Penulis, aktivis, sociopreneur.\xd\xd\xd Menyuarakan nalar kritis dan semangat mandiri dari pesantren ke publik digital #LuffyNeptuno
Logo HUT ke-80 RI Mengecewakan, Mirip Keropi
Jumat, 25 Juli 2025 09:11 WIB
Kalau ini dijadikan lomba logo antar RW, mungkin masih bisa dapat juara harapan. Tapi untuk skala negara? Di mana rasa bangganya?
***
Tak perlu menjadi desainer grafis profesional untuk merasa kecewa. Logo HUT ke-80 Republik Indonesia tahun ini tampaknya lebih cocok sebagai maskot lomba mewarnai anak TK daripada simbol perayaan nasional yang sakral. Entah siapa yang mendesain, entah siapa yang menyetujui, yang jelas rakyat kebanyakan hanya bisa mengelus dada—dan menahan tawa getir.
Hut RI 80
Mari kita mulai dari yang paling mencolok: angka “80” yang terpampang besar itu. Mungkin maksudnya ingin tampil gagah, tetapi hasil akhirnya malah seperti dua kepala kodok Keropi yang saling berpunggungan. Cobalah putar logonya 90 derajat—tiba-tiba saja nuansa HUT RI berubah jadi suasana kartun Jepang. Kalau ini simbol masa depan, tampaknya masa depan kita memang akan penuh kebingungan identitas grafis.
Kemudian slogan yang seharusnya menyalakan semangat:
“Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju.”
Kalimat ini sebenarnya sudah sering kita dengar—dan itulah masalahnya. Terlalu generik. Mirip seperti janji kampanye yang kedengaran muluk tapi kosong, apalagi kalau digandengkan dengan font yang terlihat seperti hasil download gratisan dari situs tipografi lawas. Font-nya tidak matching, tidak harmonis, dan tidak menyampaikan kesan sakral atau megah—lebih ke arah “brosur seminar pengembangan diri di hotel bintang dua”.
Yang paling menyedihkan adalah: logo ini telat rilis.
Ibarat ulang tahun tanpa kue, rakyat menanti dengan penuh harap, namun yang datang malah sebongkah desain yang bahkan netizen Twitter bisa saingi dengan Canva gratisan. Apakah kita sedang krisis kreativitas? Atau sekadar terlalu sibuk bagi-bagi proyek hingga lupa bahwa estetika nasional juga penting?
Tak ada elemen bendera, tak ada semangat perjuangan, tak ada filosofi Nusantara. Yang ada hanya warna merah, angka besar, dan satu ironi yang tak bisa dibantah: kita sedang merayakan usia ke-80 kemerdekaan, namun kehilangan semangat seni dan keanggunan nasional.
Sungguh, kalau ini dijadikan lomba logo antar RW, mungkin masih bisa dapat juara harapan. Tapi untuk skala negara? Di mana rasa bangganya? Di mana cita rasanya?
Atau mungkin, memang kita sedang diarahkan untuk “berdaulat” secara mental supaya kuat menertawakan kenyataan pahit ini dengan senyum kecut: Inilah wajah kemerdekaan kita di usia 80 tahun, keropi tapi serius.
Jika ini adalah karya terbaik yang bisa dihasilkan oleh tim resmi negara, maka tahun depan saya sarankan kita lombakan saja desainnya secara terbuka. Hadiahnya tidak usah besar, cukup diberi kehormatan untuk tak membuat bangsa ini malu lagi.
Selamat ulang tahun, Indonesiaku.
Semoga logomu ke-81 nanti tidak bikin rakyat ingin memutar kepala 90 derajat juga.
Ditulis oleh : Lutfillah Ulin Nuha

Sociopreneur | Founder Neptunus Kreativa Publishing
8 Pengikut

Pertumbuhan 8 Persen atau Ilusi?
4 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler