Dilan 1983: Wo Ai Ni

Jumat, 20 Juni 2025 14:10 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Dilan 1983
Iklan

Serial Dilan yang membahas pertemanan anak Sunda dengan anak Tionghoa

Judul: Dilan 1983 – Wo Ai Ni

Penulis: Pidi Baiq

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun terbit: 2024 (cetakan ketiga)

Penerbit: Pastel Book

Tebal: 205

ISBN: 978-623-5866-48-2

 

Seri Dilan adalah novel remaja yang sangat populer. Seri Dilan menjadi populer karena menampilkan tokoh remaja yang acuh dan ”slengekan.” Meski populer, namun saya belum membaca satupun seri Dilan sampai saya bertemu dengan Dilan 1983: Wo Ai Ni.” Saya membeli dan membaca Dilan 1983 karena judulnya yang mengarah kepada tema Tionghoa.

Kisah Dilan 1983 sebenarnya sederhana saja. Kisah tentang pertemanan anak-anak remaja awal.

Dikisahkan Dilan kembali ke Bandung setelah 2 tahun mengikuti ayahnya yang bertugas di Timor Timur. Sebenarnya Dilan sangat suka tinggal di Timor Timur, karena ia telah membangun pertemanan. Namun karena orangtuanya telah selesai bertugas, Dilan terpaksa ikut kembali ke Bandung.

Di Bandung Dilan kembali ke sekolah dimana dulu dia bersekolah. Tentu Dilan bisa bertemu dengan teman-temannya saat sekolah dasar dulu. Namun ternyata ada murid baru. Murid baru ini bermata sipit dan berkulit putih. Dari sinilah kisah keusilan Dilan dimulai. Lebih tepatnya keusilan Dilan kepada Mei Lien alias Mary Oei, si murid baru.

Dalam menggoda Mei Lien, Dilan terkesan norak. Untuk menarik perhatian Mei Lien, Dilan menunjukkan kesukaannya kepada tokoh-tokoh Tionghoa, seperti Liem Swie King, Rudy Hartono, Chen Lung dan Bruce Lee. Tentu cara yang dilakukan Dilan itu sangat tidak disukai oleh Mei Lien. Mei Lien merasa dirinya dijadikan bahan olokan.

Selain dari keceriaan anak-anak SD yang menjadi isi utama novel ini, Pidi Baiq juga menempelkan sejarah Indonesia dalam Dilan 1983 ini. Peristiwa Pembunuhan Misterius alias Petrus ditulis dalam satu bab khusus. Para preman yang sebearnya masih mempunyai sisi baik dalam hidupnya, harus ter(di)bunuh dengan sadis. Bahkan yang terbunuh itu kadang-kadang adalah orang yang kita kenal baik.

Tema lain yang juga dimunculkan dalam Dilan 1983 adalah tentang agama (Islam). Senakal-nakalnya Dilan, ia adalah anak yang alim dan menjalankan ritual agamanya dengan baik. Ia rajin mengaji. Ia rajin menegakkan shalat. Ia juga belajar agama secara sungguh-sungguh kepada ulama.

Novel ini ditutup dengan kisah Mei Lien yang pindah ke Semarang. Keluarga Mei Lien dirampok. Ayahnya terbunuh. Mei Lien dan keluarganya memilih pindah ke Semarang dengan membawa jenasah sang ayah. Mei Lien masih sempat membalas surat Dilan yang dikirim dari Aceh.

Melalui Dilan 1983: Wo Ai Ni, Pidi Baiq berhasil menggambarkan anak-anak jaman Orde Baru. Anak-anak yang kurang peka terhadap isu keberagaman, menyaksikan sejarah tanpa komentar tapi religius. 933

Bagikan Artikel Ini
img-content
Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana

3 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler