di masyarakat.
Namun, pelaksanaan promosi kesehatan tidak lepas dari tantangan. Masih terdapat masyarakat yang menganggap penerapan PHBS sebagai hal sepele sehingga abai terhadap imbauan kesehatan. Keterbatasan sarana dan tenaga promosi kesehatan juga menjadi hambatan, terutama di wilayah yang kurang terjangkau. Faktor sosial dan budaya turut memengaruhi efektivitas promosi kesehatan, mulai dari tingkat pendidikan, kondisi ekonomi, hingga kepercayaan lokal yang beragam. Tantangan lain adalah inkonsistensi pesan kesehatan yang beredar, sehingga sering kali menimbulkan kebingungan dalam masyarakat. Untuk menjawab persoalan tersebut, diperlukan strategi promosi kesehatan yang adaptif, inovatif, dan berbasis pada konteks lokal agar pesan yang disampaikan lebih mudah diterima dan diimplementasikan.
Secara keseluruhan, promosi kesehatan memiliki peran strategis dalam meningkatkan penerapan PHBS. Dengan pendekatan yang sistematis, terencana, dan berkesinambungan, promosi kesehatan mampu mendorong internalisasi perilaku sehat sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang terbiasa menjalankan PHBS tidak hanya terlindungi dari penyakit, tetapi juga menikmati kualitas hidup yang lebih baik, lebih produktif, dan berkelanjutan.
Corresponding Author: Fatimah Azzahra
([email protected])

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler