Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.
Prabowo dan Hilirisasi Aspal Buton: Sahabat Sejati atau Sekadar Teman Berlalu?
Minggu, 13 April 2025 19:09 WIB
Akankah Prabowo menjadi seorang sahabat sejati hilirisasi aspal Buton atau hanya sekadar teman yang berlalu?
Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai swasembada aspal berkat cadangan aspal alamnya yang melimpah, khususnya di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Dengan cadangan lebih dari 600 juta ton, aspal Buton seharusnya mampu menggantikan ketergantungan Indonesia terhadap aspal impor yang selama ini mendominasi pasar nasional. Namun, hingga saat ini, kebijakan yang tegas untuk memberdayakan aspal Buton masih belum terlihat nyata, dan komitmen dari pemerintahan, termasuk Presiden terpilih Prabowo Subianto, masih menjadi tanda tanya besar.
Prabowo telah berkomitmen untuk melanjutkan hilirisasi di berbagai sektor, tetapi bagaimana dengan aspal Buton? Apakah Prabowo akan menjadi sahabat sejati yang mau memperjuangkan industri ini, ataukah hanya sekadar teman berlalu yang mengakui potensinya tanpa langkah konkret?
1. Potensi Aspal Buton: Kekayaan yang Terabaikan
Aspal Buton merupakan salah satu sumber daya alam strategis yang dimiliki Indonesia. Berbeda dengan aspal minyak yang diimpor dari negara-negara seperti Tiongkok dan Singapura, aspal Buton merupakan aspal alam yang dapat diolah untuk memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri.
Beberapa keunggulan aspal Buton antara lain:
- Ketersediaan yang Melimpah: Dengan cadangan lebih dari 600 juta ton, aspal Buton mampu memenuhi kebutuhan nasional selama ratusan tahun.
- Lebih Ramah Lingkungan: Proses produksi aspal Buton memiliki jejak karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan aspal minyak impor.
- Peningkatan Nilai Tambah: Jika diolah di dalam negeri, aspal Buton dapat menciptakan banyak lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Sayangnya, berbagai tantangan seperti kurangnya investasi dalam teknologi pengolahan, kebijakan yang tidak berpihak, serta dominasi aspal impor masih terus menjadi penghambat utama bagi pemanfaatan aspal Buton.
2. Warisan Jokowi: Hilirisasi yang Masih Terbatas
Di bawah pemerintahan Joko Widodo, berbagai sektor industri telah mengalami percepatan hilirisasi, terutama di sektor pertambangan seperti nikel dan bauksit. Namun, hilirisasi aspal Buton masih tertinggal jauh dibandingkan sektor lainnya. Kebijakan larangan ekspor bahan mentah yang diterapkan di sektor lain belum diterapkan secara maksimal dalam industri aspal.
Jokowi sebenarnya telah memberikan sinyal kuat untuk mengurangi impor aspal dan meningkatkan pemanfaatan sumber daya aspal domestik. Namun, implementasi di lapangan masih menghadapi banyak sekali tantangan besar, termasuk kurangnya infrastruktur pendukung, regulasi yang belum tegas, serta dominasi mafia impor yang menghambat kemajuan industri aspal dalam negeri.
3. Prabowo: Sahabat Sejati atau Sekadar Teman Berlalu?
Sebagai presiden terpilih, Prabowo Subianto diharapkan mampu meneruskan kebijakan hilirisasi yang telah dirintis oleh Jokowi. Namun, hingga saat ini, Prabowo masih belum secara eksplisit menyatakan komitmennya terhadap hilirisasi aspal Buton. Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kebijakan Prabowo dalam sektor ini antara lain:
- Fokus pada Ketahanan Pangan dan Energi: Selama kampanye, Prabowo lebih banyak menyoroti ketahanan pangan dan energi, sehingga belum ada pernyataan spesifik mengenai industri aspal.
- Dinamika Kepentingan Ekonomi dan Politik: Berbagai kelompok kepentingan, termasuk pelaku bisnis aspal impor, mungkin memiliki pengaruh dalam menentukan arah kebijakan Prabowo.
- Kesiapan Industri Dalam Negeri: Jika industri pengolahan aspal Buton belum cukup siap untuk memenuhi standar kualitas dan kapasitas produksi nasional, Prabowo mungkin akan memilih pendekatan bertahap daripada larangan impor yang tiba-tiba.
4. Mafia Impor Aspal: Tantangan Besar Menuju Swasembada
Salah satu penghalang terbesar dalam mencapai swasembada aspal adalah keberadaan mafia impor aspal yang telah lama menguasai pasar. Mafia ini beroperasi dengan berbagai cara, termasuk:
- Mengontrol Rantai Distribusi: Mafia impor memastikan bahwa produk aspal impor lebih mudah diakses dibandingkan aspal Buton.
- Manipulasi Harga: Dengan memanfaatkan skema kartel, harga aspal impor sering kali dibuat lebih kompetitif dibandingkan produk lokal.
- Lobi Politik: Mafia impor seringkali memiliki jaringan yang kuat dalam pemerintahan dan legislatif untuk mempertahankan kebijakan yang menguntungkan mereka.
Jika Prabowo ingin mewujudkan swasembada aspal, maka langkah pertama yang harus diambil adalah memberantas tuntas mafia impor aspal dan menciptakan regulasi yang benar-benar berpihak pada produk dalam negeri.
5. Langkah yang Harus Ditempuh Prabowo
Untuk memastikan Indonesia mencapai swasembada aspal, Prabowo perlu mengambil langkah-langkah berikut:
- Mewajibkan Penggunaan Aspal Buton dalam Proyek Nasional Salah satu cara efektif untuk mendukung industri dalam negeri adalah dengan mewajibkan penggunaan aspal Buton dalam proyek-proyek infrastruktur nasional, termasuk jalan tol dan proyek strategis lainnya.
- Memberikan Insentif bagi Industri Hilir Pemerintah harus memberikan insentif kepada perusahaan yang berinvestasi dalam pengolahan aspal Buton, termasuk pembebasan pajak dan bantuan teknologi.
- Menyusun Kebijakan yang Menghambat Impor Regulasi yang lebih ketat terhadap impor aspal perlu diterapkan, misalnya melalui peningkatan bea masuk atau pembatasan kuota impor.
- Pembangunan Infrastruktur di Pulau Buton Untuk memastikan distribusi aspal Buton lebih efisien, pemerintah harus berinvestasi dalam infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, dan fasilitas pengolahan.
- Transparansi dan Pemberantasan Mafia Impor Prabowo harus memastikan bahwa semua proses pengadaan aspal bersifat transparan dan bebas dari intervensi mafia impor. Dan melakukan audit untuk memastikan tidak adanya kerugian negara akibat Indonesia sudah 45 tahun mengimpor aspal.
Kesimpulan
Hilirisasi aspal Buton adalah peluang besar bagi Indonesia untuk mencapai swasembada aspal dan mengurangi ketergantungan pada impor. Namun, hingga saat ini, belum ada komitmen yang jelas dari Prabowo apakah ia akan menjadi sahabat sejati yang benar-benar memperjuangkan hilirisasi atau sekadar teman berlalu yang hanya mengakui potensinya tanpa langkah konkret.
Jika Prabowo benar-benar ingin mewujudkan kemandirian industri aspal, ia harus segera mengambil langkah nyata. Tanpa kebijakan yang mendukung, Indonesia akan terus bergantung pada aspal impor selamanya, yang tidak hanya merugikan ekonomi nasional tetapi juga melemahkan kedaulatan sumber daya alamnya.
Kini, masyarakat menanti keputusan Prabowo, akankah ia menjadi seorang sahabat sejati hilirisasi aspal Buton atau hanya sekadar teman yang berlalu?
Adapun "teman berlalu" dapat diartikan sebagai seseorang yang pernah hadir dalam kehidupan kita, tetapi kemudian pergi atau tidak lagi memiliki keterlibatan yang signifikan. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan hubungan yang tidak bertahan lama, baik karena perbedaan kepentingan, perubahan situasi, atau kurangnya komitmen dalam menjalin hubungan.
Dalam konteks tulisan ini, Prabowo dan hilirisasi aspal Buton tampaknya hanya "sekadar teman yang berlalu", yang menggambarkan Prabowo hanya mengakui betapa pentingnya hilirisasi aspal Buton bagi kemandirian dan kedaulatan ekonomi nasional tanpa mau memberikan kontribusi nyata untuk mewujudkannya. Jadi, siapakah sebenarnya teman sejati Prabowo? Aspal Impor?

Pemerhati Aspal Buton
6 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler